Dampak COVID-19, DPD REI Bali Berharap Perbankan Permudah Dalam Pembiayaan 

Dampak COVID-19,  DPD REI Bali Berharap Perbankan Permudah Dalam Pembiayaan 

Dampak wabah virus Corona (Covid-19) tidak hanya merugikan sisi kesehatan, bahkan turut mempengaruhi perekonomian, khusunya di Bali. Ekonomi dipastikan melambat, yang mempengaruhi dunia usaha. Sektor properti juga terkena dampak dari penyebaran virus Covid-19 di dunia.

Ketua DPD REI Bali, Gede Suardita, berharap BI dan OJK bisa membantu agar aturan yang turun ke perbankan lebih realistis dan pro terhadap perekonomian di bawah.Khususnya untuk sektor properti, dan mengimbau perbankan agar tidak terlalu rumit memberikan syarat.

“Jadi otoritas berwenang bisa selalu mengontrol kebijakan perbankan, agar sesuai aturan yang telah diterbitkan dan ditetapkan. Semisal penurunan suku bunga, harus segera direspon perbankan,” tegasnya di webinar via Zoom bertajuk 'Kebijakan Perbankan di Masa New Normal Terhadap Dunia Properti di Denpasar, Selasa (14/7/2020).

Ia juga berharap, perbankan segera membuka pintu kembali untuk pembiayaan properti baik untuk end user maupun developer  dengan bunga murah dan proses simple.

“Serta memberikan relaksasi bagi debitur yang sangat terdampak, guna cepat memulihkan ekonomi Bali, dan memberikan rakyatnya perumahan layak,” jelasnya.

Untuk itu, kata dia, webinar ini bertujuan mendengarkan langsung pendapat dan arahan dari BI serta OJK sebagai pembuat aturan terkait controlnya di bidang moneter dan perbankan.

Kemudian bersama perbankan, mengatur strategi agar lebih pro pada rakyat dan pengusaha khususnya pengusaha properti dalam memberikan perumahan layak dan terjangkau bagi warga Bali.

Gede pun mengaku optimistis ekonomi akan segera pulih, seiring berkembangnya era baru berdampingan dengan Covid-19 dan tetap menjalankan protokol kesehatan.

Mengenai penurunan suku bunga, perbankan sepakat tetap mengikuti arahan BI dan OJK.

Kepala Grup Advisory dan Pengembangan Ekonomi BI, Rizki Ernadi Wimanda, dalam webinar yang sama memaparkan Bank Indonesia mencatat pertumbuhan ekonomi Indonesia pada 2020 hanya 2,97 persen (yoy).

BI memperlihatkan perlambatan ekonomi memerah di seluruh wilayah Indonesia, kecuali Papua dan Kalimantan Selatan yang masih hijau karena didorong kinerja pertambangan.

"BI memproyeksi pertumbuhan ekonomi Indonesia pada 2020, diperkirakan 0,9-1,9 persen saja,” jelasnya. BI juga mencatat non performing loan (NPL) pada April 2020, masih terpantau naik.

Khusus untuk sektor konstruksi NPL naik dari 3,83 persen pada Maret 2020, menjadi 3,93 persen pada April 2020.

Selain Indonesia, BI mencatat ekonomi Bali cukup terpuruk akibat Covid-19 ini.

“Khusus pertumbuhan penyaluran KPR cenderung melambat sejak awal tahun 2020, walau demikian NPL perbankan masih terjaga,” ungkapnya.

Ia menjelaskan, pada triwulan I-2020, perlambatan harga properti residensial sudah dialami beberapa negara di Asia seperti Thailand dan Singapura.

Perkembangan harga properti residensial pada triwulan I-2020, di Denpasar masih menunjukkan peningkatan terutama bersumber dari meningkatnya harga rumah tipe kecil.

“Metode penjualan mayoritas memanfaatkan fasilitas KPR sekitar 50 persen,” sebutnya.

BI mencatat perkembangan harga properti residensial pasar sekunder untuk wilayah Denpasar dan Kuta Selatan menunjukkan perlambatan.

Penyebaran Covid-19 memperdalam perlambatan ini.BI Pun mengambil sikap dengan menurunkan BI 7DRR 25 bps, kemudian suku bunga deposit facility turun 25 bps, dan suku bunga lending facility turun 25 bps.

Deputi Direktur Pengawasan Lembaga Jasa Keuangan 2 dan Perizinan OJK, Yan Jimmy Hendrik Simarmata menjelaskan, perkembangan kredit sektor perbankan memang terbesar masih di sektor perdagangan besar dan eceran dengan posisi di April 2020 sebesar Rp 27.458 miliar atau 31,41 persen dari total penyaluran kredit bank di Bali.

“Sementara total penyaluran kredit ke sektor real estate, usaha persewaan dan jasa perusahaan baru mencapai Rp 3.273 miliar atau 3,74 persen dari total penyaluran kredit bank di Bali,” sebutnya.

Direktur Utama BPR Lestari, Pribadi Budiono menegaskan, bahwa tak ada kenaikan suku bunga di perbankan.

“Suku bunga cenderung turun, jadi sesuai arahan OJK dan BI. Kemudian jika dibandingkan BPR lainnya, kami di BPR Lestari sudah paling kecil suku bunganya hanya sekitar 12,5 persen,” sebutnya.

Hal yang sama diungkapkan Regional CEO Bali dan Nusra, Herinaldi.

“Memang untuk penetapan suku bunga, kami mengikuti kebijakan Bank Mandiri pusat, dan tentu saja kami melihat potensi dan posisi di pasar, bagaimana penetapan tersebut ditetapkan,” jelasnya.

Untuk penyesuaian suku bunga sendiri, kata dia, sebenarnya mulai Juli telah dilakukan untuk suku bunga floating dari 13,25 persen menjadi 12,25 persen.

“Jadi melihat situasi saat ini dan repo rate turun, maka Bank Mandiri juga mengikuti,” imbuhnya.

Bank Mandiri pun, kerap memberikan suku bunga spesial dalam beberapa produknya.

DBM Bisnis BTN Denpasar Hendra Toto,  menjelaskan, perbankan adalah perusahaan yang harus menghasilkan laba juga.

“Namun demikian kami tentu memperhatikan kepentingan nasabah, baik nasabah funding dan landing,” jelasnya.

Ia menjelaskan, di satu sisi secara bisnis nasabah funding selalu menginginkan bunga tinggi.Sementara nasabah landing, kerap meminta bunga rendah.

“Sehingga kami menghitung, antara selisih bunga keduanya. Kami pun ke depan, selalu menyesuaikan dalam bisnis ini. Tidak mungkin memposisikan bunga kredit terlalu tinggi, karena akan kalah saing dengan bank lainnya,” tegas Hendra.

BTN juga kerap memberikan bunga spesial pada produknya

Tuangkan Komentar Anda
Gunakan kode HTML berikut untuk format text: <a><br><strong><b><em><i><blockquote><code><ul><ol><li><del>
CAPTCHA Image
Reload Image
Berita Terkait