Bendungan Baru Terbesar di Bali Senilai Rp 486 M

Bendungan Baru Terbesar di Bali Senilai Rp 486 M

​Bendungan Titab yang ada di Desa Ularan, Kecamatan Seririt, Kabupaten Buleleng merupakan bendungan ke-6 yang dimiliki Provinsi Bali. Namun demikian, dengan kapasitas tampung airnya sebanyak 12 juta Meter Kubik (M3) menjadikan Bendungan Titab saat ini adalah yang terbesar di Provinsi Bali.

Lima bendungan lain di Bali adalah Bendungan Palasari (Jembrana), Bendungan Gerokgak (Buleleng), Bendungan Telaga Tunjung (Tabanan), Bedungan Benel (Jembrana), dan Waduk Muara (Denpasar).

Proses pengisian air yang dimulai kemarin diperkirakan akan memakan waktu 2-3 bulan untuk tuntas, sehingga Bendungan Titab bisa berfungsi secara optimal. Belum diketahui siapa yang akan meresmikan bendungan itu ketika nanti sudah tuntas pengisian airnya.

"Pengisian yang mulai dilakukan hari ini (kemarin, red) biasanya baru akan penuh 2-3 bulan ke depan. Air bendungan berasal dari Sungai Saba," kata Dirjen SDA, Kementerian PUPR, Mudjiadi, yang didampingi Kepala Pusat Bendungan Imam Santoso.

Mudjiadi menjelaskan, Bendungan Titab dibangun selama 2011 hingga 2015 dengan sumber pendanaan dari pusat, yakni Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (APBN).

Pembangunan bendungan oleh kontraktor PT Nindya Karya dan PT Brantas Abripraya ini dimaksudkan untuk mengatasi kekeringan dan penanggulangan banjir terutama di Kecamatan Seririt, Kabupaten Buleleng.

Bendungan Titab juga akan mengairi daerah irigasi Saba dan Puluran seluas 1.794,82 hektare untuk meningkatkan intensitas tanam kawasan itu dari 169 persen menjadi 275 persen. Bupati Buleleng, Putu Agus Suradnyana mengatakan, tidak sedikit wilayah Buleleng yang kering dan tandus, sehingga tidak dapat dimanfaatkan secara produktif.

Karena tinggal di wilayah yang kering-tandus itulah, ucap Agus, pada umumnya warga masyarakat di sana tergolong miskin. Dengan adanya Bendungan Titab ini, Agus berharap persoalan kemiskinan karena faktor kondisi alam bisa diatasi.

“Bendungan ini diharapkan mampu mengatasi kesulitan air irigasi, air minum dan juga dapat sebagai pembangkit listrik. Kehadiran bendungan ini tepat, dan diharapkan dapat mengurangi angka kemiskinan,” ungkap Agus.

Disebutkan, Kabupaten Buleleng memiliki wilayah terluas di antara sembilan kabupaten/kota di Bali, yakni hampir 25 persen dari luas wilayah Bali. Jumlah penduduk Kabupaten Buleleng juga lebih banyak dibandingkan kabupaten/kota lain di Bali, yaitu 18 persen dari total jumlah penduduk Bali.

“Tetapi, jumlah penduduk miskin di kabupaten ini menjadi yang terbanyak pula di Bali,” jelas Agus.

Acara dimulainya pengisian air Bendungan Titab kemarin disaksikan oleh warga sekitar dari kejauhan di bagian atas bendungan. Terselip di antara kerumunan warga itu kibaran sebuah bendera PDIP yang berukuran besar.

Dirjen SDA, Mudjiadi, mengatakan bahwa kehadiran Bendungan Titab ini bisa pula dimanfaatkan sebagai objek pariwisata, misalnya sebagai arena arung jeram.

“Membangun bendungan di Bali selalu ada kekhasannya, yakni sekalian bisa dimanfaatkan untuk kepentingan pariwisata,” ucap Mudjiadi.

Selama ini, dari lima bendungan yang sudah berfungsi di Bali, empat di antaranya akhirnya juga dimanfaatkan oleh masyarakat sebagai objek wisata, yakni Bendungan Palasari, Bendungan Gerokgak, Bendungan Telaga Tunjung dan Bedungan Benel.

Satu-satunya bendungan yang tak layak dijadikan objek wisata adalah Waduk Muara Nusa Dua di hilir By Pass I Gusti Ngurah Rai, Suwung, Denpasar, yang akhir-akhir ini mengalami sedimentasi dan dihiasai tumpukan sampah di sana sini.(*)   


Ditayangkan sebelumnya dari situs tribunnews
Tuangkan Komentar Anda
Gunakan kode HTML berikut untuk format text: <a><br><strong><b><em><i><blockquote><code><ul><ol><li><del>
CAPTCHA Image
Reload Image
Berita Terkait