Jalan Buntu Pendidikan Kesehatan Reproduksi di Bali

Jalan Buntu Pendidikan Kesehatan Reproduksi di Bali

Pengembangan pendidikan kesehatan reproduksi di Bali sekan menemui jalan buntu. Upaya memasukkan pendidikan kesehatan reproduksi kedalam kurikulum tidak mendapat respon dari Dinas Pendidikan di Bali. Dinas Pendidikan terkesan masih memandang pendidikan pendidikan kesehatan reproduksi  belum menjadi hal yang penting untuk dilaksanakan. Pihak sekolah juga terkesan kurang mendukung dan tidak memberikan slot waktu bagi pendidikan kesehatan reproduksi. "sekarang tinggal kemauan pemerintah untuk merealisasikannya, padahal modul ada, guru sudah bisa dilatih dan tinggal menyiapkan waktu" kata Peneliti dari Fakultas Kedokteran Universitas Udayana dr. Oka Negara di Denpasar (14/3/2016).

Menurut Oka Negara banyak alasan yang menyebabkan pendidikan kesehatan reproduksi dianggap belum penting diajarkan di sekolah. Pandangan pertama menyatakan ranah tersebut sudah menjadi bagian dari pendidikan agama.  Pandangan lainnya menyatakan pendidikan kesehatan reproduksi sudah diajarkan dan diintegrasikan dalam pendidikan biologi. Sebagian lagi masih ada yang berpandangan bahwa pendidikan kesehatan reproduksi tabu diajarkan di sekolah. "dampaknya jelas, prilaku seks beresiko" tutur Oka Negara.

Oka Negara menjelaskan rendahnya pendidikan kesehatan reproduksi pada anak sekolah kini menimbulkan efek yang berantai, mulai dari seks pranikah, hamil, aborsi hingga penyakit menular seksual. Kasus terakhir adalah anak sekolah umur 14 tahun yang hamil kemudian dikeluarkan oleh sekolah. Selain itu korban juga di bully oleh teman-temannya di sekolah. Pada sisi lain, sekolah tidak melakukan upaya edukasi dan pencegahan melalui pendidikan kesehatan reproduksi.

Oka Negara menyampaikan akibat keterbatasan informasi mengenai pendidikan kesehatan reproduksi menyebabkan anak-anak cenderung belajar dari lingkungan sekitar, seperti salah satunya orang dewasa di sekitarnya. Sumber informasi lainnya yang dimanfaatkan melalui media sosial dan youtube. "orang dewasa juga terkadang memberikan contoh yang buruk" ujar Oka Negara.

Oka Negara menambahkan tantangan lainnya yang menyebabkan pendidikan kesehatan reproduksi tidak berjalan karena sebagian orang tua masih menganggap sangat tabu. Padahal orang tua yang gagal melakukan edukasi pada anak, terkait kesehatan reproduksi dan seksualnya. Kondisi tersebut menyebabkan anak mendapatkan informasi yang salah dari orang yang salah saat mencari jati diri. Pada posisi seperti ini, orang tua juga harus mendapatkan edukasi karena mereka kebingungan dan anak menjadi korban. (muliarta)


Ditayangkan sebelumnya dari situs Redaksi
Tuangkan Komentar Anda
Gunakan kode HTML berikut untuk format text: <a><br><strong><b><em><i><blockquote><code><ul><ol><li><del>
CAPTCHA Image
Reload Image
Berita Terkait