Hadapi Ketidakpastian Ekonomi Global, Ini Kebijakan Bank Indonesia

Hadapi Ketidakpastian Ekonomi Global, Ini Kebijakan  Bank Indonesia

Dalam rangka memperkuat ekosistem riset di Bank Indonesia, BI Institute bekerjasama dengan the Asia-Pacific Applied Economics Association (APAEA) menyelenggarakan 12th Bulletin of Monetary Economics and Banking / BMEB International Conference and Call for Papers, di Bali, tanggal 30 - 31 Agustus 2018 (one and a half day International Conference and Call for Papers). 

 Gubernur Bank Indonesia, Perry Warjiyo menjelaskan, Bulettin of Monetary Economics and Banking merupakan jurnal berstandar internasional yang memuat hasil riset baik dari dalam maupun luar negeri. BMEB ini pun diupayakan dapat mendukung rumusan kebijakan Bank Indonesia.

"Untuk mendukung Bulletin of Monetary Economics and Banking itu, makanya dalam dua hari ini kita melakukan konferensi dari Call For Paper. Jadi paper-paper yang masuk baik dari peneliti nasional maupun internasional kita undang untuk kita seleksi, mana yang standarnya internasional itu kita presentasikan dalam 2 hari konferensi internasional ini," ungkapnya kepada wartawan di Anvaya Hotel, Kuta, Kamis (30/8/2018).

"Ini kita lakukan dengan kerjasama juga dengan sejumlah Profesor terkenal dan juga kerjasama dengan asosiasi ekonomi dari Asia Pasifik atauAsia Pasific Applied Economics Association (APEA). Dan ada 180 hasil riset yang masuk, tetapi tidak semua berstandar internasional. Kami seleksi secara ketat, dari 180 ini kemudian kita pilih, dan dari jumlah itu 60 paper terbaik. Dari 60 paper tersebut 36 itu hasil penelitian dari peneliti Indonesia, dan 24 karya peneliti internasional," imbuhnya.

 Perry Warjiyo menyampaikan, pihaknya telah memikirkan sejumlah rumusan kebijakan terkait dengan kondisi perekonomian dalam dan luar negeri. Kebijakan itu secara garis besar untuk menjaga stabilitas dan memperkuat momentum pertumbuhan ditengah ketidakpastian ekonomi keuangan global.

 "Kami berpandangan dari pendapat kami dari sisi Indonesia khususnya dari juga Bank Indonesia, untuk menjaga stabilitas dan memperkuat memontum dari pertumbuhan, kuncinya tidak hanya harus memperkuat ketahanan ekonomi, tetapi juga mampu merumuskan bauran kebijakan," katanya.

 Bauran kebijakan (policy mix) yang dimaksud yakni optimalisasi sejumlah instrumen. Instrumen pertama melalui kebijakan suku bunga, kedua berupa intervensi ganda untuk menstabilkan nilai tukar rupiah, dan instrumen ketiga dalam bentuk swap valuta asing.

 Sedangkan dari sisi memperkuat momentum pertumbuhan, Bank Indonesia disebut telah mengeluarkan sejumlah kebijakan, seperti relaksasi loan to value ratio downpayment kredit perumahan, intermediasi makro prudensial, rerata giro wajib minimum, pendalaman pasar keuangan serta pengembangan ekonomi dan keuangan syariah.

 "Jadi sekali lagi, bagaimana bank sentral merespon untuk maintaining stability and strengthening momentum of amidst high uncertainties terapkanlah bauran kebijakan, yang terdiri tadi instrumen suku bunga, stabilisasi nilai tukar rupiah, kemudian juga makro prudensial, juga instrumen-instrumen lain pendalaman pasar keuangan, ekonomi keuangan syariah bagi negara-negara yang ingin mengembangkan ekonomi keuangan syariah," papar Perry Warjiyo

Tuangkan Komentar Anda
Gunakan kode HTML berikut untuk format text: <a><br><strong><b><em><i><blockquote><code><ul><ol><li><del>
CAPTCHA Image
Reload Image
Berita Terkait