Mengintip Potensi Wisata Bawah Laut di Kepulauan Nusa Penida

Mengintip Potensi Wisata Bawah Laut di Kepulauan Nusa Penida

Bagi pencinta wisata bahari, mungkin nama Kepulauan Nusa Penida sudah tidak asing lagi. Kepulauan Nusa Penida merupakan sebuah kecamatan di Kabupaten Klungkung, Provinsi Bali. Berdasarkan data Coral Triangle Center (CTC), Nusa Penida memiliki keanekaragaman hayati laut yang tinggi dan merupakan bagian dari kawasan segitiga terumbu karang dunia ( the coral triangle ). Kecamatan yang terdiri dari tiga pulau utama yaitu Nusa Penida, Nusa Lembongan dan Nusa Ceningan ini memilki 1.419 hektar terumbu karang, 230 hektar hutan bakau, dan 108 hektar padang lamun.

Salah satu icon wisata bawah laut Nusa Penida yaitu ikan Mola-mola (sunfish). Ikan yang memiliki ukuran rata-rata dua meter tersebut terdeteksi selalu  muncul di perairan Nusa Penida sekitar bulan Juli-September. Kemunculan ikan Mola-mola untuk membersihkan dirinya dari berbagai parasit dengan bantuan ikan-ikan karang sekaligus berjemur untuk mendapatkan sinar matahari guna menyesuaikan suhu tubuh akibat berada di perairan dalam cukup lama.Kemunculan ikan Mola-mola yang dapat diprediksi ini menjadi daya tarik bagi wisatawan. Pada Juli-September, para penyelam dari seluruh dunia datang ke Nusa Penida, untuk melihat ikan Mola mola.

Selain Mola-mola, ikan lain yang menjadi daya tarik di laut Nusa Penida adalah Ikan Pari Manta (manta-ray).Kendati banyak tempat memiliki ikan Pari manta, namun jika penyelam datang ke Nusa Penida,hampir 90% dipastikan penyelam akan bertemu dengan ikan Pari manta. Kondisi ini menjadikan perairan Nusa Penida sangat unik dan menarik untuk dikunjungi.Diperkirakan sekitar 200.000 turis mengunjungi Nusa Penida setiap tahunnya.

Learning Site Manager CTC, Marthen Wellypada keteranganya di Denpasar (31/5/2016) mengungkapkan dengan potensi bawah laut yang luar biasa maka tantanganya kedepan adalah membangun wisata bahari berkelanjutan di Nusa Penida. Mengingat dengan berkembangnya Wisata Bahari Nusa Penida maka tentu banyak pihak yang ingin berinvestasi dan menikmati alam bawah laut Nusa Penida.Menjadi sangat penting mempertimbangkan daya dukung dan daya tampung lingkungan dalam membangun dan mengembangkan wisata bahari di Nusa Penida. “jangan sampai kejadian seperti di Thailand, pulau rusak karena perkembangan wisata tak terkontrol, akhirnya terpaksa ditutup pulaunya. Apakah Nusa Penida mau seperti itu?” tegas Marthen Welly.

Menurut Marthen, pada dasarnya zona wisata bahari telah ditetapkan dalam kawasan konservasi Nusa Penida. Begitu juga aturan mengenai apa yang boleh dan tidak boleh dilakukan dalam zona wisata bahari. Aturan tersebut tertuang dalam peraturan bupati klungkung no.137 tahun 2013 ttg rencana pengelolaan dan zonasi taman wisata perairan Nusa Penida. Permasalahanya zona tersebut banyak dilanggar oleh pelaku wisata bahari yang ada di Nusa Penida dan tidak ada tindakan tegas dari pemerintah.Para operator wisata bahari seharusnya sadar dengan mengikuti aturan dan mematuhi zonasi yang ada agar tidak sembrawut, sehingga wisatawan merasa lebih aman dan nyaman. “para penyelam dan snorkeler harus patuh pada marine tourism code of conduct yg sudah ada” ujar Marthen

Marthen berharap pemerintah kabupaten Klungkung dan Provinsi Bali ijin wisata bahari di Nusa Penida.Pengelola wisata bahari selain memiliki ijin usaha juga harus memiliki ijin lokasi yang jelas.Pemerintah juga harus bersikap tegas jika terjadi pelanggaran, jika terjadi pelanggaran dan dibiarkan maka percuma membuat aturan. “pemerintah harus berani tegas cek dan perketat ijinnya, jangan sampai ada yang illegal” kata Marthen.

Hasil survey yang dilakukan oleh CTC, bekerjasama dengan Universitas Brawijaya dan Pemerintah Kabupaten Klungkung pada tahun 2011 menunjukkan bahwa wisatawan yang datang ke Nusa Penida lebih banyak melakukan fun dive ke dive site crystal bay dan manta point daripada ke dive site lain. Wisatawan juga mengambil dive course di Nusa Penida. Tarif menyelam dengan menggunakan guide berkisar antara Rp. 437.500 hingga Rp. 700.000 untuk satu kali penyelaman. Tiap dive operator menerima jumlah wisatawan pada saat high season sangat beragam mulai dari 50 orang per bulannya hingga 1200 orang. Pada saat low season jumlah wisatawan yang datang menurun. Tiap dive operator menerima jumlah tamu yang sangat beragam mulai dari 15 orang per bulannya hingga 450 orang.

Hasil survey juga menunjukkan  jumlah wisatawan yang datang pada saat high season adalah 2700 orang tiap bulannya. Para penyelam tersebut datang ke Nusa Penida ingin melihat keindahan bawah laut Nusa Penida, Ikan Pari manta dan sang raja bawah laut Nusa Penida yaitu ikan Mola mola. Pada saat low season jumlah penyelam yang datam berkisar 940 orang tiap bulannya, sehingga kisaran penyelam yang datang ke Nusa Penida setiap tahunnya berjumlah 16.560 orang.

