Sepasang Kaos Kaki Hitam Bag. 4

Sepasang Kaos Kaki Hitam Bag. 4

ada semacam rasa senang saat memandang wanita itu tersenyum. love at the first sight atau entah apapun itu namanya, gue seperti terkena addict. gue ingin melihatnya tersenyum lagi. ekspresi tenang dan menyenangkan yg gue lihat pagi ini benar-benar berbeda dari yg pertama gue temui dia tengah murung dan melamun. entahlah, apa sekarang beban pikirannya sudah hilang? apa masalah yg menghantuinya sudah benar-benar bisa diatasi?

gue nggak peduli itu. yg gue pedulikan adalah gimana caranya gue bisa ngeliat dia senyum lagi ke gue.

dua jam sudah gue duduk mengamati kamarnya tanpa bergeser se inchi pun dari posisi gue. sambil menikmati makanan yg akhirnya gue habiskan sendiri, gue menunggu dia membuka pintu dan menampakkan diri. saat itulah nanti gue akan coba berkenalan atau sekedar say hayy.

lampu dalam kamarnya masih menyala. saking konsentrasinya gue sampai nggak menyadari kehadiran Indra di depan pintu kamar gue.

"ngapain lo Ri bengong gitu?" kata Indra sambil kucek-kucek mata dan menguap lebar.

gue menoleh ke arahnya yg menatap gue heran.

"gue pengen buktiin ke elo," kata gue.

"bukti apaan?" sahutnya malas.

"tuh liat," gue menunjuk kamar wanita itu.

"apaan yg lo maksud?"

"tuh liat lampu kamer nya nyala. berarti ada orang di dalemnya kan?" gue mengamati ekspresi wajah Indra.

"mana? apanya yg nyala??" katanya datar.

"itu lamp.........." gue terdiam saat menoleh ke depan dan mendapati lampu kamar di dalamnya mati. keadaan di dalam sana gelap total. gue nggak percaya ini. gue kedipkan kedua mata gue berkali-kali, berharapa pada kedipan ke sekian gue akan melihat lampunya menyala lagi dan gue akan bilang ke Indra 'tuh kan..'

tapi lampu itu tetap mati.

"ckckck..." Indra geleng kepala. "lo beneran liat setan kali Ri!"

gue diam. gue tau posisi gue saat ini nggak menguntungkan untuk melakukan debat dengannya. gue hanya heran, kenapa wanita ini sepertinya enggan menampakkan diri ke orang lain.

"ngapain lagi lo, Ri?" tanya Indra begitu melihat gue bergerak ke pintu kamar depan gue.

"permisi..." gue mengetuk pintu. gue tunggu beberapa detik, dan gue ulangi lagi ketukan saat nggak ada sahutan dari dalam.

"serah lo deh Ri. mau lo bilang cewek pake kaos kaki item, atau kaos kaki nya dipake cewek...lo kayaknya butuh dukun," Indra berkomentar.

"dukun? buat apaan?"

"kali aja lo mau melahirkan." jawabnya asal. "gue bawa makanannya ya. thanks," lanjut Indra sambil meraih kantong berisi makanan dari atas kursi lalu masuk lagi ke kamarnya.

gue diam memandang pintu kayu di hadapan gue saat ini. ingin sekali gue mendobraknya dan memastikan wanita ada di baliknya. tapi rasa penasaran gue perlahan diselimuti rasa takut yg tiba-tiba.

"jangan-jangan emang hantu??" batin gue dalam hati.

"Ndra..." gue berjalan ke kamar Indra. "utang gue berapa ke elo?"

Indra sedan nonton berita di tivi.

"pego. eh, emangnya lo udah ada buat bayarnya?"

"ada dong. kemaren gue gajian," gue mengambil dompet lalu memberikan sejumlah uang yg dimaksud ke Indra.

"thanks ya. laen kali gue nganjuk lagi ke elo. hehehe..."

Indra hanya menggerutu pelan.

"eh, ada temen gue mau kenalan sama elo Ri." kata Indra.

"temen? siapa? cewek apa cowok?"

"cewek. cakep lagi," Indra mengacungkan jempol tangannya.

"serius lo?"

Indra mengangguk mantap.

"kok bisa, mau kenalan sama gue?" tanya gue heran.

"temen gue namanya Desi, biasa pada manggil Echi. temen sekolah dulu sih, ketemu lagi di sini. doi lagi patah hati ditinggal kimpoi mantannya, jadi ya butuh temen ngobrol gitu. tapi inget, jangan macem-macem lo. jangan di apa-apa in deh."

"busett...kayak gue penjahat kelamin aja," sahut gue. "lagian kan udah ada elo? kenapa nggak sama lo aja ngobrolnya?"

"kan gue sama dia udah kenal? ya sama temen sekolah gimana sih rasanya? gue pikir sama lo bakal nyambung deh."

"ya udah bawa sini aja anaknya."

"beneran? entar malem gue suruh ke sini deh."

gue mengangguk setuju lalu beranjak pergi.

"eh eh...mau ke mana lo?"

"tidur," jawab gue singkat.

"inget lho pesen gue tadi!"

"iyaa bawel lo!"

gue masuk ke kamar. sepintas gue pandangi pintu kamar di seberang gue. tertutup rapat dan gelap di dalamnya. mungkin tadi memang benar-benar hantu? atau gue yg berhalusinasi? entahlah, yg pasti saat ini gue butuh yg namanya tidur...


Ditayangkan sebelumnya dari situs haha.hehe
Tuangkan Komentar Anda
Gunakan kode HTML berikut untuk format text: <a><br><strong><b><em><i><blockquote><code><ul><ol><li><del>
CAPTCHA Image
Reload Image
Berita Terkait