Kemenpar dan Pelaku Usaha Rancang Standar MICE

Kemenpar dan Pelaku Usaha Rancang Standar MICE

Kementerian Pariwisata menyelenggarakan Focus Group Discussion (FGD) Strategi Pengembangan Destinasi MICE Dalam Rangka Kegiatan Rencana Aksi Pengembangan Destinasi MICE 2015, di Kuta, Bali.

Salah satu pembahasan penting dalam konvensi ini adalah mengenai sosialisasi dan diseminasi sembilan pilar strategi pengembangan destinasi MICE di Indonesia, yaitu Penguatan Kelembagaan MICE, Peningkatan Aksesibilitas, Peningkatan Infrastruktur, Pengembangan SDM dan Peningkatan Kualitas Pelayanan, Penggunaan Teknologi dan Pengembangan Konsep Sustainability dalam Penyelenggaraan Kegiatan MICE, Penjamin Safety dan Security, Penguatan Riset dan Statistik, Membangun Citra Destinasi, dan yang terakhir adalah Menjaga & Mempertahankan Keragaman Alam dan Daya Tarik Destinasi.

Asisten Deputi Pengembangan Destinasi Wisata Alam dan Buatan Kementerian Pariwisata RI, Azwir Malaon di Kuta Bali, mengatakan pariwisata Indonesia yang menggarap sektor MICE harus memiliki standar dalam penyediaan tempat penyenglenggaraan (venue) MICE di Indonesia. Pariwisata Indonesia dalam penggarapan pasar MICE akan menghadapi persaingan Masyarakat Ekonomi ASEAN ( MEA).

Ia menggungkapkan, untuk mendapatkan standar venue ini, Kemenpar meminta masukan pelaku MICE di Indonesia. Masukan standar venue MICE dilakukan melalui FGD yang kawasan banyak menjadi tempat MICE seperti Bali, Yogyakarta dan Makasaar. Azwir Malaon menjelaskan, pedoman atau standar venue merupakan tindak lanjut aktifitas pilar strategis pengembangan destinasi MICE yang berdaya saing Internasional.

Ketua Komite Tetap Bidang Meeting dan Conference Kadin Indonesia dan Penggurus INCCA, Wisnu Budi Sulaeman, mengatakan, saat ini ASEAN sedang merancang MICE Venue Standar. Negara seperti Singapura dan Thailand juga sudah menyusun standar venue MICE. Indonesia juga wajib menyusun pedoman atau standar venue MICE.

Apalagi, saat ini Indonesi tengah bersiap menyambut Masyarakat Ekonomi ASEAN (MEA), yang berarti harus ada peningkatan dalam semua aspek pendukung kegiatan MICE.

MICE otomatis akan membutuhkan banyak tenaga kerja. Mulai sopir, jasa pendamping, sampai pelaku bisnis. Cara kerja MICE juga beda dengan kawasan wisata biasa. MICE membutuhkan persiapan yang banyak dan waktu lama. "Satu acara saja bisa setahun persiapannya," katanya di Kuta.

Setidaknya penyelenggara atau Event Organizer suatu acara MICE kerjanya mulai mencari klien, penataan, kerja sama antar pihak terkait, dan yang penting bagaimana cara agar acara berlangsung menarik sehingga banyak yang datang. "SDM adalah masalah besar dalam MICE tapi bagaimana pun SDM kita harus siap," ujarnya. 

Tuangkan Komentar Anda
Gunakan kode HTML berikut untuk format text: <a><br><strong><b><em><i><blockquote><code><ul><ol><li><del>
CAPTCHA Image
Reload Image
Berita Terkait