Bertambahnya Hotel Berbintang, Okupansi Hotel di Denpasar Menurun

Bertambahnya Hotel Berbintang, Okupansi Hotel di Denpasar Menurun
Pariwisata di Bali terus tumbuh dan berkembang. Masyarakat saat ini jeli melihat peluang dan dengan tumbuhnya pariwisata, sektor lain seperti konstruksi juga mengalami peningkatan. 
 
Terbukti dengan semakin bertambahnya jumlah hotel berbintang maupun non bintang di Bali. "Namun, dampak buruknya dengan semakin membludaknya jumlah kamar, tentu saja pada okupansi atau tingkat hunian hotel yang terus mengalami penurunan. Paling tinggi di musim-musim high season paling hanya 70 persen," papar Sekretaris PHRI Kota Denpasar, A.A. Ngurah Adhi Ardana, saat ditemui di Denpasar.
 
Kondisi tersebut, kata dia, kemungkinan juga terjadi di wilayah lain selain di Denpasar. Ardana mengatakan dengan adanya bulan Ramadhan dan pemilu sebentar lagi, memang bisa meningkatkan okupansi, hanya saja tidak begitu signifikan. 
 
"Kalaupun meningkat mungkin hanya naik 15-20 persen. Karena kondisi okupansi saat ini sekitar 50 persen. Berarti kemungkinan okupansi menjadi 65-70 persen," sebutnya. 
 
Selain karena semakin membludaknya jumlah kamar, jumlah event yang diadakan di kota Denpasar khususnya sangat sedikit. Sehingga wisatawan yang datang ke Denpasar jumlahnya jauh lebih kecil jika dibandingkan dengan di daerah Badung misalnya.
 
"Promosi kota Denpasar juga sangat kurang. Yang terkenal hanya Sanur saja. Sementara di jantung kota Denpasar sendiri kurang dikenal dan tidak gencar dipromosikan," tambah Ardana yang juga anggota DPRD Bali 2014-2019 ini. Padahal, kata dia, alun-alun kota Denpasar sudah layak untuk dipromosikan.
 
 "Di sinilah pentingnya promosi. Sementara promosi saat ini hanya dilakukan masing-masing industri. Tidak ada promosi yang menyeluruh dari daerah itu sendiri," ungkapnya.
 
 "Promosi kita masih jauh jika dibandingkan dengan negara ASEAN yang lain," tambahnya. Dirinya juga mengaku optimis dengan pariwisata di Denpasar. "Hanya saja masih perlu arahan dan niat dari para stakeholder yang berkepentingan juga kerjasama dengan pemerintah untuk mengembangkannya," papar dia. 
 
Menurut Ardana, pariwisata di Bali saat ini tidak lagi terarah. Turis-turis yang datang ke Bali lebih banyak memadati pusat-pusat hiburan. "Kalau di tahun 70-80an, wisatawan yang datang ke Bali memang datang untuk melihat kebudayaan kita di sini. Tidak seperti sekarang, yang datang ke Bali hanya karena ingin menginjakkan kaki di Bali saja. Atau berwisata di villa tapi tidak kemana-mana. Perginya juga ke pusat hiburan," jelas Ardana. 
 
Kalau sudah begitu, pemasukan dari turis ke kehidupan masyarakat sekitar di daerah wisata tentu saja semakin berkurang. "Wisatawan saja yang dibilang terus naik. Tapi lama tinggalnya di Bali terus berkurang. Apa itu menguntungkan Bali?," katanya. 
 
Karena itu, Ardana menyarankan agar pemerintah membuat kondisi yang sesuai dan berkesinambungan juga terarah untuk pariwisata. Selain juga terus gencar melakukan promosi. 
 
"Kualitas pelayanan juga perlu ditingkatkan. Jangan hanya memperhitungkan kuantitasnya saja. Dengan perbaikan kualitas pelayanan, wisatawan yang datang bisa terkesan dan akhirnya tidak kapok untuk datang lagi,"tutupnya
Tuangkan Komentar Anda
Gunakan kode HTML berikut untuk format text: <a><br><strong><b><em><i><blockquote><code><ul><ol><li><del>
CAPTCHA Image
Reload Image
Berita Terkait