Kembalikan Citra Positif Tari Joged Bumbung, Misi Legian Beach Festival ke-8

Kembalikan Citra Positif Tari Joged Bumbung, Misi Legian Beach Festival  ke-8

Mengembalikan citra positif tari Joged Bumbung menjadi misi penting Legian Beach Festival (LBF) ke-8 yang digelar mulai Kamis (28/8) nanti. Seperti halnya yang sempat ditekankan oleh pentolan festival tahunan ini, I Nyoman Sarjana,di Legian.

"Kami tidak mau, tari Joged dikenal sebagai tari jorok atau dirty dance. Karena ada tari Joged yang diupload di Youtube, memang seperti itu. Ini kan hal yang tidak bagus sebenarnya bagi Bali yang merupakan daerah pariwisata berbudaya," sebutnya.

Tidak ragu, Sarjana pun mengaku sangat miris melihat fenomena ini. Sebagai pelaku dan pemerhati seni, Sarjana mengaku sangat berharap tari Joged yang mengarah tarian jorok, dihentikan saja. Sehingga tidak malah menciderai pariwisata Bali.

"Sekarang pertanyaannya, bagaimana cara menghentikan? Kalau dari intern sekaa, tentu tidak akan mungkin. Satu-satunya langkah yakni perubahan mental. Salah satunya dengan mempertunjukkan tari Joged yang sebenarnya," sebutnya.

Diterangkannya, perbedaan sederhana antara tari Joged sebenarnya dengan tari Joged jorok, terletak pada cara menggoyangkan pinggul atau yang dikenal dengan sebutan ngengol. "Yang namanya tari Bali, itu ngengol-nya kesamping. Inilah pakem tari Bali. Bukannya kedepan ataupun muter," ungkapnya.

Melalui LBF ini, lanjut Sarjana, akan diberikan pengetahuan kepada masyarakat luas, termasuk juga wisatawan, mengenai tari Joged yang sebenarnya. "Tari Joged adalah tari pergaulan. Bukan tari jorok. Tari Joged yang jorok itu bukan tari Bali. Mungkin itu terinspirasi dari dangdut, sehingga ngengolnya muter," sentilnya.

Sementara itu, secara umum LBF yang digelar di sekitaran Pantai Legian nanti, kata dia, menghusung tema explore creativity. Ini dipandang langsung mendukung program Kementerian Pariwisata dan Ekonomi Kreatif (Kemenparekraf). "Kami tidak muluk-muluk. Untuk kali ini, kunjungan kami targetkan pada angka tiga hingga lima ribu orang," jelasnya.

80 stand disiapkan dalam LBF yang digelar hingga Minggu (31/8) nanti. 20 stand diantaranya, ditempati oleh masyarakat lokal Legian. Sementara sisanya, diisi oleh warga luar Legian, termasuk pula dari daerah-daerah luar Bali. "Bisa dibilang, LBF telah sukses merangsang masyarakat lokal untuk menunjukkan diri. Ini terbukti, pada awal dilaksanakannya LBF, warga lokal enggan untuk mengisi stand, padahal gratis. Tapi sekarang, antusiasnya berbeda, meningkat drastis," bebernya. Disamping itu, LBF juga disebut festival yang cukup efektif dalam hal promosi pariwisata nusantara. Buktinya, tidak sedikit peserta luar Bali yang berulang kali mendaftarkan diri untuk ikut berpartisipasi


Ditayangkan sebelumnya dari situs redaksi
Tuangkan Komentar Anda
Gunakan kode HTML berikut untuk format text: <a><br><strong><b><em><i><blockquote><code><ul><ol><li><del>
CAPTCHA Image
Reload Image
Berita Terkait