Atraksi Mebat Lawar Jadi Daya Tarik Desa Wisata Pinge

Atraksi Mebat Lawar Jadi Daya Tarik Desa Wisata Pinge

Tabanan-Atraksi mebat lawar yakni masak bersama membuat kuliner khas Bali, menjadi daya tarik di Desa Wisata Pinge, Kecamatan Marga Kabupaten Tabanan, Bali. Desa Wisata binaan Indonesia Tourism Development Corporation (ITDC), terus didampingi hingga mandiri sebagai desa wisata. Managing Director the Nusa Dua  menjelaskan kepada wartawan mebat lawar ini sangat menarik dijadikan atraksi wisata. "Ini luar biasa. Saya kira kalau dikemas dengan baik, wisatawan akan sangat tertarik. Karena hal seperti ini yang mereka ingin nikmati," ungkapnya di Desa Pinge, Kabupaten Tabanan (11/06/2019) kemarin. 

Selain menikmati sensasi membuat kuliner khas Bali, wisatawan juga dapat merasakan kebersamaan berbaur dengan masyarakat Bali. "Kalau itu disajikan sebagai sebuah atraksi bagi wisatawan saya kira sangat menarik. Sangat potensi," terangnya.

Terlebih di era digital saat ini, wisatawan yang bisa langsung mengikuti prosesnya mengabadikan lewat story di sosial media. Bahkan postingan mereka justru jadi viral yang secara otomatis menjadi promosi bagi desa wisata Pinge. Pihaknya pun berharap, Pinge menjadi desa wisata profesional. 

"Kita tidak inginkan desa hanya jadi objek. Atraksi yang ada agar dikemas jadi daya tarik wisata sehingga bisa menghasilkan secara profesional. Masyarakatnya dapat manfaat dan menikmati hasilnya," ujarnya.

Dalam hal pembinaan dan pengembangan, pihaknya bekerjasama dengan Yayasan Tri Hita Karana demi mewujudkan konsep pariwisata berbasis budaya. "Kami sudah hasilkan sebuah buku. Mendeteksi hal positif yang perlu diangkat dan apa yang perlu diperbaiki. Kemudian dari hasil itu kita lakukan langkah perbaikan, langkah berikutnya promosi perkenalkan daerah ini sebagai desa wisata,"tambahnya.

Sementara itu, Tim Pemasaran Desa Wisata Pinge Asri, I Wayan Sumerta menjelaskan Desa Pinge telah ditetapkan melalui SK bupati Tabanan sebagai Desa Wisata sejak Tahun 2014. Jauh sebelum itu, Desa Pinge sejatinya sudah mulai menata lingkungan.

"Awalnya hanya ingin kawasan ini bersih, sehingga tamu yang lewat setelah berkunjung ke Jariluwih, menjadi terkesan," ujarnya. Lambat laun, oleh tokoh-tokoh praktisi pariwisata setempat kawasan ini mulai dikembangkan sejak tahun 2009. 

"Waktu itu belum punya ciri khas yang ditonjolkan, perlahan mulai dikenalkan atraksi Matekap (membajak sawah tradisional menggunakan sapi), menanam adi, trackking, masak bersama dan home stay.

Setelah itu dibantuklah Tim Pengelola Pinge Asri dibawah naungan Pokdarwis Desa Pinge. Setelah berkembang, wisatawan domestik maupun mancanegara mulai ramai berkunjung. 

"Dominan kunjungan wisatawan mancanegara berasal dari Perancis dan Jerman. Hampir setiap saat ada saja mereka menginap di home stay. Untuk domestik biasanya dikunjungi rombongan anak sekolah. Biasanya anak sekolah ini diperkenalkan kehidupan di desa, berbaur dengan masyarakat menginap di rumah penduduk," jelasnya.

Selama sekitar 3 hari, anak-anak ini dijauhkan dari gadget dan diajak menikmati kehidupan desa seperti ke sawah, menonton fragmen tari, belajar ngulat dan sejenisnya.(Bgs)

Tuangkan Komentar Anda
Gunakan kode HTML berikut untuk format text: <a><br><strong><b><em><i><blockquote><code><ul><ol><li><del>
CAPTCHA Image
Reload Image
Berita Terkait