Bergeser Makna, Pentas Calonarang “Terpeleset” Ke Ajang Adu Kekuatan

Bergeser Makna, Pentas Calonarang “Terpeleset” Ke Ajang Adu Kekuatan

Saat ini pentas dramatari calonarang menjadi tonton yang paling tren dalam kesenian Bali saat ini. Bahkan hampir setiap malam dibeberapa televisi lokal Bali dapat ditonton pentas dramatari Calonarang.

Pentas dramatari Calonarang saat ini tidak hanya sebagai sebuah seni bebalihan namun juga mengarah pada kesan adu kekuatan mistis antara sekaa yang mementaskan dan penonton di luar. Kesan ini kental sekali terlihat pada adegan ngundang dan pada adegan ngerancabmenusuk rangda dengan senjata tajam.

pada adegan ngundang ada seseorang  yang  berperan sebagai bangke (mayat) dengan diupacari layaknya orang yang telah meninggal. Kemudian ada seseorang yang berteriak-teriak “ngundang” menantang kehadiran  leak yang paling sakti disekitar pementasan untuk mintonin(mengetes) orang yang berperan sebagai bangke.Diahir adegan ini, seseorang yang berperan sebagai bangke diusung menuju kuburan dimana pementasan calonarang itu digelar.

Pada adegan klimaks ada selingan lelucon bebondresan yang biasa diperankan oleh punakawan-punakawan sebagai rakyat yang mengiringi seorang patih. Ahir dari adegan inilah yang berisi ngerancab (menusuk) sebilah keris oleh pemeran patih kepada seorang yang memerankan Rangda.

Dalam beberapa pementasan Calonarang ada juga juga adegan ini menjadi ajang kekuatan dan kesaktian, dimana seorang yang memerankan rangda mempertunjukan kekebalannya yang tidak mempan oleh tusukan senjata keris. Ada pula adegan tusuk menusuk diperankan secara massal dan juga melibatkan penonton sebagai pembuktian kekuatan.

Fenomena pentas Calonarang saat ini yang terkesan beradu kekuatan dan timbulnya beberapa korban luka dan bahkan korban  jiwa menurut Praktisi Ilmu Kebatinan Bali, I Gusti Ngurah Arta sebagai pergeseran makna yang berakibat terplesetnya pentas Calonarang menjadi ajang adu kekuatan.

“Sekarang pentas Calonarang sudah terpleset menjadi ajang adu kekuatan adu kesaktian sehingga saat ini sering terjadi korban,” ujarnya di Denpasar, Rabu (30/12/2015).

Pentas Calonarang yang menurut Ngurah Arta berawal dari pementasan tanpa adanya adu kekuatan yang pertama dipentaskan sekitar tahun 1800an di Klungkung oleh Anak Agung Gede Meregeg. Namun saat ini pentas calonarang menjadi bergeser makna yang disebabkan setelah adanya kolaborasi seniman tanpa arahan sastra tentang makna Calonarang sesungguhnya.

“Setelah adanya kolaborasi seniman yang tanpa terarah dan tanpa dikendalikan oleh Mpu (Brahmana), itu awalnya kenapa pentas calonarang saat ini menjadi ajang adu kekuatan,” jelasnya Pinisepuh Perguruan Sandhi Murti.

Sesungguhnya makna dari cerita Calonarang menurut Gusti Ngurah Arta adalah proses penyupatan atau peruwatan manusia dan proses belajar mati yang baik dan benar.

“Calonarang itu sebenarnya penyupatan atau peruwatan sebagai tujuan dari masyarakat Bali. Dalam cerita calonarang Mpu Bradah tidak mengajarkan tentang mengahabisi Walunateng Dirah, Beliau mengajarkan tentang tujuan hidup manusia yaitu bagaimana mati yang benar,” terangnya. 


Ditayangkan sebelumnya dari situs suluh bali
Tuangkan Komentar Anda
Gunakan kode HTML berikut untuk format text: <a><br><strong><b><em><i><blockquote><code><ul><ol><li><del>
CAPTCHA Image
Reload Image
Berita Terkait