Alfamart Targetkan Buka 9 Outlet di Bali‎, Ini Penjelasannya

Alfamart Targetkan Buka 9 Outlet di Bali‎, Ini Penjelasannya

Kabardewata - Alfamart memberikan promo cash back bagi investor yang membuka outlet hingga akhir April 2016 ini. Menurut Franchise Relation PT Sumber Alfaria Trijaya Tbk Cabang Bali, Januar Irfansyah, cash back diberikan dalam bentuk diskon 45 persen dari Franchise Fee sebesar Rp 45 juta. 

PT Sumber Alfaria Trijaya Tbk. Cabang Bali menargetkan membuka 9 outlet di Bali untuk waralaba di luar toko reguler atau franchise Alfamart.

Januar Irfansyah, Franchise Relation PT Sumber Alfaria Trijaya Tbk. Cabang Bali, menjelaskan franchise merupakan kepemilikan masyarakat yang bekerjasama dengan Alfamart untuk membuka outlet minimarket Alfamart dan pihaknya masih menunggu investor yang datang kepadanya untuk membuka toko.

“Untuk franchise sekarang ini paling banyak terletak di kawasan Badung selatan dan Denpasar. Kami belum mengkotak-kotakan daerah mana yang mempunyai potensi karena kami menunggu investor yang datang ke kami untuk membuka toko. Namun perkembangannya sendiri cukup bagus dengan penambahan per tahunnya sekitar 6 - 10 outlet franchise,” terangnya di Denpasar, kemarin.

Syarat-syarat pembukaan gerai alfamart, kata dia, pertama harus ada investasi properti, investasi badan usaha dan perijinan serta investasi dana. “Pertama investor harus memiliki properti dengan luasan lahan minimum 150 hingga 250 meter persegi dan secara titik telah disurvei oleh Alfamart. Kemudian sudah disetujui untuk dijalankan, karena tidak semua lokasi sesuai dengan kriteria potensial Alfamart,” katanya. Kedua adalah investasi badan usaha, yakni investor harus membuat badan usaha seperti CV, PT, Yayasan atau koperasi sebelum bekerjasama. “Badan usaha ini yang mengurus ijin, seperti ijin perdagangan layaknya SIUP, TDP, kemudian NPWP, NPPKP, STPUW dan IUTM. Ijin inilah dasar legalitas outlet ini melakukan kegiatan perdagangan, selain ijin tetangga dan ijin domisili,” katanya.

Sedangkan untuk investasi dana awal, kata dia, berdasarkan simulasi investasinya dana yang dibutuhkan berkisar antara Rp 397 juta - Rp 417 juta tergantung luasan lokasi. “Investasi ini di luar dari propertinya dan di luar renovasi bangunan, mengingat properti dan lokasi sudah disiapkan duluan. Jadi investasi tersebut untuk mengisi bangunan supaya bisa operasional minimarket. Untuk tipe gerai 36 rak dengan luas area sales 80 meter persegi investasinya adalah Rp 397 juta, sementara tipe gerai 45 rak dengan luas area sales 100 meter persegi maka dibutuhkan dana investasi sebesar Rp 417 juta,” katanya. Investasi awal, kata dia, mencakup Franchise Fee sebesar Rp 45 juta untuk 5 tahun, instalasi kelistrikan dan air conditioner, peralatan gerai. Cash register dan sistem informasi ritel, shop sign dan sign pole, promosi dan persiapan pembukaan gerai dan perijinan gerai.

Januar menjelaskan, secara spesifik keuntungan investasi Alfamart, memudahkan masyarakat yang memiliki properti tidak bingung memikirkan operasional atas mini marketnya. Kemudian investor tidak menghabiskan waktu untuk memikirkan mini market tersebut, sebab manajemennya telah dikelola oleh Alfamart. “Kalau keuntungannya tergantung omzet masing-masing toko, itu bisa diukur dari pendapatan,” katanya. Selain itu, keuntungan operasional adalah keuntungan setelah dikurangi kewajiban-kewajiban dan merupakan pendapatan penerima waralaba atau franchise. “Keseluruhan keuntungan operasional setelah dikurangi kewajiban adalah keuntungan dari pemilik franchise. Rata-rata investasi yang kami setujui di awal dan lokasinya potensial, akan break even point (BEP) atau kembali modal sekitar 3,5 tahun,” katanya.

Selain itu, royalti yang dikenakan oleh waralaba Alfamart akan dihitung secara progresif dan dibayarkan kepada pewaralaba, tergantung dari jumlah penjualan bersih bulanan gerai yang bersangkutan dan belum termasuk pajak. “Jadi royalti ini bukan keuntungan yang didapat oleh franchise, royalti ini adalah pendapatan yang didapat dari Alfamart sesuai dengan penjualan bersih dari outlet franchise tersebut. Jadi untuk royalti bila penjualannya kurang dari Rp 150 juta per bulan, Alfamart tidak mengenakan royalti,” katanya. Sementara apabila pendapatan penjualan bersih diangka Rp 150 juta - Rp 175 juta akan dikalikan 1 persen. “Nah yang dikalikan itu selisihnya, jadi 1 persen dikalikan Rp 25 juta, begitu seterusnya. Royalti ini, biaya yang dikenakan oleh Alfamart terhadap toko tersebut, karena toko tersebut tiap harinya, tiap detiknya, operasionalnya bukan by franchise tetapi by Alfamart, istilahnya kayak beli brandnya,” katanya.

Dia menambahkan, pertumbuhan bisnis franchise di Bali cukup bagus karena didukung dengan sumber daya manusia yang berkualitas. Sedangkan untuk kawasan Nusa Tenggara Barat yang juga dibawahinya belum tergarap secara maksimal.

“Untuk di NTB memang belum maksimal karena kami belum mendapatkan link ke investor di sana,” ujarnya.

Januar menyatakan, Alfamart sendiri sudah ekspansi ke daerah Sumbawa Besar, hanya saja untuk outlet franchise pihaknya masih menunggu penawaran dari investor yang ingin tahu dan tertarik untuk bekerjasama dengannya.

Menurutnya, secara spesifik salah satu keuntungan investasi Alfamart adalah dengan jenis kerjasama waralaba ini, masyarakat yang memiliki properti untuk diinvestasikan tidak perlu bingung memikirkan operasional minimarketnya.

Sementara Manager Communication Alfamart, Agung Wijaya, mengatakan untuk franchise yang existing di Bali yang terbanyak terletak di wilayah Badung selatan dan Denpasar. Untuk beberapa wilayah di Bali utara, kata dia, yang regulasinya tidak memberikan kewenangan dibangunnya minimarket franchise maka Alfamart tidak melakukan ekspansi ke sana. “Kami mengikuti regulasi setempat, tetapi kalau daerahnya membolehkan, tentu akan ada kemungkinan penawaran dan pencarian investor,” katanya.‎‎


Ditayangkan sebelumnya dari situs redaksi
Tuangkan Komentar Anda
Gunakan kode HTML berikut untuk format text: <a><br><strong><b><em><i><blockquote><code><ul><ol><li><del>
CAPTCHA Image
Reload Image
Berita Terkait