Seniman ogoh-ogoh Bali, Putu Marmar Harayuki, memberikan seminar tentang ogoh-ogoh anti sterofoam untuk mengubah kebiasaan pemuda Bali membuat ogoh-ogoh dengan sterofoam.
Seniman yang sudah lihay dan cekatan membuat ogoh-ogoh kesenian khas Bali ini, juga memberikan contoh membuat ogoh-ogoh dengan cepat dan kreatif.
Melalui seminar yang diikuti pemuda Desa Jimbaran, Badung, Bali ini, Putu Marmar hendak melestarikan budaya Bali yakni ogoh-ogoh tanpa mengubur Pulau Bali dengan sterofoam.
Stereofoam sangat berbahaya bagi alam dan juga pemicu kangker bagi
Sebab, menurut pengalaman dan pengetahuan Putu Marmar, selama bergelut di kesenian ogoh-ogoh selama lebih dari 20 tahun ini, pemakaian sterofoam untuk ogoh-ogoh sudah 15 tahun lalu.
"Awalnya warga Bali membuat ogoh-ogoh dengan bahan mematikan dan merusak alam ini dengan bentuk kepala, terus bentuk senjata. Hingga akhirnya sekarang sudah 100 persen ogoh-ogoh terbuat dari sterofoam. Jadi harus kita sosialisasikan agar budaya Bali yang sakral ini tidak merusak alam," jelas Putu saat menjadi pembicara seminar ogoh-ogoh di Desa Jimbaran, Badung, Bali, Rabu (17/2/2016) malam.
Selain perduli terhadap alam, pemakaian bambu dan kertas koran bekas dalam membuat ogoh-ogoh juga bisa menjaga kebersamaan pemuda dan pemudi di banjar.
Bahkan, selain bisa menjaga kebersamaan, pembuatan ogoh-ogoh dengan bambu ini juga bisa menghemat bea pembuatan ogoh-ogoh.
"Hematnya pemakaian bambu saat membuat ogoh-ogoh bisa sampai 75 persen lebih. Jadi saya harapkan pada lomba ogoh-ogoh pemerintah, Desa Adat maupun STT harus membuat ogoh-ogoh tanpa sterofoam. Membuat lomba dengan batas harga minimum dan maksimum," kata Putu. (*)
Tuangkan Komentar Anda