Misteri Kitab Sihir Calonarang [Bag. 1]

Misteri Kitab Sihir Calonarang [Bag. 1]

Dalam banyak sejarah dan banyak riwayat, Ilmu sihir memang akan lebih ampuh jika dilakukan oleh seorang wanita. Dalam level ilmusihir yang setingkat, penyihir wanita (Witch) akan lebih unggul dibandingkan penyihir pria (Wizard). Tapi ada pula yang berpendapat bahwa jaman dahulu banyak terjadi perendahan martabat wanita, sehingga banyak wanita yang "dituduh" sebagai tukang sihir jahat.



ilustrasi Calonarang dan putrinya Ratna mangali


Besar kemungkinan karena pada masa itu sihir yang paling dikenal adalah sihir dewi Isis yang menggunakan simpul tali (simpul dewi Isis) sebagai medium sihir. Sihir ini berasal dari mesir, dan menyebar ke timur tengah. Uniknya sahabat anehdidunia.com, hampir semua penyihir yang melestarikan dan menggunakan simpul Isis sebagai medium sihir, berjenis kelamin wanita.  
 


Lepas dari itu, yang pasti bahwa ilmu sihir ini berasal dari jaman Babilonia kuno, yang diajarkan oleh dua orang Malaikat Harut dan Marut sebagai cobaan bagi manusia. Kemudian setelah itu SETAN lah yang mengajarkan ilmu sihir itu kepada manusia pada masa kerajaan Sulaiman.

Di Indonesia juga ada sebuah legenda yang berawal dari sebuah sejarah tentang seorang penyihir wanita yang dikenal jahat di masa kerajaan Kediri, yang dikenal dengan nama CALONARANG.

 


Kisah Calonarang awalnya ditulis di naskah daun lontar (tidak diketahui siapa penulisnya) dengan aksara Bali Kuna. Jumlahnya empat naskah, asing-masing bernomor Godex Oriental 4561, 4562, 5279 dan 5387 (lihat Catalogus Juynboll II. P. 300-301; Soewito Santoso 1975; 11-12).

Meskipun aksaranya Bali Kuna, tetapi bahasanya Kawi atau Jawa Kuna. Naskah yang termuda no. 4561, Beberapa bagian dari naskah 4562-5279 dan 5287 tidak lengkap sehingga dengan tiga naskah ini dapat saling melengkapi. Sebenarnya naskah no. 5279 dan 5287 merupakan satu naskah; naskah no. 5279 berisi ceritera bagian depan, sedangkan no. 5387 berisi ceritera bagian belakang. Naskah tertua no. 5279 berangka tahun 1462 Saka (1540 M). Semua naskah tersebut disimpan di Perpustakaan Koninklijk Instituut voor Taal – Land – en Volkenkunde van Ned. Indies di Leiden, Belanda.

Naskah Calon Arang pernah diterbitkan dan diterjemahkan ke dalam bahasa Belanda oleh Prof. Dr. Poerbatjaraka (lihat “De Calon Arang” dalam BKI 82. 1926: 110-180) dan pada 1975 diterjemahkan ke bahasa Indonesia oleh Dr. Soewito santoso (lihat “Calon Arang Si Janda Dari Girah”, Balai Pustaka 1975). Uraian di bawah ini disarikan dari tulisan Dr. Soewito Santoso tersebut.

Ringkasan kisah dalam naskah tersebut terdiri atas dua bagian: 

  1. Tentang Calon Arang,
  2. Tentang pembagian wilayah kerajaan Airlangga kepada dua puteranya.

Dan yang akan kita bahas adalah yang pertama yaitu kisah CalonArang
 

Latar Belakang Sejarah 

Raja Airlangga (1006-1042 M) memerintah di Jawa Timur sejak 1021 M sesuai dengan isi prasati Pucangan (Calcutta). Pusat kerajaan Airlangga berpindah-pindah karena diserang oleh musuh. Prasasti Terep (1032 M) menyebutkan raja Airlangga lari dari istananya di Watan Mas ke Patakan karena serangan musuh. Prasasti tidak menyebutkan bahwa keraton Airlangga ada di Daha, tetapi naskah Calon Arang ini menyebutkan keraton Airlangga ada di Daha (Kediri).

Pada masa itulah hidup seorang janda yang sangat sakti bernama Dayu Datu dari Desa Girah yaitu Desa pesisir termasuk wilayah Kerajaan Kediri, yang ahli ilmu sihir dan mendirikan sebuah padepokan sihir. Dayu Datu inilah yang kita kenal sebagai Calonarang. 
Calon Arang menuliskan semua ilmu sihirnya kedalam sebuah "Kitab", dan kitab sihir inilah yang dalam kisah "dicuri" atau diamankan oleh Mpu Bharadah, yang akhirnya berhasil mengalahkan Calon Arang.

Tidak jelas keberadaan kitab sihir tersebut saat ini, tetapi beberapa orang murid Calon Arang (yang telah mempelajari sebagian ilmu sihir calon arang), melarikan diri ke pulau Bali. Di Bali mereka mengajarkan dan melestarikan sebagian ilmu yang mereka pelajari dari calon arang, dan ilmu itu sekarang kita kenal dengan nama Leak. Oleh karena itulah kisah calon arang ini sangat dekat dengan adat masarakat hindu Bali sehingga calon arang di klaim sebagai orang Bali. Perlu diketahui juga bahwa pada masa itu Bali juga berada dalam kekuasaan Airlangga, dan diperintah oleh adik dari Airlangga sendiri yang bernama Anak Wungsu.

Yang menarik adalah pada masa itu, agama yang populer adalah agama Budha aliran Tantrayana. Tantrayana mengajarkan cara pintas menuju Moksa. Upacara yang dilakukan antara lain menari-nari di atas kuburan dengan iringan musik (instrumen kangsi dan kemanak) sambil minum darah dan makan daging mayat yang dilakukan pada malam hari bertelanjang badan. Ajaran ini kemudian juga dianut oleh raja Kertanegara (1268-1292 M) dari Singasari. Dengan cara demikian terjadilah pertemuan jiwa antara pelaku upacara dengan dewanya (lihat juga naskah Tantu Panggelaran disertasi dari Th. Pigeud 1924). Meskipun Ajaran Tantra dimasudkan untuk kebaikan bukan kejahatan, tapi diyakini Calon Arang juga melakukan ritual yang serupa yang dia lakukan untuk menyembah/memohon pada Btari Durga, yang notabene adalah salah satu dewi agama hindu. Sinkritisme?

Lebih menarik lagi fakta yang diketahui bahwa Mpu Bharada beragama Budha, sedangkan muridnya, yaitu raja Airlangga beragama Hindu

 

 

Misteri Kitab Sihir Calonarang [Bag. 2]


Ditayangkan sebelumnya dari situs anehdidunia
Tuangkan Komentar Anda
Gunakan kode HTML berikut untuk format text: <a><br><strong><b><em><i><blockquote><code><ul><ol><li><del>
CAPTCHA Image
Reload Image
Berita Terkait