Tak Ada Guna

Tak Ada Guna

Temaram lampu di sepanjang jalan menerangi kawasan rantauprapat. Di sepanjang jalan, beberapa orang asyik bercengkerama dan sepasang muda-mudi melintas bergandengan tangan. Di sudut lain, Klara sedang menikmati sayup-sayup angin yang bertiup.

“Klara,” Terdengar suara yang tak asing lagi. Suara yang begitu dikenali oleh Klara. Ya, suara itu berasa dari Rina teman satu kelas Klara.
“Ada apa Rin?” kata Klara dengan nada yang lembut.
“Lo ngapain si di sini, mending lo gabung aja sama gue dan teman-teman biar lebih rame,” Sambil menarik tangan Klara yang lembut.

Mereka berdua pun akhirnya bergabung dengan teman-teman yang lain. Karena keasyikan bercanda gurau dengan teman-teman Klara lupa waktu untuk pulang. Jam sudah menunjukkan angka 12 tapi, Klara tidak menghiraukannya. Sementara di tempat yang berbeda Ibu Klara sedang gelisah dan khawatir menunggu kehadiran Klara yang tak kunjung pulang. “Klara di mana kamu Nak kenapa sudah jam segini kamu belum pulang juga,” Sambil memegang handphone untuk menghubungi Klara dan sesekali mondar-mandir dengan kegelisahan yang tak menentu. Lama sudah Ibu menghubungi Klara tapi sama sekali tidak ada jawaban dari Klara.

Tak lama kemudian terdengar suara kendaraan yang menghampiri rumah. Mendengar suara kendaraan yang menghampiri rumah. Mendengar suara itu, Ibu sangat merasa senang. Ibu berharap suara tersebut adalah suara kendaraan anaknya. Tanpa pikir panjang Ibu segera membuka pintu dan menghampiri kendaraan tersebut. Ternyata memang benar suara kendaraan itu milik Klara. Ibu merasa senang dengan kedatangan Klara tapi di sisi lain Ibu juga marah karena Klara pulang terlalu lama.

“Dari mana aja kamu Klara?” Bentak Ibu.
“Klara dari rumah teman Bu, soalnya PR Klara banyak jadi Klara kerja sama dengan Rina dan PR-nya baru siap tadi makanya Klara pulangnya lama, maafin Klara ya Bu.” Jawab Klara berbohong. “Kalau kamu sedang mengerjakan PR kamu kan bisa ngasih kabar Ibu jangan membuat Ibu jadi khawatir, pokoknya lain kali kalau kamu ada tugas atau alasan tertentu yang buat kamu pulang lama kamu harus kasih kabar Ibu melalui sms atau telepon dan jangan membuat Ibu khawatir lagi,” Kata Ibu sambil berjalan masuk ke dalam rumah.

“Iya Bu, Klara janji,” mengikuti langkah Ibu ke dalam rumah.
“Ya udah kalau gitu kamu segeralah tidur besok kan kamu masih sekolah,”
“Baik Bu,” Memeluk Ibu.

Pagi-pagi sekali Klara sudah bersiap-siap berangkat sekolah. Pagi ini Klara tidak berangkat sendiri ke sekolah tapi Klara diantarkan oleh Ibu. Akhirnya tiba juga di sekolah setelah Ibu mengantarkan Klara ke sekolah Ibu melanjutkan perjalanan ke tempat kerja Ibu.

“Dorrr,” Dari belakang Rina mengejutkan Klara.
“Astaga Rina lo mau buat jantung gue copot ya,”
“Hahaha… Pengennya sih gitu tapi masalahnya jantung lo gak copot-copot juga,” Meledek Klara.
“Oh… Jadi lo mau buat jantung gue copot, sebelum jantung gue yang copot lo dulu yang gue copotin,” Pergi meninggalkan Rina.
“Klara tungguin gue dong,” Mengejar Klara.
“Apaan sih.. gue mau masuk kelas bentar lagi udah mau masuk,”
“Lo marah sama gue Ra, masa gara-gara itu aja lo marah gue kan tadi cuman bercanda,”
“Gue gak marah Rin cuman pengen cepat-cepat masuk kelas aja,”

Tett… Tett… Tett… Menandakan bel masuk. Klara, Rina, dan teman-teman lainnya segera memasuki kelas. Ketika pelajaran dimulai Rina dan Klara bukannya malah belajar mereka malah asyik membicarakan kejadian kejadian tadi malam. Semua pelajaran yang diterangkan oleh guru sama sekali tidak diperhatikan oleh keduanya. Akhirnya waktu pulang sekolah telah tiba. Klara dan Rina segera beranjak pergi ke luar meninggalkan kelas. Selama perjalanan pulang mereka berdua asyik bercerita.

