Aktivitas Gunung Agung, Pelaku Pariwisata Berharap Kemenpar Pro-aktif Sosialisasikan Situasi Bali

Aktivitas Gunung Agung, Pelaku Pariwisata Berharap Kemenpar Pro-aktif Sosialisasikan Situasi Bali
Aktivitas vulkanik Gunung Agung mengalami peningkatan signifikan dalam sepekan terakhir. Kondisi itu pun sempat memaksa otoritas setempat menutup sementara operasionalisasi Bandara Internasional I Gusti Ngurah Rai. Sejumlah wisatawan yang hendak meninggalkan Pulau Dewata melalui pintu udara, akhirnya dialihkan menggunakan jalur darat menuju Bandara Internasional Juanda, Sidoarjo. 


Menyikapi hal tersebut sejumlah pegiat kepariwisataan berharap Kementerian Pariwisata RI pro-aktif menyosialisasikan situasi Bali kepada seluruh negara di Dunia. Harapannya tidak muncul kesalahan persepsi, akibat kesimpangsiuran informasi tentang Gunung Agung yang banyak beredar belakangan. 

Bendahara Umum Badan Pengurus Daerah (BPD) Himpunan Pengusaha Muda Indonesia (HIPMI) Bali, Pande Agus Permana Widura kepada wartawan di Sanur, Kamis (30/11/2017) mengakui kondisi Gunung Agung berpengaruh terhadap tingkat kunjungan wisatawan khususnya mancanegara.

"Bagaimanapun itu pasti mempengaruhi. Karena saya lihat, kita pun sebagai domestik atau orang lokal, mau bepergian pun kita berpikir jadinya ya kan. Sekarang kita bisa terbang seandainya, pulangnya bisa tidak kita. Nah itu juga aka timbul pertanyaan yang sama seperti wisatawan-wisatawan, apalagi dari mancanegara. Dia mungkin terbang ke Balinya pas lagi bisa, nanti pulangnya bagaimana. Nah itu akan timbul pertanyaan-pertanyaan seperti itu. Jadi mempengaruhi daripada okupansi di hotel saya rasa," katanya

Selain faktor internal, terdapat beberapa pengaruh eksternal yang memicu merosotnya minat wisatawan mancanegara (wisman) datang ke Bali pasca peningkatan aktivitas vulkanik Gunung Agung. Yang paling signifikan adalah pemberitaan salah satu media massa asing yang seolah-olah menggambarkan situasi mencekam dan tidak nyaman di Pulau Dewata.

"Disamping itu yang saya lihat adanya berita-berita yang agak kesannya dibuat-buat dari wartawan luar. Contoh kemarin saya sempat melihat tayangan, cuplikan di televisi, disalah satu stasiun Australia, itu berjudul sampai holiday hell, seolah-olah ini sudah neraka sekali. Nah itu sangat mempengaruhi daripada wisatawan yang ingin ke Bali," 

"Nah sebenarnya disini pemerintah kan juga sudah berusahalah menyediakan transport dari Bandara Ngurah Rai ke pelabuhan. Ada usaha yang saya lihat, cuma ketika itu menjadi suatu berita diluar, itu seolah-olah sangat dramatis keadaan di Bali, itu yang saya sayangkan. Dilain sisi juga saya melihat ada berita-berita seperti itu lah yang harusnya kita bisa paling tidak pemerintah, saya harapkan bisa berbicara atau mengantisipasi," harapnya. 

Agus Permana Widura yang juga Managing Director Champlung Hotels and Resorts ini mencontohkan kondisi krisis di Thailand yang mampu dikelola dengan baik oleh pemerintah setempat. Bahkan ditengah kondisi genting, negeri gajah putih kala itu dianggap berhasil mempertahankan angka kunjungan wisman.

"Seperti contohnya, katakanlah tetangga kita Thailand. Kita melihat kok ada bencana disitu. Tetapi bagaimana pemerintahnya sangat cepat mengcover, bukan saja kejadian di Thailandnya sendiri, tetapi juga bisa mengcover dengan cepat medianya. Jadi dampaknya untuk ke pariwisata di Thailand sendiri tidak terlalu signifikan. Disinilah saya berharap, mudah-mudahan pemerintah kita, disamping sudah melakukan beberapa aksi seperti meyediakan transport, dan lain-lain, tetapi kalau bisa ditambahkan lagi dengan mengcover daripada media-media diluar. Karena kalau ini terjadi terus menerus, ini sangat membahayakan pariwisata di Bali," ujarnya. 

Ketua Ubud Hotel Association (UHA), Pande Mahayana Aditya Warman pada kesempatan yang sama menyampaikan okupansi hotel di Ubud mengalami pergerseran pasca erupsi Gunung Agung. Bila dikomparasi dengan bulan November 2017, tingkat hunian bulan Desember yang biasa memasuki peak season berada dibawah ekspektasi. 

"Jadi pada saat terjadi letusan, tiga hari terakhir, itu benar-benar impactnya sangat besar. Jadi pada satu harinya terjadi penurunan untuk future booking contohnya bulan Desember yang misalnya okupansi saya yang sudah saya dapatkan 40 persen, turun 2 persen dalam satu harinya," ucapnya. 

Situasi itu menurutnya dikarenakan ketidak yakinan wisatawan untuk datang ke Bali. Selain itu faktor terbesar pemicu penurunan okupansi adalah karena penutupan Bandara Ngurah Rai. 

"Airport ditutup itu artinya krannya sudah ditutup, bagaimana tamu bisa flow datang ke Bali. Beberapa tamu saya meng-email mereka tetap ingin datang ke Bali, dan ada satu sampai rela datang melalui darat. Jadi dia ke Surabaya, dari Surabaya naik mobil sekitar 16 jam ke Bali. Tetapi itu kan satu dibanding seribu ya, yang seperti itu. Dan juga yang membuat tamu menjadi ragu untuk datang ke Bali ini, adalah asuransi tidak mengcover lagi, jika terjadi sesuatu selama perjalanan mereka," ungkapnya. 

Adit berharap pemeritah baik dipusat maupun daerah berinisiatif mempromosikan pariwisata Indonesia khususnya Bali ke negara calon wisatawan. Dari pegiat disebut telah meyiasati keadaan kahar (force majeure) dengan pemberian potongan harga alias diskon oleh 82 hotel anggota UHA. 

"Kami dari asosiasi (Ubud Hotel Association) sudah membuat rencana memberikan diskon 30 persen sampai 50 persen dari harga yang ada. Kami tidak ingin mengambil keuntungan dari bencana yang sudah terjadi ini. Kita ingin membuat bagaimana tamu itu nyaman, dan memorable ya, kalau dia diperhatikan dengan baik disini, keinginan untuk balik lagi ke Bali itu dimasa depan itu pasti ada," tutupnya. 

Tuangkan Komentar Anda
Gunakan kode HTML berikut untuk format text: <a><br><strong><b><em><i><blockquote><code><ul><ol><li><del>
CAPTCHA Image
Reload Image
Berita Terkait