Peningkatan signifikan penyaluran kredit investasi di Bali secara year on year (yoy). Otoritas Jasa Keuangan (OJK) mencatat, kredit investasi di Bali hingga Mei 2024 di angka 19,69%.
Sedangkan pada periode yang sama tahun 2023, penyaluran kredit investasi hanya tumbuh 5,50%. Pertumbuhan itu secara tidak langsung menjadi gambaran optimisme investor dan perbankan.
Kepala OJK Provinsi Bali, Kristiantri Puji Rahayu mengakui, optimisme itu sebagai tren positif, utamanya pasca pandemi Covid-19. Perbankan disebut tak akan berani menyalurkan kredit investasi, jika tidak melihat adanya prospek cerah di Bali.
"Yang namanya kredit investasi itu time horizon sampai 15 tahun. Bedanya dengan modal kerja yang hanya 1 tahun. Ini artinya apa? Ketika bank itu sudah mulai menggelontorkan kredit investasi yang jangka waktunya panjang dan juga dunia usaha sudah mau melakukan ekspansi dengan meminta kredit investasi yang jangkanya panjang, itu artinya mereka percaya dengan kondisi yang lebih baik," ungkapnya saat acara Ngobrol bersama Update Berita (Ngorte) with Media di Denpasar, Rabu (10/7/2024).
Direktur Pengawasan Lembaga Jasa Keuangan OJK Provinsi Bali, Ananda R. Moy di tempat yang sama menjabarkan, penyaluran kredit keseluruhan tumbuh 6,93% yoy. Secara nominal, penyaluran kredit sampai Mei 2024 sebesar Rp107,28 triliun.
"Penyaluran kredit, kita melihat bahwa saat ini kredit investasi itu luar biasa bertumbuh sampai 19,69 persen. Konsumsi juga bertumbuh. Modal kerja sedikit melandai, mungkin karena memang saat ini konsentrasinya banyak yang diambil oleh investasi," ujarnya.
"Karena kalau kita lihat dari sisi debitur, korporasi itu tumbuhnya cukup besar," lanjutnya.
Tidak hanya penyaluran kredit, Dana Pihak Ketiga (DPK) juga mengalami pertumbuhan yang masif. Pertumbuhan DPK di Bali secara year on year mencapai 18,88%.
Jumlah DPK per Mei 2024 mencapai Rp179,21 triliun. Tingginya DPK disebut sejalan dengan banyaknya dana masuk Bali.
Tren positif industri jasa keuangan juga diperlihatkan dari Non Performing Loan (NPL). NPL Gross per Mei 2024 masih di angka 3,44%.
Sementara dari sisi Loan at Risk (LAR) di angka 15,86%. Dibandingkan Mei 2023, terjadi penurunan LAR di Bali.
"LAR itu terdiri dari NPL, lalu kredit restrukturisasi, lalu kredit berkualitas rendah itu menurun. Berarti banyak kredit yang berhasil diselesaikan, yang dibarengi ekspansi penyaluran kredit," jelasnya.
"Sehingga rasio LAR-nya bisa turun. Dan ini kalau dia turun terus, artinya perbankan kita semakin sehat," pungkasnya.
Tuangkan Komentar Anda