Eksportir Bali: Ini Impian Kami sejak Lama

Eksportir Bali: Ini Impian Kami sejak Lama

Rencana pembukaan layanan ekspor langsung dari Pelabuhan Benoa ke luar negeri disambut positif oleh pengusaha ekspor (atau eksportir) Bali.

Bergerak di bidang ekspor handicraft melalui bendera CV Dewa Taru, pemiliknya Dewa Wirayuda mengatakan bahwa ekspor langsung melalui Pelabuhan Benoa merupakan impian sejak lama para eksportir Bali.

“Itu impian kami sejak lama, karena selama ini kan kami selalu melakukan kegiatan ekspor melalui Surabaya. Nah, adanya rencana Pelindo III ini saya rasa sangat bagus, karena bisa memangkas biaya ekspor kami,” ujar Dewa Wirayuda kepadaTribun Bali beberapa waktu lalu.

Menurut Wirayuda, ekspor yang bisa dilakukan direct melalui Pelabuhan Benoa bisa memangkas biaya operasional perusahaannya hingga 50 persen.

Selama ini, barang ekspor Wirayuda menjalani rute Bali, Surabaya, dan barulah tiba Singapura.

“Karena proses pengiriman barang yang harus melalui dulu Pelabuhan Tanjung Perak Surabaya, biaya yang dikeluarkaneksportir bisa dua kali lipat dibandingkan jika ekspor langsung dari Bali ke negara tujuan,” katanya.

Hal tersebut membuat harga barang produksi Wirayuda kurang kompetitif ketika diadu dengan barang-barang sejenis di pasar internasional.

“Barang ekspor saya harus melewati Pelabuhan Benoa ke Tanjung Perak lalu baru ke Singapura. Dari Benoa ke Perak saja sudah menghabiskan biaya 1.000 dolar AS, lalu dari Perak ke Singapura menghabiskan 2.000 dolar AS, sehingga total cost saya sebesar 3.000 dolar AS. Tentu saya tidak bisa jual murah barang saya di pasar internasional. Maka dari itu, pengiriman ekspor langsung dari Benoa bisa membuat saya menghemat sekitar 1.000 dolar AS hingga 1.500 dolar AS untuk sekali pengiriman. Kan lumayan besar itu,” katanya.

Direct shipment, imbuh Wirayuda, juga membuat harga barangnya bisa lebih bersaing dengan barang-barang sejenis dari negara-negara lain di pasar internasional.

Sementara itu, Sekretaris II Dewan Perwakilan Wilayah (DPW) Asosiasi Logistik dan Forwarder Indonesia (ALFI) Bali, Trisna, mengatakan ide adanya pelabuhan peti kemas untuk kegiatanekspor-impor langsung dari Bali ke Singapura dan Malaysia sangat brilian.

“Bagi kepentingan pengusaha logistik, hal ini sangat bagus sekali karena sudah sejak tahun 2006 kami memperjuangkannya ke para stakeholder pelabuhan. Akhirnya sekarang gayung bersambut, dan ini sangat luar biasa,” kata Trisna.

Dampak positif dari layanan direct shipment yang akan direalisasikan pertengahan Januari 2016 ini, akan menekan biaya eksportir dan importir Bali.

“Kalau tetap dilakukan seperti selama ini lewat Surabaya, biayanya cukup besar. Kabar ini tentu akan menjadi angin segar bagi pengusaha di Bali, khususnya pelaku usaha kecil dan menengah (UKM) yang produknya berkelas ekspor . Ini akan bisa menekan biaya operasional pengiriman barang mereka,” katanya semringah.(*)


Ditayangkan sebelumnya dari situs tribunbali
Tuangkan Komentar Anda
Gunakan kode HTML berikut untuk format text: <a><br><strong><b><em><i><blockquote><code><ul><ol><li><del>
CAPTCHA Image
Reload Image
Berita Terkait