1868 - Pierre Jules César Janssen menemukan Helium

1868 - Pierre Jules César Janssen menemukan Helium

Janssen mempelajari matematika dan fisika di Fakultas MIPA. Dia mengajar di Lycée Charlemagne pada tahun 1853, dan di Jurusan Arsitektur antara tahun 1865–1871, tetapi energinya kebanyakan dicurahkan kepada pelbagai misi ilmiah yang dipercayakan kepadanya. Dengan itulah, pada tahun 1857 dia pergi ke Peru untuk menentukan khatulistiwa magnetik; pada tahun 1861–1862 dan 1864, dia mengkaji penyerapan telurium dalam spektrum surya di Kerajaan Italia dan Swiss; pada tahun 1867 dia melakukan percobaan optik dan magnetik di Azores; dia berhasil memantau transit Venus, pada tahun 1874 di Jepang, pada tahun 1882 di Oran, Aljazair Perancis; dan dia ikut serta dalam serangkaian ekspedisi gerhana matahari yang panjang, seperti ke Trani (1867), Guntur (1868), Aljazair Perancis (1870), Siam (1875), Kepulauan Caroline (1883), dan ke Alcosebre di Spanyol (1905). Untuk melihat gerhana pada tahun 1870 dia melarikan diri dari Paris yang terkepung dengan menggunakan balon (namun gerhana tersebut terlindung awan).

Pada tahun 1868 Janssen menemukan cara untuk melihat protuberans tanpa kejadian gerhana. Pada tanggal 18 Agustus pada tahun yang sama, ketika melihat gerhana matahari di India, dia menyadari adanya garis kuning terang dengan panjang gelombang 587,49 nanometer dalam spektrum kromosfer matahari. Ini merupakan pengamatan pertama garis spektrum khusus, dan kemungkinan satu sumber baginya adalah satu unsur yang belum ditemukan di Bumi. Janssen pada mulanya ditertawakan karena tak pernah suatu unsur dikenali di angkasa sebelum dijumpai di Bumi.

Pada tanggal 20 Oktober pada tahun yang sama, Norman Lockyer turut melihat garis kuning yang sama pada spektrum surya dan memutuskan bahwa hal itu disebabkan oleh unsur yang tidak diketahui, selepas kegagalan percobaan untuk menguji apakah itu merupakan jenis hidrogen yang baru. Ini merupakan kali pertama unsur kimia ditemukan pada dunia luar sebelum dijumpai di Bumi. Lockyer dan ahli kimia Inggeris Edward Frankland menamakan unsur ini dengan perkataan Yunani untuk matahari, ἥλιος (helios).[1][2]

Semasa gerhana besar di India pada tahun 1868, Janssen juga menunjukkan sifat gas protuberans merah, dan menrancang metode untuk memantaunya di siang hari. Salah satu tujuan penyelidikan spektroskopik adalah menjawab pertanyaan apakah Matahari mengandung oksigen atau tidak. Persiapan penting adalah eliminasi serapan oksigen sepenuhnya di atmosfer Bumi, dan proyeknya yang berani dengan mendirikan observatorium di puncak Mont Blanc dicetuskan oleh pemahaman akan kelebihan yang didapatkan dengan mengurangi ketebalan udara dari masa pemantauan yang perlu dilakukan. Observatorium yang pondasinya diletakkan dalam salju yang kelihatannya menutup puncak pada ketinggian sepuluh meter, telah dibangun pada bulan September 1893, dan Janssen, sungguhpun telah berusia enam puluh sembilan tahun, mengadakan pendakian dan menghabiskan waktu selama empat hari membuat pemantauan.

Pada tahun 1875, Janssen dilantik sebagai direktur observatorium astrofisika baru yang didirikan oleh pemerintah Perancis di Meudon, dan berpindah ke sana pada tahun 1876untuk mengambil gambar. Sejumlah foto matahari yang mengagumkan terkumpul dalam Atlas de photographies solaires (1904) agungnya. Jilid pertama Annales de l'observatoire de Meudon diterbitkannya pada tahun 1896.


Ditayangkan sebelumnya dari situs wikipedia.org
Tuangkan Komentar Anda
Gunakan kode HTML berikut untuk format text: <a><br><strong><b><em><i><blockquote><code><ul><ol><li><del>
CAPTCHA Image
Reload Image
Berita Terkait