Forum Sekuritas Asia ke-23 Bahas Perkembangan Fintech

Forum Sekuritas Asia ke-23 Bahas Perkembangan Fintech

Asosiasi Perusahaan Efek Indonesia (APEI) akan menggenjot upaya dalam mendukung pembangunan berkelanjutan salah satunya dengan mengarahkan dana investor di pasar modal yang ditujukan untuk pembiayaan berbasis kepedulian alam dan lingkungan.

Sebanyak 23 perwakilan perusahaan efek dari 18 negara ambil bagian dalam 23rd Annual General Meeting Asia Securities Forum. Beberapa hal dibahas dalam pertemuan yang berlangsung 4 hari (31 Oktober - 3 November 2018) di Nusa Dua tersebut. 

Komite Ketua Umum Asosiasi Perusahaan Efek Indonesia (APEI), Karman Pramurahardja kepada wartawan menjelaskan, target pertemuan ini untuk menata pasar agar lebih efisien. Dengan market yang efisien, pihaknya berharap dapat menjaga kebersinambungan perkembangan dimasing-masing negara. 

"Kita mau berbagi, dan diskusi kesulitan dari masing-masing negara, bagaimana sistem mereka ketika terjadi dimasing-masing negara, dan kita sharing bagaimana pemecahannya. Terus kedepannya seperti apa. Jadi kadang-kadang ada negara yang mungkin agak sedikit terlambat, ada negara yang lebih duluan," katanya usai pembukaan 23rd Annual General Meeting Asia Securities Forum, di Nusa Dua, Kamis (1/11/2018). 

"Jadi kita berharap, forum yang dilaksanakan setiap tahun ini bisa menjembatani gap-gap yang ada diantara negara, sehingga secara keseluruhan regional Asia Pasifik bisa berkembang secara bersamaan. Karena regional Asia Pasifik sebenarnya adalah salah satu area dimana financial growhtnya itu salah satu yang paling besar di dunia," imbuhnya. 

Sidang umum tahunan forum sekuritas Asia ke-23 ini pun membahas perkembangan financial technology (fintech). Dikatakan, perkembangan fintech membawa pergeseran pola pikir konsumen dan produsen. Perubahan juga disebut terjadi dalam financial industry di dunia, termasuk di Indonesia. 

"Perusahaan sekuritas sebagai intermediaries dari itu (financial technology, red) kita melihat ini merupakan suatu perkembangan yang harus ditindaklanjuti. Ya kalau tidak, memang kita akan menjadi ketinggalan. Nah jadi salah satu dari pembahasan yang utama yang dilakukan di hari ini sebagai topiknya adalah bagaimana perusahaan sekuritas di regional Asia Pasifik menyikapi perkembangan dari fintech, dan bagaimana intermediaries function dari perusahaan sekuritas berubah karena adanya kemajuan fintech," ujarnya. 

Karman Pramurahardja lebih lanjut mengatakan, Asia Securities Forum juga menargetkan adanya inisiatif dalam pertemuan tahunan ini. Inisiatif itu ditekankan pada peran serta nyata perusahaan sekuritas mendukung Sustainable Development Goals (SDG's). 

"Jadi dengan menghasilkan instrumen-instrumen atau pengumpulan dana yang bisa lebih membantu sustainable development goals itu. Mungkin kita bisa lebih promoted seperti green bonds atau instrumen keuangan yang sifatnya lebih ditujukan untuk melestarikan misalnya binatang-binatang yang akan punah atau mungkin eksosistem bawah laut seperti terumbu karang dan sebagainya," pungkasnya. 

 

Sementara itu Kepala Eksekutif Pengawas Pasar Modal sekaligus Anggota Dewan Komisioner OJK Hoesen yang membuka forum tersebut mendorong perusahaan efek untuk menyikapi perkembangan "fintech" tersebut.  "Mudah-mudahan bisa disikapi perkembangan 'fintech' dengan bijaksana bahkan bisa bersinergi dengan perusahaan efek yang menjadi fungsi intermediasi di pasar modal Indonesia," katanya. 
   
 "Fintech", lanjut dia, memberikan kemudahan akses bagi masyarakat menjadi investor pasar modal atau membeli saham khususnya yang berada di daerah kepulauan.
     
Namun di sisi lain, keberadaan teknologi itu memberi pengaruh kepada pialang, meski para "broker" itu saat ini lebih banyak akan berkecimpung dalam memperkenalkan pasar modal, menjaga hubungan, edukasi dan informasi perkembangan emiten.

Tuangkan Komentar Anda
Gunakan kode HTML berikut untuk format text: <a><br><strong><b><em><i><blockquote><code><ul><ol><li><del>
CAPTCHA Image
Reload Image
Berita Terkait