Jegog Jadi Warisan Budaya Jembrana

Jegog Jadi Warisan Budaya Jembrana

Kesenian Jegog kini telah diakui sebagai Warisan Budaya menyusul atraksi Makepung. Kesenian berbahan dasar bambu itu diakui sah menjadi kesenian asli asal Jembrana.

Kepala Dinas Pariwisata dan Kebudayaan Jembrana I Nengah Alit, Senin (13/8) membenarkan Jegog yang menjadi kesenian masyarakat Jembrana ditetapkan sebagai kesenian asal Jembrana. “Warisan budaya yang menyatakan bahwa Jegog memang berasal dari Kabupaten Jembrana, menyebut Jegog tentunya adalah Jembrana. Jegog sebagai warisan budaya non benda,” tukas Alit.

Sejatinya pengajuan Jegog menjadi Warisan Budaya ini sudah dilakukan sejak dua tahun lalu. Namun baru tahun ini diakui sah.

Alit didampingi Kepala Bidang Kebudayaan, Putu N. Sutardi mengatakan perlu berbagai kajian untuk memastikan Jegog ini menjadi warisan budaya. Selain berbagai literasi dan jurnal, juga kajian riil keberadaan Jegog di Jembrana. Mulai dari proses pembuatan (pencarian bahan bambu yang tepat), penyelarasan suara, hingga memainkan. Selain Jegog, atraksi Makepung sudah lebih dulu tercatat sebagai Warisan Budaya.

Sutardi mengatakan selain kedua kesenian itu, rencananya Dinas Pariwisata dan Kebudayaan juga akan mendaftarkan kekayaan budaya non benda lainnya dari Jembrana. Salah satunya kudapan khas Jembrana, “jaje bendu”.

Namun menurutnya ini memperlukan penelitian yang mendalam, seperti halnya dengan Jegog dan Makepung. Dengan tercatatnya Jegog menjadi Warisan Budaya, mengantisipasi bila kesenian ini diklaim daerah atau negara lain. Apalagi kesenian Jegog ini tidak hanya berkembang di Jembrana, melainkan hingga ke Jepang dan Amerika.

Jegog muncul sekitar 1912 di Dusun Sebual, Desa Dangin Tukadaya, oleh Kiang Geliduh. Awalnya alat musik ini sarana untuk memanggil masyarakat berkumpul dan bergotong royong. Lambat laun, Jegog bergeser menjadi perangkat gambelan. Dan hingga kini menjadi instrumen untuk seni pertunjukan dan hiburan.

Gambelan yang terbuat dari bambu ini memiliki karakter suara yang khas dan dapat beradaptasi dengan musik apapun. Dalam pelestariannya, jegog sebagai alat musik dengan karakter suara dan fisik gambelan tidak hanya di kalangan sekaa dewasa.

Secara berkelanjutan pembinaan pada kesenian Jegog terus digulirkan hingga ke kalangan muda. Hampir di setiap sekolah khususnya sekolah lanjutan seperti SMP, SMA dan SMK di Jembrana memiliki gambelan Jegog. Bahkan di beberapa sekolah memberikan porsi khusus untuk siswa menggeluti seni tabuh ini


Ditayangkan sebelumnya dari situs balipost.com
Tuangkan Komentar Anda
Gunakan kode HTML berikut untuk format text: <a><br><strong><b><em><i><blockquote><code><ul><ol><li><del>
CAPTCHA Image
Reload Image
Berita Terkait