Makna Hari Raya Nyepi di Bali

Makna Hari Raya Nyepi di Bali

Nyepi adalah sebuah sebuah konsep Budaya yang dijiwai Agama Hindu yaitu sebagai wujud keselarasan manusia dengan alam. Hari Raya Nyepi dilaksanakan setiap tahun sekali yaitu pada Penanggal Apisan Sasih Kedasa atau sehari setelah bulan mati (tilem) dalam kalender Bali.

Pada pelaksanaannya, masing-masih daerah di bali tidaklah sama. Semisal dalam pembuatan ogoh-ogoh tidak semua desa adat membuat ogoh-ogoh untuk menyambut hari Raya Nyepi. Namun Makna yang terkandung dalam perayaan nyepi adalah sama. Yaitu kita melakukan apa yang disebut dengan Catur Brata Penyepian (Empat jenis Tapa Brata dalam Hari Raya Nyepi)

Yang pertama adalah Amati Gni.
Amati gni disni adalah kita yang merayakan nyepi tidak diperbolehkan menyalakan api. Api disini lebih ditekankan pada api yang ada dalam diri, yaitu api yang dapat membakar nurani dan pikiran sadar seperti marah atau iri-hati dan berfikiran tidak baik. Karena kita tahu, penyebab ke tidak harmonisan dalam hidup disebabkan oleh sifat marah atau iri dengki. Untuk itu, masyarakat melakukan amati geni dengan wujud tidak menyalakan api.

Yang kedua adalah Amati Karya.
Amati Karya artinya tidak boleh bekerja. Kenapa demikian? Selama setahun penuh kita menjalani hidup, banyak yang telah dialami yang tentunya akan menggeser pikiran kita untuk meraih tujuan utama yaitu Tuhan. Lalu apa hubungannya pikiran dengan amati Karya? Dalam melaksanakan amati karya ini, kita di tekankan untuk tidak bekerja. Artinya dengan tidak bekerja maka kita bisa merenung dan mengintospeksi diri atas kesalahan-kesalahan yang pernah kita perbuat selama ini, selain itu kita diajarkan untuk mengistirahatkan pikiran, agar tahun depan bisa lebih baik dan bijaksana dalam bertindak.
Satu hal penting yang tersirat dalam amati karya adalah dengan tidak bekerja selama sehari, maka alam ini dapat bernafas lega. Alam dapat memproduksi udara segar untuk kita keesokan harinya.

Yang ketiga adalah amati Lelungan
Amati Lelungan artinya kita tidak diperkenankan melakukan perjalanan atau melancong. Mengapa? Dengan tidak melancong atau bepergian, maka alam akan tenang dari gangguan hidup manusia yang sehari-hari mengotori bumi pertiwi ini. Ini adalah suatu permohonan maaf terhadap Bumi karena selama hidup ini manusia tidak dapat hidup jika tidak merusak alam.

Yang keempat adalah amati Lelangunan
Amati lelangunan artinya tidak diperkenankan untuk menghibur diri. Jika manusia larut dalam hiburan, maka mereka akan lupa tujuan hidup yang utama, yaitu kembali kepada Tuhan, kembali kepada Sang Hyang Widhi, sang Pencipta.

Jika ditarik kesimpulan dari keempat tapa Brata Penyepian tersebut adalah, manusia saat hari nyepi adalah mati suri atau melakukan hibernasi. Ini berdampak sangat baik bagi alam. Bayangkan, jika sehari saja kita tidak mengeluarkan polusi, bumi ini sudah berterima kasih. Maka akan timbul rasa keseimbangan manusia dengan alam.
Alangkah baiknya jika seluruh dunia melakukan Nyepi. Sekali lagi nyepi ini bukanlah semata-mata suatu ajaran agama Hindu. Ini adalah suatu kearifan Budaya Bali, hanya saja dijiwai dengan Agama agar terlihat kesakralannya. Nyepi adalah suatu konsep keselarasan Manusia dengan Alam. Siapapun bisa melaksanakan Nyepi. Bukan hanya untuk orang Bali atau Orang Hindu.

Semoga Damai di hati, damai di bumi, damai di akhirat.

Tuangkan Komentar Anda
Gunakan kode HTML berikut untuk format text: <a><br><strong><b><em><i><blockquote><code><ul><ol><li><del>
CAPTCHA Image
Reload Image
Berita Terkait