Marthen berharap pemerintah melakukan studi daya dukung lingkungan utk mengetahui jumlah wisatawan yang boleh menyelam dalam satu hari, sehingga tidak berdampak pada lingkungan.Mengingat selama ini jumlah penyelam yang menyelam dalam satu site melebihi kapasitas.Apalagi saat musim kemunculan Mola-Mola dan Pari manta.Resikonya adalah kerusakan terumbu karang, belum lagi akibat jumlah kapal dan penyelam yang terlalu banyak dapat menyebabkan terjadinya kecelakaan. Dampak lainnya, Mola-mola dan pari manta menjadi terganggu, bahkan stress dan akan pindah dari perairan Nusa Penida. “Akibat lain, image buruk wisata bahari itu sendiri, wisatawan menjadi tidak nyaman karena terlalu ramai” ungkap Marthen.

Gede Suka Yasa yang merupakan instruktur di Lembongan Dive Centre mengakui banyaknya pelanggaran yang dilakukan oleh dive operator selama ini karena tidak adanya penerapan aturan dan sanksi yang tegas. Sebagai contoh kawasan hutan mangrove yang merupakan zona bahari hanya diperbolehkan untuk kegiatan diving dan snorkeling. Kenyataanya sekarang zona bahari di mangrove kegiatannya luar biasa banyak, karena ada kegiatan marine walk,banana boat, dan pontoon.

Suka Yasa menyampaikan permasalahan lain yang juga dapat menghancurkan wisata bahari Nusa Penida adalah persaingan harga yang tidak sehat. Secara rata-rata harga yang ditawarkan selama ini antara Rp. 400.000 – Rp. 500.000 per-dive.Kenyataanya sekarang banyak yang membuat harga paket menjadi lebih murah.“Ada harga paket kena lebih murah dari itu.” Ucap Gede Suka Yasa.

Selain wisata diving dan snorkeling, Nusa Penida juga menawarkan wisata mangrove. Dengan mengendarai jukung tanpa mesin, wisatawan akan diajak berkeliling hutan mangrove selama sekitar 30 menit. Nusa Penida memiliki 230,07 hektar mangrove yang mayoritas berada di Nusa Lembongan dan Nusa Ceningan.Terdapat 13 jenis mangrove dan 7 jenis tumbuhan asosiasi.Selain itu juga dijumpai 5 jenis burung air dan 25 jenis burung darat yang dijumpai di sekitar mangrove.Untuk menikmati wisata mangrove ini cukup membayar Rp. 50.000 untuk turis lokal dan Rp. 100.000 untuk wisatawan asing.Jumlah wisatawan yang datang tiap bulannya untuk menikmati mangrove tour pada saat high season yaitu sekitar bulan Juni-September adalah 600 orang, sedangkan pada saat low season yaitu sekitar bulan Februari-Maret adalah 100 orang.Anggota dari Kelompok Mangrove Tour ini kesehariannya adalah petani rumput laut. Mereka menjadi guide tour mangrove hanya untuk menambah penghasilan saja.

Perkembangan wisata bahari di Nusa Penida juga telah didukung dengan akomodasi wisata yang memadai.jumlah penginapan, homestay, villa dan resort di Nusa Lembongan berjumlah 50 unit. Jumlah tersebut tersebar di dua Desa yaitu Desa Jungut Batu dan Desa Lembongan.Tarif yang dikenakan untuk setiap Homestay sangat beragam, mulai dari Rp. 150.000 hingga Rp. 400.000. Fasilitas yang didapat antara lain AC, breakfast dan double bed.Bukan hanya penginapan saja yang tersedia, tetapi para wisatawan dapat menikmati berbagai aktivitas liburan dan keindahan alam yang telah disediakan. Faktor penghambat dalam kemajuan di Nusa Penida antara lainkondisi jalan dibeberapa tempat masih rusak, listrik yang kurang memadai dan susahnya mendapatkan air bersih. Kalaupun ada air bersih yang disediakan harganya mahal.

Sebelumnya Bupati Klungkung I Nyoman Suwirta mengakui hambatan dalam pengembangan wisata di Nusa Penida yaitu masalah infrastruktur jalan, jaringan listrik, serta jaringan dan ketersediaan air bersih.Khusus untuk listrik, Suwirta berharap ada inovasi untuk ketersediaan sektor kelistrikan di Nusa Penida. Jika ketiga masalah tersebut dapat diselesaikan maka dipastikan perkembangan wisata bahari di Nusa Penida akan maju dengan pesat.

Suwirta mengakui sedang terus mengembangkan wisata di Nusa Penida, apalagi potensinya cukup besar.Apalagi Nusa Penida memiliki pemandangan bawah laut yang eksotik dengan keragaman hayati yang tinggi.“Kita programkan Nusa Penida menjadi andalan pariwisata Klungkung” ujarnya.

Potensi perairan Nusa Penida tidak hanya sebatas terumbu karang, Mola-mola, pari manta dan hutan mangrovenya.Perairan Nusa Penida juga memiliki berbagai jenis ikan, baik ikan karang, ikan dasar dan ikan pelagic.Berdasarkan hasil kajian Ekologi Laut secara cepat- Rapid EcologyAssesment (REA) pada tahun 2008 oleh Gerry Allen dan Mark Erdmann ditemukan 576 jenis ikan diperairan Nusa Penida. (muliarta)


Ditayangkan sebelumnya dari situs redaksi
Tuangkan Komentar Anda
Gunakan kode HTML berikut untuk format text: <a><br><strong><b><em><i><blockquote><code><ul><ol><li><del>
CAPTCHA Image
Reload Image
Berita Terkait