Pengelolaan Sampah di Bali Kalah dengan Australia

Pengelolaan Sampah di Bali Kalah dengan Australia

Berbicara masalah sampah, kita bisa bercermin ke Negara Australia. Di sana sudah dibedakan tempat sampah dengan tutup hijau muda untuk sampah organik, seperti rumput. Tutup hijau tua untuk sampah rumah tangga. Tutup kuning untuk sampah daur ulang seperti kertas, plastik, dan botol kaca.

Setiap periode tertentu, akan ada mobil sampah datang mengangkut. Malam hari sebelumnya, pemilik rumah biasanya mengeluarkan tempat sampah mereka dan menaruhnya rapi di depan rumah.

Kecuali tempat sampah tutup hijau muda, tempat sampah lain reguler diambil setiap minggu dijadwal yang sudah ditentukan di daerah tersebut.

Pagi harinya, truk pengangkut sampah datang dan mengangkut sampah. Truk juga secara khusus disediakan untuk mengangkut tempat sampah tutup tertentu. Semuanya berjalan tertib.

Denda yang tinggi membuat penduduk di sana tertib. Tidak dibolehkan membuang sampai, selain hari pengangkutan. Jika terlewat, harus menunggu minggu selanjutnya. Kesadaran sangat tinggi itu ditanamkan sejak kecil. Di setiap sudut tempat, mall, taman, kampus, transportasi umum ada tempat sampah.

Kemudian satu tahun sekali ada dumping day, hari pembuangan. Penduduk Australia dibolehkan membuang sampah atau barang yang tidak digunakan lagi untuk didaur ulang oleh pemerintah. Tiap wilayah memiliki dumping day berbeda-beda.

Bagi saya dan khususnya turis, sampah di Bali sudah sangat berpengaruh terhadap pariwisata dan kenyamanan yang melihatnya. Turis jadi tidak nyaman bersantai di pantai yang penuhsampah upacara agama atau yang datang dari hulu sungai.

Saya baru saja lihat beberapa upacara pengabenan. Semuanya meninggalkan sampah gelas air mineral yang digunakan untuk menyiram wadah dan yang mengangkatnya.

Sepanjang jalan, gelas plastik air mineral berserakan. Dusnya dirobek paksa sehingga tidak bisa digunakan menampung bekassampah itu untuk nantinya dikumpulkan dan ditindak lanjuti. Entah daur ulang atau ke pemulung dan seterusnya.

Pemerintah harus lebih banyak menyediakan tempat sampah. Lebih sering memberikan edukasi dan sosialisasi. Lebih tegas menindak dengan denda tinggi tanpa kompromi. Karena masalah kita adalah mental dan hukum yang lemah. Jika ini diperbaiki, saya yakin perlahan masalah sampah bisa diatasi.

Mahasiswa juga harus lebih beraksi nyata. Jadi role model, misalnya dengan sering melakukan aksi pungut atau bersih pantai. Membuat kerjasama dengan lembaga terkait yang ada.

Misalnya, waktu ulang tahun kampus, mahasiswa melakukan aksi pungut sampah di Pelabuhan Buleleng. Aksi ini bekerjasa sama dengan Dinas Kebersihan, Komunitas Manik Bumi dan Bondres Rare Kual yang memang peduli sampah dan lingkungan. Sehingga yang perlu ditingkatkan adalah keberlanjutan atau kontinuitas. Paling tidak juga bisa dimulai dari diri sendiri dan di sekitar mahasiswa.

Penulis: Made Hery Santosa
Dosen Bahasa Inggris Undiksha

 

 

sumber: tribunbali

Tuangkan Komentar Anda
Gunakan kode HTML berikut untuk format text: <a><br><strong><b><em><i><blockquote><code><ul><ol><li><del>
CAPTCHA Image
Reload Image
Berita Terkait