Geopark Sebagai Konsep Manajemen Pengembangan Kawasan Alam

Geopark Sebagai Konsep Manajemen Pengembangan Kawasan Alam

Deputi Bidang Pengembangan Destinasi dan Industri Pariwisata, Dadang Rizki Ratman mengatakan, geopark sebagai konsep manajemen pengembangan kawasan alam,  yang diinisiasi oleh UNESCO sekitar tahun 2000-an,  dengan memanfaatkan kesinambungan sumber daya geodiversity, biodiversity, dan culturaldiversity itu dimaksudkan tidak hanya sebagai upaya konservasi semata  (menjaga situs geologis) namun juga sekaligus untuk mendidik dan meningkatkan taraf hidup masyarakat setempat. “UNESCO telah membuat standar yang mewajibkan pengelolaan geopark dengan prinsip pemberdayaan masyarakat. Pemberdayaan itu  melalui kegiatan pariwisata antara lain  geowisata atau ecowisata agar  masyarakat setempat sejahtera,” kata Dadang Rizki Ratman.

Menteri Pariwisata Arief Yahya menjelaskan, wisatawan mancanegara (wisman) tertarik berkunjung ke Indonesia karena potensi yang dimiliki berupa  alam (nature) sebesar 35%,  budaya (culture) 60%, dan manmade 5%. “Potensi alam sebesar 35%  kita kembangkan sebagai wisata bahari (marine tourism) 35%; wisata ekologi (eco tourism) 45%; dan wisata petualangan (adventure tourism) 20%  di dalamnya termasuk geopark,” kata Arif Yahya seraya menjelaskan, untuk potensi  culture sebesar 65% dikembangkan sebagai produk wisata warisan budaya dan sejarah (heritage and pilgrim tourism) 20%; wisata belanja dan kuliner (culinery and shopping tourims) 45%;  dan wisata kota dan desa (city and vilage tourism) 35%. Potensi berupa  buatan manusia (manmade)  sebesar 5% dikembangkan sebagai produk wisata  wisata MICE (MICE and event tourism) 25%;  wisata olahraga (sport tourism) 60%; dan obyek wisata yang terintergrasi (integrated area tourism) 15%.

Konsep manajemen pengembangan kawasan wisata alam dengan prinsip konservasi, edukasi, dan pemberdayaan masyarakat melalui pariwisata, menurut Arief Yahya, menjadi perhatian masyarakat dunia. UN-WTO secara khusus menjadikan sebagai tema dalam peringatan Hari Pariwisata Dunia (World Touridm Day) 2015 dengan “Ones Billion Tourists, One Bilion Opportunities” yang kemudian sebagai turunannya akan digunakan tema  ”Semakin Dilestarikan, Semakin Mensejahterakan.”

Sektor pariwisata ditetapkan sebagai penggerak perekonomian nasional karena menghasilkan devisa terbesar, bila saat ini masih berada di urutan ke-4 dalam tiga tahun ke depan posisi ini akan terus meningkat  menggantikan sektor lain seperti;  minyak dan gas, batu bara, karet, serta tekstil yang memiliki karakter non-renewable. Selain itu kontribusi pariwisata terhadap PDB nasional  meningkat dari 9,5% pada  2014 menjadi 15% pada 2019 mendatang, sedangkan lapangan kerja yang tercipta sebanyak 11 juta akan meningkat menjadi 13 juta tenaga kerja.

Menpar Arief Yahya menjelaskan lebih jauh, environmental sustainability menjadi isu internasional dan semua negara berusaha menjaga dan meningkatkan kualitasnya dalam upaya memenangkan persaingan bisnis pariwisata global karena bila produk pariwisata suatu negara tidak menerapkan prinsip-prinsip ramah lingkungan akan ditinggalkan wisatawan. “Dalam menghadapi persaingan global, Indonesia berusaha memperbaiki peringkat daya saing pariwisata yang dalam tiga tahun ke depan akan berada di ranking 30 dunia, dari posisi semula tahun 2013 di ranking 70, tahun 2015 meningkat di ranking 50 dunia dari 141 negara,” kata Menpar Arief Yahya.

World Economic Forum (WEF) dalam Travel and Tourism Competitiveness Report 2015 menyebutkan naiknya posisi daya saing pariwisata Indonesia karena memiliki keunggulan antara lain dalam hal;  price competitiveness,  prioritization of travel & tourism, dan  natural resources, sedangkan yang menjadi kelemahan adalah dalam  tourism service infrastructure,  health and hygiene, dan environmental sustainability. “Kita unggul di natural resources, namun kita mempunyai PR di environmental sustainability  yang indexnya menurun hingga 9 poin,  tahun 2013  berada di  posisi 125  menurun di posisi 134 pada 2015. Ini menjadi PR bersama untuk memperbaiki di antaranya melalui konsep pengelolaan geopark yang mengacu pada standar UNESCO,” kata Arief Yahya.

Menpar Arief Yahya mengatakan, Indonesia perlu melakukan bechmarking  dengan China maupun Korea yang berhasil mengembangkan geopark. China berhasil mengembangkan Yuntaishan Geopark semula tahun 2000 dikunjungi 200 ribu wisatawan, meningkat menjadi 1,25 juta wisatawan dengan perolehan devisa sebesar US$ 90 juta pada 2004,  setelah dua tahun bergabung dengan GGN UNESCO. Begitu pula Jeju Island Geopark di Korea Selatan  tahun 2011 dikunjungi 7 juta wisatawan

Indonesia memiliki sekitar 40 geoheritage yang dikembangkan sebagai kawasan geopark nasional (GN) yang  4 di antaranya yakni; GN Kaldera Toba (Sumatera Utara); GN Merangin (Jambi), GN Ciletuh (Jawa Barat), dan GN Rinjani (Lombok, NTB) menjadi geopark global yang diakui UNESCO (UGG), selain dua UGG yang dimiliki Indonesia saat ini yaitu;  UGG Batur (Bali) dan UGG Gunung Sewu (DIY-Jateng-Jatim)


Ditayangkan sebelumnya dari situs redaksi
Tuangkan Komentar Anda
Gunakan kode HTML berikut untuk format text: <a><br><strong><b><em><i><blockquote><code><ul><ol><li><del>
CAPTCHA Image
Reload Image
Berita Terkait