Ini Alasan Rupiah Terus Menguat Hingga Pagi Tadi Rp 13.887

Ini Alasan Rupiah Terus Menguat Hingga Pagi Tadi Rp 13.887

DENPASAR - Data Bloomberg menunjukkan, pukul 08.20 WIB, Jumat (9/10/2015) mata uang rupiah melonjak ke posisi Rp 13.450 per dollar AS, naik 292 poin dibanding penutupan kemarin (8/10/2015) pada Rp 13.887.

Menguatnya rupiah ini mendorong optimisme perekonomian Indonesia dan beberapa negara di Asia lainnya yang mata uangnya sempat terjun.

Ada beberapa faktor yang menyebabkan mata uang NKRI ini mulai melonjak naik. Menurut Dewi Setyowati selaku Kepala Bank Indonesia Kanwil Bali, penguatan mata uang terhadap dolar AS tidak hanya dialami oleh rupiah saja,  namun juga mata uang kawasan lainnya di Asia.

"Hal ini terjadi setelah keluarnya data tenaga kerja AS periode September 2015, yang menunjukkan bahwa data non-farm payrolls (NFC), atau jumlah tenaga kerja baru dari sektor non pertanian, lebih rendah dari perkiraan pasar. Data tenaga kerja AS yang tidak sebaik perkiraan tersebut menyebabkan mundurnya perkiraan kenaikan Fed Fund Rate," katanya kepada Tribun Bali, Jumat (9/10/2015).

Data tenaga kerja AS juga menyebabkan inflow dari investor ke pasar saham emerging markets, termasuk Indonesia. Pada 5 Oktober, bursa saham menguat ke level IHSG 4344, naik 3,28 persen dari penutupan hari sebelumnya di level 4206.

"Sementara itu, investor non residen terpantau membukukan net beli sebesar Rp. 335,3 miliar di bursa (hari sebelumnya net beli Rp. 60,9 miliar). Surat Berharga Negara (SBN) mencatat inflow sebesar Rp1,6 triliun," imbuhnya.

Sementara dari sisi domestik, pelaku pasar menyambut optimis adanya rencana pemerintah untuk merilis Paket Kebijakan Jilid III dengan menurunkan solar, serta beberapa relaksasi kebijakan kredit perbankan.

"Kebijakan ini diharapkan dapat lebih memperkuat stabilitas ekonomi dalam negeri. Selain itu, Bank Indonesia juga terus berada di pasar untuk memonitor perkembangan, termasuk di dalamnya melakukan lelang swap," katanya.

Selain itu, indikator di pasar keuangan yang sejalan dengan penguatan rupiah juga didukung dari informasi indikator penutupan pasar keuangan lainnya (per- 5 Oktober).

Yield Obligasi Pemerintah tenor 10 tahun (generic) turun 23 basis poin ke level 9,15 persen. Credit Default Swap (CDS) 5Y Indonesia turun ke level 250,7 bps (kuotasi Reuters pukul 16.30 WIB).

"Penurunan level CDS ini menunjukkan persepsi adanya penurunan risiko investasi di Indonesia. Kemudian harga minyak BRENT di level USD 48,22 per barrel naik 2,66 persen dibandingkan penutupan sebelumnya, hal hal inilah yang mendukung penguatan rupiah," katanya. (*)


Ditayangkan sebelumnya dari situs tribunbali
Tuangkan Komentar Anda
Gunakan kode HTML berikut untuk format text: <a><br><strong><b><em><i><blockquote><code><ul><ol><li><del>
CAPTCHA Image
Reload Image
Berita Terkait