Alih Fungsi Lahan di Batubulan Tak Terbendung

Alih Fungsi Lahan di Batubulan Tak Terbendung

Desa Batubulan, Kecamatan Sukawati, Gianyar, salah satu desa penyangga di sisi timur Kota Denpasar. Desa ini pun menjadi hunian favorit penduduk pendatang (duktang). Dampaknya, lahan pertanian di desa ini terus menyusut karena alih fungsi untuk perumahan dan bangunan lain.   

Hingga kini luas lahan produktif tersisa di desa yang terkenal dengan tarian barongnya ini, sekitar 190 hektare. Sekitar 35 tahun lalu, luas lahan produktifnya sekitar 275 haktere. Ditemui NusaBali di Batubulan, Senin (21/12), Kepala Desa/Perbekel Batubulan Dewa Gede Sumertha SH MH mengakui, banyak lahan di desanya telah beralih fungsi. “Terus terang, kami sangat sulit membatasi alih fungsi lahan  ini. Karena masyarakat selaku pemilik tanah yang punya hak untuk menjual atau mempertahankan tanah mereka,” ujarnya.
 
Dewa Sumertha mengaku, pihaknya dan subak setempat telah bekerjasama untuk menjaga agar alih fungsi lahan tak makin banyak. Kendalanya, pemilik tanah tergiur menjual karena harga tanah makin mahal. Kondisi ini juga akibat dari penduduk yang semakin bertambah dan membutuhkan tempat tinggal. Selain itu, desa ini menjadi lokasi strategis untuk hunian duktang. 
 
Data di kantor desa setempat, penduduk di Batubulan 28.971 jiwa. Dari jumlah itu, penduduk tanpa kartu tanda penduduk (KTP) dan kartu keluarga (KK) 17.553 jiwa. “Banyaknya penduduk tanpa KTP dan KK karena kesalahan kami yang terlambat mendata,” tegas Dewa Sumertha.
 
Ia menambahkan, dari total penduduk itu, hampir setengahnya duktang. Pihaknya dan subak terus mencari pola untuk mempertahankan lahan produktif. ‘’Jika bisa, petani harus kita lindungi, misal pemerintah bisa membantu dana atau pupuk agar lahan petani tetap produktif,’’ jelasnya. 
 
Dewa Sumertha mengaku, keragaman penduduk ini sering menimbulkan ancaman keamanan. Untuk menjaga keamanan desa, pihaknya telah memberlakukan sidak (inspeksi mendadak) 3 - 4 kali sebulan. Sidak menyasar rumah-rumah duktang, kos, dan warga yang belum beridentitas. “Sidak ini penting. Jika terjadi apa-apa, jelas desa kami yang kena getahnya,’’ jelas
 
Data di kantor desa setempat, lahan yang masih produktif sekitar 200 hektare dengan 22 subak. Kebanyakan sawah produktif pengelolaannya oleh penyakap dari luar desa. Alih fungsi lahan terparah di wilayah timur Terminal Batubulan. 
Pasangan suami istri (pasutri) petani, Ketut Nurija dan Nyoman Rawini, warga asal Buleleng, diantaranya menggarap lahan pertanian 14 are di tengah perumahan di Jalan Batuyang, Batubulan.  “Duk dasa tiban tiyang meriki, carike kari akeh. Mangkin wantah niki manten sisane (dulu sekitar 10 tahun saat saya kesini sawah masih banyak, sekarang hanya tinggal ini sisanya),” ujar Rawini.

Ditayangkan sebelumnya dari situs nusabali
Tuangkan Komentar Anda
Gunakan kode HTML berikut untuk format text: <a><br><strong><b><em><i><blockquote><code><ul><ol><li><del>
CAPTCHA Image
Reload Image
Berita Terkait