Ekspor Kerajinan Tangan dari Bali ke Perancis Tetap Normal

Ekspor Kerajinan Tangan dari Bali ke Perancis Tetap Normal

Jika teror Paris berdampak besar terhadap pariwisata Bali, tidak demikian dengan ekspor dari Bali ke Perancis. Hal itu dikatakan Ketua Umum/Chairman BPD Asosiasi Eksportir dan Produsen Handicraft Indonesia (ASEPHI), Ketut Dharma Siadja.

“Sementara ini belum ada pengurangan ekspor dari Bali, karena ini kan sifatnya komoditi. Sedangkan tragedi itu melibatkan terorisme yang notabene lebih kepada keamanan suatu negara yang berdampak terhadap pariwisata,” katanya kepada Tribun Bali, Senin (16/11/2015).

Ia memisalkan tragedi terorisme di World Trade Centre, New York, AS, beberapa tahun silam yang menyebabkan kelumpuhan pada pelabuhan dan bandara.

“Kalau itu jelas menghambat jalur ekspor impor, namun untuk kasus Prancis saya rasa tidak akan berdampak signifikan,” katanya.

Dharma melihat ekspor Bali ke Perancis masih didominasi produk kerajinan tangan dan belum terjadi penurunan signifikan.

“Jika akibatnya ke perekonomian Perancis mungkin akan terjadi koreksi sedikit, karena negara itu memilki ekonomi yang kuat, apalagi respons pemerintah sangat cepat sehingga saya pikir tidak akan berdampak,” tegasnya kembali.
Data Badan Pusat Statistik (BPS) Bali mencatat bahwa nilai ekspor barang asal Bali yang dikirim lewat beberapa pelabuhan di Indonesia pada bulan September 2015 mencapai 40.030.311 dolar AS.

Angka ini naik 5,23 persen dibandingkan nilai ekspor bulan Agustus 2015 yang mencapai 38.041.330 dolar AS.
Namun demikian, capaian September 2015 tercatat mengalami penurunan sebesar 14,96 persen dari kondisi bulan yang sama tahun sebelumnya, dimana ekspor mencapai 47.070.157 dolar AS.

“Memang sekarang ini terjadi penurunan ekspor, karena masih dalam kondisi perlambatan ekonomi,” imbuh Dharma.

Data BPS menunjukkan Perancis menduduki urutan ke-9 dalam distribusi nilai ekspor berdasarkan 10 komoditas terbesar ke 10 negara tujuan utama pada September 2015, dengan ekspor tertinggi adalah benda-benda dari batu, gips, dan semen dengan persentase 12,75 persen dan disusul pakaian jadi bukan rajutan sebesar 5,64 persen. (*)


Ditayangkan sebelumnya dari situs tribunnews
Tuangkan Komentar Anda
Gunakan kode HTML berikut untuk format text: <a><br><strong><b><em><i><blockquote><code><ul><ol><li><del>
CAPTCHA Image
Reload Image
Berita Terkait