“Ra entar malam kita pergi main sama teman yang lain yuk,”
“Emm.. gimana ya Rin entar malam gue rencananya mau di rumah aja soalnya gara-gara kejadian tadi malam gue kena marah nyokap,”
“Cuman gara-gara itu lo gak mau ikut main, astaga Klara lo tinggal beralasan ngerjain tugas sama nyokap lo setelah itu kelar deh urusan,”
“Benar juga ya kata lo Rin kenapa gue gak kepikiran,”
“Hehehe. Ya iyalah lo gak kepikiran namanya lo gak sepintar gue,”
“Baru lagi gitu udah membanggakan diri aja lo Rin,”
“Oea Klara waktunya kita pisah nih soalnya udah nyampe depan rumah lo entar malam gue sms lo ya mau nanya kepastian aja lo bisa gak ke luar,”
“Oke deh,” Pergi meninggalkan Rina kemudian masuk ke dalam rumahnya.

Malam telah tiba. Angin-angin mulai bertiup. Dingin malam mulai menyelimuti tubuh. Cahaya rembulan pun ikut melengkapi suasana malam. Suara handphone Klara berbunyi menandakan ada sms yang masuk. Klara membuka sms tersebut, “Klara malam ini kita jadi pergi kan kalau jadi lo datang aja ke rumah gue,” Ketika membaca sms Klara baru tahu kalau sms itu dari Rina kemudian klara meminta izin pada Ibu dengan alasan mengerjakan tugas sekolah. 

Klara tiba juga di rumah Rina. Mereka berdua pun pergi jalan-jalan di suasana malam yang indah. Dan seterusnya begitulah Klara selalu pulang malam karena keasyikan bermain dengan teman dia tidak pernah mengerjakan dan sering telat ke sekolah. Klara yang dulu dengan sekarang sangatlah berbeda sekarang prestasi Klara sudah menurun. Hal tersebut tentu membuat Ibu Klara merasa heran dan bingung bagaimana tidak setiap Klara ke luar rumah dia selalu beralasan mengerjakan tugas tapi nyatanya nilai Klara semakin hari ke hari menurun.

“Klara,” Bentak Ibu.
“Apaan sih Ma?”
“Kenapa nilai kamu jelek semua?”
“Klara gak tahu Ma padahal Klara udah belajar sungguh-sungguh,”
“Jangan banyak alasan kamu mulai dari sekarang Mama larang kamu ke luar dengan alasan apa pun,” Bentak Ibu dengan penuh amarah.

Klara tak mempedulikan kata-kata Ibunya. Keesokan harinya dengan Rina bahkan bukan cuma Rina Klara juga sering ke luar dengan teman lainnya. Setiap kali pulang dari bermain Klara selalu kena marah sama Ibunya bahkan Ibunya juga sering menasihati Klara tetapi Klara tidak mempedulikan nasihat Ibunya bahkan Klara menjadi anak yang melawan dan tingkahnya semakin menjadi-jadi karena tingkah Klara tersebut akhirnya Ibu Klara menjadi sakit-sakitan dan akhirnya meninggal dunia. Klara tidak mempunyai orangtua lagi. 

Ayah Klara sudah meninggal sejak Klara masih kelas dua SD. Kini Ibunya juga telah meninggal dunia akibat perilakunya yang buruk. Setelah Ibunya tiada Klara tinggal bersama tantenya yang bernama Ina dan pindah sekolah. Tante Klara mempunyai anak bernama Susan. Anak tantenya tidak suka pada Klara mereka selalu bertengkar dengan Klara dan akhirnya selalu Klara yang kena marah oleh tantenya. Kini Klara sangat menderita perilaku yang diterimanya saat ini sangatlah berbeda saat bersama dengan Ibunya. 

Dulu Klara sangat disayang dan dimanja kasih sayang Ibunya tak terhingga walaupun Ayah Klara sudah tiada sewaktu sejak Klara masih duduk di kelas dua SD namun semua kasih sayang dan kebutuhan sangatlah lengkap diterimanya selayaknya anak yang masih mempunyai kedua orangtua. Sekarang penyesalanlah yang tersisa meskipun Klara telah berubah menjadi anak yang baik semua itu tidaklah berarti dan sama sekali tidak dihargai oleh tante dan kedua saudaranya dia selalu mendapat caci maki. Hari ini Klara pulang terlambat ke rumah sebab Klara harus mengerjakan tugasnya di sekolah dikarenakan jika dia mengerjakan tugas di rumah tugas Klara pasti akan diganggu oleh kedua saudaranya.

“Oh… Baru pulang ya tuan putri, ups.. gue salah lo kan bukan tuan putri tetapi lo itu ratu makanya lo pulang sampai jam segini,” Kata sepupunya Susan.
“Gue minta maaf karena pulang telat tapi lain kali gue gak bakal pulang telat lagi, gue janji sama lo,”
“Elo.. paling cuman janji bohong macam gue gak tahu aja siapa lo,”
“Maksud kamu apa sih Susan?”
“Lo itu bego atau pura-pura bego sih masa lo gak tahu maksud gue,”
“Gue benar-benar gak tahu Susan sekarang lo jelasin maksud lo?”

