60 Tahun Segara Village, Pelaku Pariwisata Bersihkan Pesisir Pantai Sanur

60 Tahun Segara Village, Pelaku Pariwisata Bersihkan Pesisir Pantai Sanur

Pegiat kepariwisataan bersama komunitas peduli lingkungan, pelajar, dan kader Pramuka melakukan aksi bersih-bersih pesisir Pantai Sanur, baru-baru ini

Tidak sebatas memungut sampah, para peserta juga melakukan pelepasan tukik. Selain menjelang akhir tahun, kegiatan ini juga serangkaian hari jadi Segara Village ke-60.

General Manager Segara Village, Ida Bagus Kharisma Wijaya kepada wartawan menjelaskan Segara Village Beach Cleaning & Turtle Release adalah satu dari rangkaian aksi sosial yang pihaknya selenggarakan. Dikatakan sejumlah pegiat kepariwisataan sengaja diajak dalam aksi kali ini. Harapannya agar seluruh pengelola dan pegiat kepariwisataan sadar terhadap kelestarian serta kebersihan Sanur sebagai salah satu destinasi wisata di Bali. 

"Jadi kita banyak melakukan acara kompetisi, dan juga bakti sosial, beberapa minggu yang lalu kita ke panti asuhan, terus ini juga menjadi salah satu program aksi sosial yang untuk Beach Cleaning & Turtle Release. Jadi bikin lingkungan kita semakin baguslah gitu, kita juga harus peduli." 

"Kita mengajak industri juga, jadi kayak ada hotel-hotel dan restaurant-restaurant juga ajak untuk berpartisipasi, semua yang ada di Sanur. Karena ini kan untuk Sanur sebenarnya ini semuanya. Jadi ya kita ajak berbagai komponenlah, jadi juga anak-anak, siswa, karena aksi ini harus dimulai oleh semua orang," jelasnya. 

Diungkapkan, Segara Village sangat konsern terhadap kebersihan lingkungan, utamanya yang terkait dengan sampah. Kharisma Wijaya memaparkan dalam operasionalisasi harian, pihaknya telah memilah sampah kedalam dua klasifikasi yaitu basah dan kering.

"Jadi pengolahan sampah itu paling penting lah, itu yang saya tekankan. Jadi ruangan sampah kita itu harus sebagai tempat yang paling bersih. Kita ada sampah industri, sampah kertas. Kita mendaur ulang, kita juga kerjasama dengan vendor-vendor untuk masalah sampah ini," ungkapnya. 

Berbicara sampah, Bali menghasilkan setidaknya 5.000 ton sampah perhari. Direktur ecoBali Recycling, Ketut Merta Adi pada kesempatan yang sama mengemukakan, secara komposisi sampah di Bali didominasi organik (60%), dan anorganik (40%). Ia tak memungkiri, khusus di Bali Selatan, geliat kepariwisataan menjadi penyumbang terbesar sampah bagi Pulau Dewata.

"Pariwisata itu banyak, hampir dua kali perorangnya, turis itu memproduksi hampir dua kali dengan orang lokal. Hampir dua kali lipat dia memproduksi sampah. Kebanyakan mungkin sampah plastik ya, kebanyakan. Tetapi rata-rata sampah di Bali itu, 60 persen itu organik sebenarnya, lebih banyak dia," paparnya. 

Khusus ecoBali Recycling dikatakan mampu mengumpulkan 2,5 ton sampah anorganik perhari. Sampah yang terkumpul itu kemudian didaur ulang oleh sejumlah pabrik yang ada di Pulau Jawa. 

"ecoBali hanya menangani sampah non-organik saja. Jadi sampah organiknya kita mengajarkan costumer itu membuat kompos dirumahnya. Kalau dia membuat kompos dirumahnya, semestinya sampah itu tidak perlu diambil, diangkut kesana kesini. Jadi itu tujuan kita mengajarkan mereka membuat kompos, kalau punya tanah satu meter saja bisa membuat kompos," ucapnya

Disinggung kendala pengelolaan sampah di Bali, Merta Adi memaparkan masyarakat belum sadar tentang cara pemisahan antara sampah organik dan anorganik. Selain itu kesadaran membuang sampah pada tempatnya juga menjadi permasalahan menahun yang sangat krusial. 

"Orang belum terbiasa memilah sampah saat ini terus terang saja saya bukan mau menjelekkan, kita masih berjuang untuk menaruh sampah di tong sampah. Jadi masih banyak orang yang tidak peduli, mungkin dari mobil buka kaca terus lempar. Nah kepedulian itu yang masih sangat perlu ditingkatkan," imbuhnya. 

 

Tuangkan Komentar Anda
Gunakan kode HTML berikut untuk format text: <a><br><strong><b><em><i><blockquote><code><ul><ol><li><del>
CAPTCHA Image
Reload Image
Berita Terkait