Pembangunan Berkelanjutan, 2030 Target Emisi Gas Rumah Kaca Berkurang 29 Persen

Pembangunan Berkelanjutan, 2030 Target Emisi Gas Rumah Kaca Berkurang 29 Persen

Indonesia diberi kepercayaan menjadi tuan rumah 19th International Conference in Asia-International Union of Materials Research Societies (ICA-IUMRS). 

Kurang lebih 300 ilmuwan dan insinyur material di Asia berkumpul di Bali untuk melakukan pertukaran pengetahuan dan interaksi di antara para peneliti dan insinyur dalam upaya pencapaian green teknologi sehingga bisa mendukung pembangunan berkelanjutan dan mengurangi emis gas rumah kaca.

Peneliti BATAN sekaligus President MRS-Indonesia, Prof. Evvy Kartini menjelaskan, pertemuan kali ini dihadiri para ahli dari berbagai latar belakang. Diantaranya yang memiliki keahlian dibidang energi, kesehatan, lingkungan, dan aplikasi nuklir. 

Banyak hal dibahas, utamanya terkait dengan perkembangan material sains di dunia. Menurutnya dunia, khususnya Indonesia dapat memanfaatkan komponen material sains untuk mendukung terwujudnya program pembangunan berkelanjutan. Ia menyebut, banyak material sains yang kini sedang menjadi trend, semisal energi electric vehicle berbasis energi baru terbarukan, dan materi lithium battery. 

"Bahkan kita berdiskusi teknologi masa depan adalah industri 4.0 dimana basisnya itu semua menggunakan material seperti vensor, device, robot dan kita pernah mendiskusikan apakah mungkin di Indonesia ada solarod, dimana infinity energy, energinya dari matahari kemudian kita simpan ada di solarod, kemudian electric vehicle itu bisa sambil jalan sambil di charging, itu mimpi kita," ungkapnya kepada wartawan di Kuta, Rabu (31/10/2018).

"Karena di negara lain pun baru beberapa negara yang mempunyai itu, seperti China baru tahun ini. Kenapa tidak Indonesia bisa memulai riset tersebut, dan bisa menjadi juga pionir diantara negara-negara Asia lainnya," imbuhnya. 

Sementara Ketua Dewan Pertimbangan Presiden (Wantimpres), Sri Adiningsih menilai 19th International Conference in Asia-International Union of Materials Research Societies (ICA-IUMRS) memiliki peran strategis. Menurutnya masyarakat material sains akan sangat membantu merealisasikan pembangunan berkesinambungan yang ramah lingkungan. 

"Karena kita juga memiliki komitmen didalam kesepakatan iklim Paris 2015, mengurangi emisi gas rumah kaca sebesar 29% sampai tahun 2030, dan tentunya perlu didukung oleh semua pihak," katanya. 

Pemerintah Indonesia disebut memiliki komitmen besar dalam mewujudkan pembangunan berkesinambungan yang ramah lingkungan. Salah satu wujud komitmen itu melalui penciptaan kota hijau. 

"Indonesia sudah bekerja keras diantaranya kan ada proper yang sudah 15an tahun perusahaan-perusahaan diaudit pemenuhannya terhadap lingkungan, dan kota-kota juga mulai banyak yang hijau, dan juga energi baru terbarukan serta mengurangi kebakaran di pulau Sumatera dan Kalimantan dan juga hasilnya sudah kelihatan," ujarnya. 

Ia berharap, melalui konferensi internasional kali ini menghasilkan capaian signfikan, diantaranya soal realisasi green technology. masyarakat material sains pun diminta merumuskan roadmap dari implementasi green technology dalam mendukung pembangunan bekelanjutan. 

"Tentu saja masyarakat material sains ini kan mereka penting sekali, karena materi-materi yang kita lihat itu kan banyak yang tidak bersahabat bagi lingkungan, bisa merusak alam seperti plastik. Sekarang kan juga mulai muncul plastik yang degradable yang bersahabat dengan lingkungan, dan saya berharap banyak material-material lain yang mereka ciptakan, yang tentunya bersahabat terhadap lingkungan. Karena kalau tidak ini kan bumi akan berat menanggung materi-materi yang pada akhirnya nanti banyak yang dibuang seperti untuk elektronik ataupun gawai kita dan sebagainya," ucapnya. 

"Saya sangat berharap nanti Bu Evvy dan kawan-kawan berhasil mencari rencana kerja dan juga aksi konkrit, bagaimana green technology itu bisa dihasilkan dari seminar ini yang bisa menjadi komitmen masyarakat material sains, agar supaya ikut mendukung pembangunan berkelanjutan dan yang tentunya mengurangi emisi gas rumah kaca, dan mengurangi yang merusak lingkungan," tambah Sri Adiningsih. 

Kepala Badan Tenaga Nuklir Nasional (BATAN), Prof. Djarot S. Wisnubroto pada kesempatan yang sama menyampaikan banyak hal bisa dibahas dalam kegiatan kali ini. Disampaikan, secara internal pihaknya sudah mengembangkan beberapa teknologi baru berbasis aplikasi nuklir. Salah satunya smart magnet yang bisa diaplikasikan kedalam Kapal Republik Indonesia (KRI) milik TNI Angkatan Laut. 

"Saya kira banyak hal bisa ditekankan secara implementatif dari kaitan nuklir dengan material misalnya untuk baterai, atau misalnya untuk magnet. Kita sekarang baru mengembangkan smart magnet. Jadi itu membantu TNI AL membuat semacam kapal yang tidak bisa terdeteksi radar. Jadi yang praktis-praktis seperti itu akan kita laksanakan terus-menerus ke masyarakat," paparnya. 

"Termasuk bagaimana kelak kalau misalnya kita punya PLTN, tetapi itu masih jauh. Dan Bali tidak masuk dalam target kita untuk PLTN, karena Bali masuk daerah ring of fire, sering terjadi gempa," pungkasnya.

 

Tuangkan Komentar Anda
Gunakan kode HTML berikut untuk format text: <a><br><strong><b><em><i><blockquote><code><ul><ol><li><del>
CAPTCHA Image
Reload Image
Berita Terkait