APJII Catat Industri Aplikasi Lokal Hadapi Tantangan Cukup Berat

APJII Catat Industri Aplikasi Lokal Hadapi Tantangan Cukup Berat

Asosiasi Penyelengara Jasa Internet Indonesia (APJII) mencatat industri aplikasi di Tanah Air mengalami pertumbuhan positif. Hanya saja, ditengah perkembangan itu, penyedia aplikasi dalam negeri, menghadapi tantangan yang tidak ringan.

Ketua Umum APJII periode 2018-2021, Jamalul Izza kepada wartawan mengakui, aplikasi lokal kalah saing dengan pemain Over The Top (OTT) internasional.

Jamalu lzza kembali terpilih sebagai Ketua Umum Asosiasi Penyelenggara Jasa Internet Indonesia (APJII) untuk tiga tahun ke depan (2018-2021) setelah memenangkan suara terbanyak dalam Munas ke-10 di Hotel Inaya, Nusa Dua, Bali.

Tapi tantangan kedepan sebenarnya cukup besar, yang pertama adalah musuh kita itu, tantangan kita itu bukan sesama penyelenggara yang ada di Indonesia, tetapi tantang kita itu adalah bagaimana kita menghadapi OTT, OTT luar yang masuk ke Indonesia," ungkapnya.

Jamalul menyebut hal itu sebagai Pekerjaan Rumah yang cukup berat. Alasannya, aplikasi asing yang masuk sudah terlanjur membumi dengan masyarakat Indonesia.

"Contohnya misal konten-konten yang ada diluar begitu ya, itu masuk ke Indonesia. Ini sebenarnya PR kita cukup berat sebenarnya begitu ya. Nah infrastruktur sudah bagus misalnya, infrastruktur sudah beberapa berkembang, tetapi yang paling penting bagaimana konten-konten lokal itu tetap tumbuh terus trafficnya kedepan kita mau adalah traffic kita tidak selalu ke internasional, tetapi bagaimana kita mempertinggi traffic yang ada di Indonesia," ujarnya.

"Selama ini sudah terjadi. Bagaimana tumbuh konten-konten lokal, sehinggatrafficnya itu sudah mulai mutar didalam Indonesia sendiri," imbuhnya.

Ketua Umum APJII mencontohkan, konten internasional yang tak asing di telinga pengguna internet dalam negeri diantaranya Facebook, Instagram, dan Twitter. Kedepan, untuk meningkatkan daya tawar konten lokal, pihaknya menginginkan regulasi ketat terhadap konten internasional.

"Istilahnya mereka memakai jalan lalu lintas di Indonesia, tetapi kan mereka tidak bayar pajak. Google yang kemarin melakukan pembayaran pajak, tetapi beberapa konten luar, mereka mengambil keuntungan cukup besar di Indonesia, tetapi tanpa mereka membayar pajak begitu lo. Makanya ini PR pemerintah, dan kita bersama ya, bagaimana menumbuhkan yang namanya konten-konten yang ada di lokal," paparnya.

Ditanya kendala pertumbuhan konten lokal, Jamalul mengatakan banyak faktor menjadi penghambat. Diantaranya terkait biaya (cost), dan ketertarikan masyarakat dalam memanfaatkan aplikasi karya anak negeri.

Tuangkan Komentar Anda
Gunakan kode HTML berikut untuk format text: <a><br><strong><b><em><i><blockquote><code><ul><ol><li><del>
CAPTCHA Image
Reload Image
Berita Terkait