“Maksud gue lo itu kan perempuan m*rahan bisa jadi kan lo pulang telat karena keasyikan main atau kencan dengan pacar lo dan cowok yang lainnya,”
“Apa lo bilang gue perempuan m*rahan gue itu pulang lama karena ngerjain tugas bukan karena hal yang lain jadi lo jangan sembarang memfitnah orang dong,”
“Iya lo itu murahan punya pacar pun bukan cuman satu tapi banyak dan lo itu bukan cuman m*rahan tetapi liar,”
“Cukup ya Susan lo menghina gue,”
“Kalau gue mau menghina terus lo mau apa?”

Tak tahan mendengar perkataan Susan tanpa disadari oleh Klara, tiba-tiba Klara menampar pipi Susan. Mendapat tamparan dari Klara Susan merasa tidak terima dia membalas tamparan Klara terhadapnya. Terjadilah keributan. Suara keributan itu terdengar oleh Ina tantenya Klara yang sedang tidur. Karena tidurnya terganggu Ina merasa marah ditambah lagi suara ribut itu hasil pertengkaran dari Klara dan Susan anaknya. Tak tahan melihat pertengkaran tersebut Ina memisahkan keduanya namun pertengkaran tetap berlanjut dan akhirnya Inah menampar pipi Klara.

“Kamu ya Klara selalu membuat Tante marah,”
“Tapi Tante bukan Klara yang mulai duluan,”
“Lo bilang gak salah udah tahu pulang telat masih aja merasa paling benar,” kata Susan.
“Oh… Jadi kalian berdua bertengkar karena kamu pulang telat ya Klara dan kamu dimarahi Susan tapi kamu gak mau terima yang jelas-jelas udah kesalahan kamu,”

“Bukannya Klara gak mau terima Tante tapi kata-kata Susan itu,”
“Udah diam kamu Klara sekarang Tante tahu penyebab Mama kamu meninggal pasti karena tingkah kamu yang seperti ini, kalau terus begini bisa-bisa Tante stres dan gila jadi mendingan kamu gak usah tinggal lagi sama Tante,”
“Maafin aku Tante Klara janji gak bakal bandel lagi asalkan Tante jangan usir Klara kalau Klara gak tinggal di sini Klara harus tinggal di mana?” Menangis sambil memohon di kaki Ina.

Kata maaf dan permohonan Klara sama sekali tidak di hiraukan oloh si Ina dengan tega nya Ina menyuruh Klara mengemasi barang-barang dan segera pergi meninggalkan rumah. Akhirnya Klara pergi meninggalkan rumah. Tanpa tahu arah dan tujuan Klara terus berjalan dan secara tiba-tiba ada mobil yang menyerempet Klara. Mobil itu dikendarai oleh suami-istri. Mereka berdua menolong Klara dan membawanya ke rumah mereka. Melihat keadaan Klara yang memprihatinkan mereka bertanya pada Klara tentang kehidupannya. Kemudian Klara memberitahukan semua kisah hidupnya pada suami-istri itu. 

Mendengar cerita Klara suami-istri itu merasa kasihan dan mengangkat Klara menjadi anak mereka karena mereka tidak mempunyai anak. Di rumah yang ditempati Klara sekarang sangat megah. Klara juga diperlakukan dengan baik selayaknya anak kandung walau pun begitu Klara masih teringat pada mamanya dia sangat menyesali perbuatannya yang dulu kepada mamanya tapi penyesalan hanyalah penyesalan semua itu tak berguna lagi yang ada di pikirannya sekarang berubah menjadi lebih baik dari sebelumnya dan tak akan mengecewakan kedua orangtua barunya saat ini.

Cerpen Karangan: Malpida Ulpa
Facebook: Malpida Ulpa
Nama saya Malpida Ulpa. Saya seorang pelajar di SMA Negeri 2 Rantau selatan. Cerpen saya pernah dimuat di SIB dengan judul Gara-Gara Twitter. Melalui surat ini saya ingin mengajukan tulisan cerpen saya berjudul “Tak Ada Guna”. Kisahnya mengenai: Seorang anak tidak pernah mendengarkan orangtuanya dan pada akhirnya anak itu menyesal atas perbuatannya kepada orangtuanya.


Ditayangkan sebelumnya dari situs Cerpenmu
Tuangkan Komentar Anda
Gunakan kode HTML berikut untuk format text: <a><br><strong><b><em><i><blockquote><code><ul><ol><li><del>
CAPTCHA Image
Reload Image
Berita Terkait