Pandemi COVID-19, ASITA Bali Berharap Kepada Pemerintah Ada Stimulus Untuk Biro Perjalanan Wisata

Pandemi COVID-19, ASITA Bali Berharap Kepada Pemerintah Ada Stimulus Untuk Biro Perjalanan Wisata

Kepariwisataan menjadi sektor yang menerima hantaman keras selama pandemi COVID-19. Bahkan Bali yang bergantung dari pariwisata mencatatkan pertumbuhan minus 12,28 persen pada kuartal III-2020. 

Pemerintah Pusat pun mengambil sejumlah langkah untuk mereduksi dampak pandemi COVID-19 terhadap kepariwisataan Bali. Salah satunya dengan mengalokasikan dana hibah pariwisata. Pulau Dewata kebagian hampir 50 persen atau sebesar Rp1,1 triliun dari keseluruhan dana hibah pariwisata yang mencapai Rp3,3 triliun. 

Ketua Dewan Pimpinan Daerah (DPD) Asosiasi Perusahaan Perjalanan Wisata Indonesia (ASITA) Bali, Komang Takuaki Banuartha mengapresiasi respon yang ditunjukkan Komisi II DPRD Bali. Ia berharap, kedepan sinergitas ASITA Bali bersama kalangan legislatif dan eksekutif dapat lebih ditingkatkan. 

"Tidak bisa dipungkiri itu. Bahwa asosisasi tanpa bekerjasama dengan pemerintah, dipastikan akan sulit menjalankan program. Jadi kita memohon kepada Komisi II DPRD Bali sebagai jembatan, karena banyak masukan dari kawan-kawan travel agent, terutama anggota ASITA Bali, dalam hal stimulus," bebernya usai rapat kerja bersama antara Komisi II DPRD Bali, BPD Bali, ASITA Bali, dan Dinas Pariwisata Provinsi Bali di ruang rapat Banmus DPRD Provinsi Bali, Selasa (8/12/2020).

Politisi Partai Golkar itu tak memungkiri, stimulus yang telah dikucurkan Kementerian Pariwisata dan Ekonomi Kreatif, sama sekali tidak menyentuh travel agent. Oleh karena itu, ia berharap Komisi II DPRD Bali menjembatani aspirasi tersebut ke Pemerintah Provinsi Bali. Selain itu, ia meminta legislatif juga bisa menyambungkan akses anggota ASITA ke Bank Pembangunan Daerah (BPD) Bali. 

"Kami meminta kepada Komisi II DPRD Bali dalam hal ini, untuk membantu menjembatani ke BPD Bali. Agar bisa memberikan kemudahan bantuan lunak, kepada pelaku biro perjalanan pariwisata. Karena tidak bisa dipungkiri, kami mendatangkan banyak wisatawan ke Bali," ucapnya. 

"Jangan bicara online travel agent (OTA). Dulu tanpa OTA, kami membawa tamu ke Bali dengan memberikan hotel dan restoran. Itu jangan dilupakanlah. Kami juga susah saat ini, tolong dibantu," lanjutnya. 

Komang Banu lebih lanjut menyampaikan, saat ini DPD ASITA Bali tengah merancang sebuah event expo. Expo itu rencananya mempertemukan pelaku industri pariwisata dan usaha dari dalam serta luar negeri. Tujuannya untuk mengangkat kembali kepariwisataan Bali yang kini terpuruk. 

"Begitu Bali dibuka, kita akan menyelenggarakan kegiatan tersebut. Oleh karenanya kami meminta kepada Komisi II DPRD Bali yang membidangi pariwisata, agar bisa memberikan bantuan, dan dukungan maupun dana nantinya untuk promosi," pungkasnya.

Sementara ditempat sama Ketua Komisi II DPRD Bali, Ida Gede Komang Kresna Budi menyayangkan belum adanya kucuran bantuan kepada ASITA Bali selama pandemi COVID-19. Padahal ia menilai, ASITA selama ini menjadi pendukung penting dalam mendatangkan wisatawan. 

"Tanpa adanya ASITA, kan wisatawan tidak ada yang masuk ke Bali. Tetapi perhatian kita belum kepada ASITA," ungkapnya

Oleh karena itu, pihaknya mendesak pemerintah segera mengalokasikan anggaran bagi anggota ASITA Bali. Bantuan itu diharapkan dapat meringankan beban anggota ASITA Bali yang juga terdampak pagebluk corona. 

"Untuk itu kita harapkan pemerintah dalam hal ini Bapak Gubernur Bali, supaya lebih banyak membantu kepada ASITA Bali. Selama ini tidak ada. Yang ada bantuan hanya untuk hotel dan restoran. Kasihan kan mereka (anggota ASITA Bali). Padahal ini juga menyangkut banyak pegawai," ujarnya.

"Core atau inti dari pariwisata Bali itu sebenarnya di Travel Agent. Mereka ujung tombak, berada di hulunya dalam mendatangkan wisatawan. Atas dasar itulah pertemuan hari ini dilaksanakan. Mudah-mudahan ada titik temu daripada kita, DPRD Bali, Pemerintah Provinsi Bali dengan pusat. Jadi semua yang menjadi keluhan ASITA, harus kita pahami bersama-sama," imbuhnya. 

Ida Gede Komang Kresna Budi mengakui, kondisi ini timbul akibat kelalaian legislatif dan eksekutif dalam pengalokasian anggaran. Terlebih ditengah pandemi COVID-19, pemerintah hanya berpikir dampaknya terhadap pelaku perhotelan, villa, dan restoran. 

"Kita juga lalai ini. Sampai anggaran untuk ASITA nol rupiah, berarti karena lalai ini. Dinas Pariwisata seharusnya sudah ada program. Paling tidak programnya itu bantuan hibah dalam pelaksanaan expo, dan promosi kepada ASITA Bali," tegasnya. 

 

Tuangkan Komentar Anda
Gunakan kode HTML berikut untuk format text: <a><br><strong><b><em><i><blockquote><code><ul><ol><li><del>
CAPTCHA Image
Reload Image
Berita Terkait