Batal Jadi Pembicara 'Bali Tolak Reklamasi', Jerinx Tak Merespon Ini

Batal Jadi Pembicara 'Bali Tolak Reklamasi', Jerinx Tak Merespon Ini

DENPASAR - Manager Program Indonesia dan Juru Bicara Ubud Writers and Readers Festival (UWRV), Wayan Juniarta, mengaku sudah menelepon, mengirim short message service (sms) dan email permintaan maaf kepada Jerinx, De Tu, dan Gendo, yang rencananya akan menjadi pembicara ‘Bali Tolak Reklamasi’, Sabtu (31/10/2015).

Namun, yang merespon permintaan maaf tersebut hanya De Tu dan Gendo. Sementara, Jrink hingga saat ini belum merespon. Ubud festival mulai digelar Rabu (28/10/2015) hingga Minggu (1/11/2015).

"De Tu respon 'all is good', Gendo bilang ‘ya ndak papa bli', sementara Jrink belum ada respon. Kami sangat pahami kekecewaan Jerinx. Tapi kami juga tidak bisa berbuat apa-apa lagi," ujar Juniarta di Restoran Casaluna, Rabu (28/10/2015) malam.

Juniarta mengatakan, awalnya pihak UWRV tertarik mengangkat permasalahan reklamasi. Sebab merupakan wacana publik yang membahas tentang investasi dan pelestarian alam. Namun Polres Gianyar dan Pemda Gianyar menyarankan untuk tidak membahasnya karena sangat sensitif dan berbau politik. Karena itulah pembahasan reklamasi dibatalkan. 

"Pada permohonan izin kami sampaikan acara ini sebagai acara seni, kebudayaan dan promosi pariwisata. Saran dari kepolisian dan Pemda Gianyar, nggak usah dulu membicarakan hal yang berkaitan dengan hal sensitif dan berbau politik," tegasnya.

Juniarta mengatakan, pihaknya bisa saja menolak saran dua instansi tersebut. Sebab pembahasan reklamasi tak menyimpang dari tema acara.

Namun pihaknya tidak bisa melanggar aturan yang telah ditetapkan oleh Pendiri Yayasan Ubud Writers and Readers Festival, I Ketut Suardana.

"Ubud festival adalah organisasi Indonesia, melakukan kegiatan di Indonesia, saya warga negara Indonesia, kami akan tunduk pada peraturan hukum yang berlaku di Indonesia," ujar Juniarta.

Selain itu, dalam surat izin yang dikeluarkan oleh Mabes Polri, pihaknya diberikan izin untuk melakukan kegiatan kebudayaan lintas negara. Tapi dengan catatan, panitia penyelenggara wajib mematuhi ketentuan dan aturan tambahan yang diberikan oleh pejabat lokal.

"Kalau itu tidak dipatuhi, tentunya kami melanggar hukum jadinya," paparnya.

Pria berkepala plontos ini mengatakan, tidak ada kerugian material atas pembatalan pembahasan ‘Bali Tolak Reklamasi'. Hanya saja kini pihaknya kini bingung mencari acara penggantinya.

"Tak ada kerugian material. Tapi kami masih bingung mencari acara penggantinya," ujar pria yang juga wartawan senior The Jakarta Post itu. (*)


Ditayangkan sebelumnya dari situs tribunbali
Tuangkan Komentar Anda
Gunakan kode HTML berikut untuk format text: <a><br><strong><b><em><i><blockquote><code><ul><ol><li><del>
CAPTCHA Image
Reload Image
Berita Terkait