Biaya Sekolah di Bali Mahal, Suarbawa: ‘Ini 25 Persen..

Biaya Sekolah di Bali Mahal, Suarbawa: ‘Ini 25 Persen..

DENPASAR - Sejumlah warga mengeluhkan mahalnya biaya pendidikan di Bali. Terutama jika dibandingkan dengan beberapa kota besar lain di Indonesia.

“Saya mengeluhkan biaya pendidikan di Bali kok mahal. Saya bandingkan, di Kota Surabaya biaya pendidikan tingkat SMA kok bebas-bebas,” ujar Ida Bagus Suarbawa di atas Podium Bali Bebas Bicara Apa Saja (PB3AS) di Lapangan Bajra Sandhi, Renon, Denpasar, Minggu (24/5/2015).

Suarbawa mengatakan, apabila dibandingkan dengan Provinsi Nusa Tenggara Timur (NTT) pun biaya pendidikan untuk tingkat SMA di Bali juga lebih mahal.

“Mohon maaf Pak, anak saya sekolah tingkat SMA di sini harus membayar Rp 560 ribu per bulan. Itu belum di tambah dengan pengeluaran jika ada kegiatan lain. Sementara di NTT, enggak sampai Rp 150 ribu sudah semuanya," ujarnya.

Ia menuturkan, lebih mahalnya pendidikan di Bali dibanding di NTT bisa dibuktikannya.Hal ini tentu berdampak pada beban pengeluaran rumah tangganya yang semakin besar setiap bulan.

“Saya punya anak tiga, kebetulan dua-duanya SMA dan satu bulan bayarnya Rp 1,2 juta untuk bayar SPP. Itu menghabiskan alokasi gaji kotor saya 25 persen,” katanya.

Suarbawa berharap, pemerintah bisa menyikapi persoalan mahalnya pendidikan di Bali.

“Denpasar ini cermin Bali, usahakan pendidikan lebih murah,” harapnya.
Ia tak bisa membayangkan teman-teman stafnya, atau pekerja tidak tetap lainnya yang gajinya hanya sesuai dengan Upah Minimum Provinsi (UMR).

“Bayangkan kalau mereka punya anak SMA atau SMP, mampukah mereka? Walaupun anaknya cerdas tapi biaya tidak mampu, ya kasihan,” urainya.

Kritik atas kondisi pendidikan di Bali juga dikemukakan Cornelis Ratu. Warga asal Banjar Buagan Denpasar Barat ini mengeluhkan transparansi jalur masuk siswa dari jalur prestasi non akademik yang diinformasikan melalui website Disdikpora Kota Denpasar.

”Coba benar dicek, anak-anak yang lewat jalur berprestasi benar apa nggak dia berprestasi atau cuma abal-abal rekruitmennya,” ujar Cornelis. Jika tidak transparan hal ini bisa menimbulkan kekecewaan atlet-atlet yang sungguh berprestasi tapi tak bisa lolos.

Dikonfirmasi mengenai keluhan-keluhan warga ini, Kabid Pendidikan Menengah Disdikpora Provinsi Bali, I Wayan Susila menegaskan, pihaknya kini sedang melakukan kajian mengenai biaya pendidikan di Provinsi Bali.
“Ini sedang dikaji. Kalau sekian, pemerintah bisa enggak bantu semuanya?” jelas Susila.

Susila menambahkan, ia  tidak mengetahui secara pasti penyebab mahalnya biaya pendidikan di Provinsi Bali dibanding daerah lainnya. “Saya tidak tahu yang di luar itu. Ini tergantung dari kegiatan-kegiatan di sekolah atau kreativitas di sekolah. Misalnya, biaya mengikuti lomba atau kegiatan lain, tentu menyebabkan biaya pendidikan lebih tinggi,” katanya.

Ia mengatakan tingginya biaya pendidikan bisa berbeda antara sekolah satu dengan sekolah yang lain sesuai kebutuhan kegiatan sekolah. Seperti yang saya sampaikan tadi nanti akan dikaji sehingga paling tidak ada keseragaman biaya pendidikan masing-masing sekolah,” tegasnya. Lebih lanjut menyoal transparansi rekruitmen siswa berprestasi, ia menjelaskan bahwa hal itu sudah ada pedoman pelaksanaannya.

“Minimal dia juara 1,2,3 minimal ditingkat kabupaten/kota nanti akan diatur lebih lanjut di masing-masing kabupaten/kota,”terangnya. (*)

 

Sumber: Tribun Bali

Tuangkan Komentar Anda
Gunakan kode HTML berikut untuk format text: <a><br><strong><b><em><i><blockquote><code><ul><ol><li><del>
CAPTCHA Image
Reload Image