Sepasang Kaos Kaki Hitam Bag. 7

Sepasang Kaos Kaki Hitam Bag. 7

harusnya minggu pagi yg mendung itu gue habiskan dengan meringkuk di bawah selimut sampai siang karena semalaman tadi gue begadang di kamar Indra main Play Station sampai jam empat pagi. selepas subuh gue baru bisa terlelap. tapi suara ketukan di pintu sangat mengusik kenyamanan gue pagi itu. awalnya gue abaikan, tapi makin diabaikan suaranya malah semakin keras.

"iya bentar!" gue menggerutu dengan kesal lalu keluar dari balik selimut ke arah pintu.

"hay Ri..." gue mendapati Echi tersenyum lebar ke gue. "baru bangun ya?"

"eh, kamu Chi." gue buru-buru mengusap wajah gue dengan sarung yg melingkar di pundak gue.

"tadi lagi tidur ya?" tanya Echi lagi.

"ya begitulah. hehe.." gue nyengir pait. gue yakin saat itu gue culun banget. muka kusut, rambut acak-acakan ditambah sisa-sisa iler yg mungkin masih menempel di pipi. (gak usah dibayangin ya! )

"masuk gih," gue mempersilakan Echi masuk sementara gue bergegas cuci muka di kamar mandi.

"gue ganggu tidur lo ya Ri?"

"enggak kok nyantai aja lah kayak di pantai," suara gue menggema di dalam kamar mandi kecil itu.

"lo nggak lembur?" tanya Echi lagi begitu gue keluar dari kamar mandi dan menyeka wajah dengan handuk.

"staff mana dapet lembur sih? paling yg lembur orang-orang di jalur produksi aja." gue duduk bersandar di dinding, seberang tempat Echi duduk. gue nyalakan sebatang Marlboro sambil sedikit merapikan sisiran rambut.

"tumben amat pagi-pagi gini lo ke sini? perasaan baru semalem kita ketemu deh?" asap dari mulut gue mulai memenuhi seantero kamar.

"gue beliin lo sarapan. nih," Echi menyodorkan bungkusan plastik hitam yg sejak tadi dipegangnya.

"apaan tuh?"

"cuma nasi uduk kok. kebetulan lewat depan gang masih ada yg jual. sok dimakan, nanti basi dulu."

"wah lo tau aja gue laper," gue meraih bungkusan itu. "sory yah ngerepotin."

"enggak papa kok, enggak ngerepotin juga."

"yaa gue basa-basi aja biar lo nggak kapok beliin sarapan buat gue. yg sering aja ya?"

"yeeeey.....enak aja. tekor dong gue?! hehehe."

"kok belinya cuma satu? lo udah sarapan?"

"tadi gue belinya memang pas udah mau abis. itu juga cuma ada segitunya kok."

"lo udah sarapan belum?"

Echi menggeleng.

"ya udah kita barengan aja," gue mengambil dua buah sendok dari rak kecil di samping dispenser.

"entar lo nya kurang nggak?" Echi menerima sendok dari gue dengan ragu.

"udah nyantai aja, kalo kurang entar gue beli lagi di gang sebelah ada yg jualan." gue terpaksa mematikan rokok gue dulu di asbak.

"yakin nih?" tanya Echi lagi.

"yaelaah masih nanya aja nih anak. udah ayo makan," gue mulai melahap sendokan pertama. awalnya ragu tapi kemudian Echi melakukan hal yg sama.

dan akhirnya kami sarapan sepiring berdua. hanya butuh sepuluh menit untuk menghabiskan nasi di piring.

"thanks ya Chi," gue bersendawa kecil setelah minum.

gue duduk lagi di tempat gue tadi. menyulut kembali sebatang Marlboro sebagai "hidangan penutup" sarapan pagi itu. gue lirik jam dinding menunjukkan pukul sembilan lewat seperempat. berarti tadi gue tidur hanya sekitar tiga jam.

hufft......gue mengembuskan asap putih dari mulut gue, berharap rasa kantuk yg masih menggelayuti mata gue juga ikut pergi bersamanya.

"Indra lembur ya?" tanya Echi membuyarkan lamunan sekaligus membuat gue terjaga dari lelap yg sempat menghinggapi gue beberapa detik yg lalu.

"eh, enggak kok. semalaman gue begadang sama dia maen game. jam segini mah di masih asyik sama bantalnya."

"kalian begadang sampe pagi yah?"

gue mengangguk.

"wah berarti tadi gue beneran ganggu dong? lo pasti masih ngantuk ya, Ri?"

gue tersenyum.

"kurang lebih seperti itu," nggak ada gunanya basa-basi pura-pura nggak ngantuk.

"emh...ya udah deh lo lanjutin aja lagi tidurnya."

"nah terus elo nya?"

"gue jagain lo tidur deh," katanya tanpa nada terpaksa. "lo punya koleksi novel kan? lo tidur aja, gue mau baca novel deh."

"enggak bosen tuh? kalo nggak kuat dan mau balik, ya balik aja nggak usah ngerasa nggak enak sama gue."

"lo ngusir nih ceritanya?"

"hehehe.. enggak kok bukan gitu. ya udah tuh novelnya ambil aja," gue menunjuk tumpukan buku di atas lemari kecil di sudut kamar. "bentar gue abisin dulu rokoknya. tanggung nih."

beberapa saat kemudian Echi sudah larut dalam novel yg dibacanya. gue menikmati hisapan terakhir rokok gue, setelah itu beranjak ke kasur. rasanya nyaman sekali merebahkan tubuh ini.

"jangan lupa doa dulu," Echi mengingatkan.

"wah gue hafalnya doa makan nih."

Echi menepuk kaki gue. gue sudah memejamkan mata saat gue rasakan kehangatan mulai menyelimuti tubuh gue. gue membuka mata. Echi menutup tubuh gue dengan selimut.

"thanks Chi. lo baik banget yah?"

"udah tidur sana jangan banyak komentar." Echi duduk di samping kasur tepat di sebelah kepala gue. dia kembali asyik dengan novel yg dipegangnya.

ah, pagi yg dingin ini gue rasakan mendadak hangat. entah karena selimut ini atau karena sosok wanita di samping gue. yg jelas nggak butuh waktu lama buat gue masuk ke dunia mimpi.....


Ditayangkan sebelumnya dari situs haha.hehe
Tuangkan Komentar Anda
Gunakan kode HTML berikut untuk format text: <a><br><strong><b><em><i><blockquote><code><ul><ol><li><del>
CAPTCHA Image
Reload Image
Berita Terkait