Dituntut Kembalikan Uang Mahasiswa, Ini Jawaban Kaprodi Sastra Inggris Unud

Dituntut Kembalikan Uang Mahasiswa, Ini Jawaban Kaprodi Sastra Inggris Unud

DENPASAR - Prodi Sastra Inggris selaku penanggung jawab study tour ke Singapura berdalih tidak ikut campur dalam pemilihan biro perjalanan yang sedianya membawa mereka ke negeri singa tersebut. Dosen pendamping, sekaligus pembina mahasiswa, yakni I Gusti Ayu Gede Sosiowati mengatakan, semua persiapan diurus oleh mahasiswa.

"Bahkan pemilihan travel itu juga diurus oleh mereka. Mahasiswa kami dewasa, ini semua urusan mereka," ujar Sosiowati di ruang Program Studi Sastra Inggris Universitas Udayana, Denpasar, Bali, Rabu (21/10/2015). Sosiowati menjelaskan awal mula pemilihan Singapura sebagai tempat study tour.

Kata dia, rapat yang digelar oleh pihak program studi memutuskan untuk mengadakan tur belajar ke luar negeri. 
Ihwal penentuan lokasinya, mereka menyerahkannya kepada mahasiswa.

"Waktu itu ada dua tempat yang menjadi pilihan, yakni Sydney dan Singapura. Tetapi karena ke Australia mahal, sekitar Rp 23 juta, mereka kemudian memilih ke Singapura," jelasnya.

Saat disinggung mengenai urgensi study tour tersebut dengan bidang ilmu mahasiswa, Sosiowati menyatakan, kegiatan studi tersebut sangat penting, pihak program studi ingin mahasiswanya mampu mengenal dunia luar.

"Kebetulan bahasa sehari-hari di Singapura adalah bahasa Inggris. Kami ingin mengenalkan mahasiswa dengan kebudayaan mereka (Singapura). Sekarang aja SD, SMP sudah ke sana," jelasnya.

Sesuai rencana, lanjut Sosiowati, sesampainya di Singapura, mahasiswa melakukan kunjungan ke sejumlah tempat. Satu di antaranya ke National University of Singapore (NUS). Untuk keperluan tersebut, pihaknya sudah menyampaikan surat ke pihak NUS. Namun, hingga mendekati hari keberangkatan, NUS tidak menjawab surat tersebut.

Karena tidak dijawab, mereka kemudian memutuskan  mengalihkan tujuan ke Lasale, sebuah institusi swasta.
Ia beralasan, pemilihan Lasale sebagai tujuan kunjungan karena tempat itu juga memiliki jurusan seni dan bahasa.

"Makanya kami pilih sebagai alternatif," terang dia.

Namun berdasarkan jadwal perjalanan yang didapatkan, tujuan ke Singapura lebih banyak ke tempat pariwisata di negeri yang didirikan oleh Thomas Stamford Raffles ini.

Dari catatan Tribun Bali, setidaknya ada sembilan tempat yang dikunjungi, yakni Garden By the Way, Marlion Park melihat Marina Bay Sands dan Fullerton Bay, Mention Park, Bugis Street, Chocolate Factory, China Town, Orchard Road, Universal Studio Singapore, dan Globe USS.

Sedangkan waktu kunjungan ke Lasale University hanya sekitar 45 menit. Meski demikian, Sosiowati kembali menegaskan bahwa kunjungan tersebut ditujukan untuk memotivasi mahasiswanya untuk mengenal dunia luar.

"Ya, sesuai dengan bidang kami, mereka tentu perlu mengenal dunia luar," jelas dia.

Sementara itu, Kaprodi Sastra Inggris, Ni Luh Ketut Mas Indrawati, membantah bahwa saat menemukan travel pihaknya tidak mengeceknya terlebih dahulu. Bahkan, menurut pengakuannya, setelah ditentukan oleh para mahasiswa bahwa kegiatan study tour tersebut menggunakan biro perjalanan tersebut, pada bulan Maret lalu, pihaknya menggunakan travel tersebut ke Singapura.

"Ada dua dosen yang kami kirim ke Singapura. Waktu itu kalaugak salah ada seminar di negeri tersebut. Kedua dosen itu, yakni Sosiowati dan Sri Malini. Waktu itu tak ada masalah, kami juga mendapat tempat meski murah tapi bagus," jelasnya.

Karena itu, ihwal masalah tersebut pihaknya mengaku tidak bermaksud melepas tanggung jawab. Namun, karena pihaknya bukan yang melarikan uang milik mahasiswa, maka kalau dituntut untuk mengembalikan uang, Indrawati mengaku angkat tangan.

"Kami kan tidak membawa lari uangnya. Tidak ada di tempat kami. Kalau disuruh kembalikan, ya kami tidak bisa. Lain urusannya kalau kami yang membawa lari uang itu," jelasnya.

Namun demikian, dalam kapasitas tersebut, pihaknya berusaha untuk membantu para mahasiwa. Sejumlah langkah sudah mereka tempuh, termasuk melaporkan pihak travel ke kepolisian. 

"Paling tidak itu yang bisa kami lakukan," terangnya.

Ia juga menambahkan, pada hari Sabtu (24/10/2015) lusa, pihaknya berencana mengumpulkan para orangtua mahasiswa yang gagal berangkat ke Singapura.

"Kami akan sampaikan penjelasan kepada mereka di forum tersebut," jelasnya.

Dikonfirmasi terpisah, Jayus Wijaya, orang tua seorang mahasiswa Sastra Inggis Unud menambahkan,  pihaknya saat ini menunggu langkah dari pihak program studi untuk menyelesaikan masalah tersebut. Ia tak mau beropini meski anaknya gagal ke Singapura. 

"Kami tunggu tanggal 24, melihat jawaban dari pihak kampus," jelasnya singkat. (*)


Ditayangkan sebelumnya dari situs tribunbali
Tuangkan Komentar Anda
Gunakan kode HTML berikut untuk format text: <a><br><strong><b><em><i><blockquote><code><ul><ol><li><del>
CAPTCHA Image
Reload Image
Berita Terkait