Penantian Cinta Di Malam Ke Tujuh (Part 2)

Penantian Cinta Di Malam Ke Tujuh (Part 2)

Keesokan harinya, Sam bangun lebih cepat dibandingkan pada hari sebelumnya. Seperti pada hari sebelumnya, hari itu Sam kembali akan mengikuti ujian di kampusnya. Sam pun kemudian menuju ke kamar mandinya. Setelah mandi, Sam kemudian membaca-baca buku dari mata kuliah yang akan diujiankan pada hari itu. Namun sebelum berangkat ke kampus, Sam terlebih dahulu sarapan. Dengan menarik pintu kamaranya, lalu kemudian menguncinya. Terlihat Sam akan segera berangkat ke kampusnya untuk mengikuti pelaksanaan ujian pada hari kedua di hari itu.

Setibanya Sam di kampusnya, Sam terlihat langsung masuk ke ruangan ujian lalu kemudian duduk di kursi yang telah disediakan dan ditentukan sebelumnya oleh panitia pelaksana ujian tersebut. Namun karena pelaksanaan ujian belum dimulai saat itu, Sam kembali mengulangi membaca buku dari mata kuliah yang akan diujiankan sebentar lagi. Dengan berharap agar nantinya hasil ujiannya bisa mendapatkan nilai bagus. Hingga akhirnya panitia pelaksana ujian pun telah datang dan memasuki ruangan tempat Sam berada. Dengan terlihat membawa setumpuk soal yang akan dibagikan pada peserta ujian di ruangan itu, dan tidak lama berselang pelaksanaan ujiannya pun akhirnya dimulai.

Setibanya Sam kembali ke kostnya, sepulang dari kampusnya. Sam kembali berjumpa dengan mbak Yuli yang sedang berbelanja di kantin kostnya. “Hei… Mbak Yul,” Sapa Sam.
“Hei juga Sam,” Sapa balik mbak Yuli.
“Ngomong-ngomong belanja apa tuh Mbak Yul?” Tanya Sam. Dengan jari telunjuknya mengarah ke kantong yang ditenteng oleh mbak Yuli.

“Oh, ini ada mie instan, telur, susu, dan biskuit Sam,” Jawab mbak Yuli. Dengan terlihat memegang isi kantong tersebut. “Lagi ada tamukah Mbak?” Tanya Sam.
“Iyam” Jawab mbak Yuli.
“Silahkan dilayani tamunya Mbakm” Seru Sam. Dengan terlihat tangan mempersilahkan mbak Yuli meninggalkan tempat itu. “Iya. Terima kasih Sam,” Seru mbak Yuli. Terlihat mbak Yuli meninggalkan tempat itu.
Tidak lama Sam terlihat pula berdiri dari tempat duduknya, dan lalu kemudian menuju ke arah kamarnya.

Di saat malam itu, Sam terlihat bersama teman-temanya di teras kostnya. Di tengah keramaian para teman-temannya yang sedang kembali bermain domino, seperti pada malam sebelummya. Tidak terkecuali Udin pun berada di situ, dan sedang bermain domino.
“Bro siapa tahu mau ikut bermain domino bersama kami?” Tanya Udin pada Sam.
“Oh, tidak bro. Aku menonton saja kalian main,” Jawab Sam.
“Oh, yah ngomong-ngomong bagaimana nih dengan pelaksanaan ujian yang sedang kamu jalani kampusmu?” Tanya Udin.
“Lumayan lancar sih Din,” Jawab Sam.

“Bagaimana dengan kamu Din?” Sambung Sam.
“Kalau di kampusku nanti esok lusa baru dimulai pelaksanaannya,” Jawab Udin.
“Oh, kirain sudah mulai berlangsung juga bro,” Ucap Sam.
“Ngomong-ngomong nih, tapi kalau komunikasi dengan Alin bagaimana bro?” Tanya Udin. Mengalihkan pembicaraan.
“Ah, tidak ada kabar darinya bro,” Jawab Sam. Dengan suara lesu.
“Oh, tidak pernahkah kamu tanyakan nomornya sama Mbak Yuli. Siapa tahu Mbak Yuli punya nomornya Alin?” Tanya Udin.
“Pernah! Cuma kata Mbak Yuli nomor Alin juga tidak sama dia,” Jawab Sam.

“Oh, begitu. Tapi tetap selalu semangatkan kan bro?” Tanya Udin.
“Iya, Din. Aku tetap selalu semangat kok,” Ucap Sam.
“Mantap!” Ucap Udin. Dengan terlihat mengacungkan jempolnya pada Sam.
“Iya, Din. Terima kasih atas motivasi yang kamu berikan,” Ucap Sam.
“Iya sama-sama bro.” Ucap Udin. Hingga tidak terasa, malam pun semakin larut. Terlihat semuanya termasuk pula Sam yang berada di ruangan teras itu mulai meninggalkan tempat tersebut, dengan menuju ke kamarnya masing-masing.

Esok hari di pagi itu, Sam kembali bangun lebih cepat seperti pada hari kemarin. Sam terlihat menuju ke kamar mandinya untuk mandi, karena pada hari itu Sam akan kembali mengikuti ujian yang tengah berlangsung di kampusnya. Seperti pada hari kemarin, sebelum berangkat ke kampusnya, Sam terlebih dahulu membaca-baca bukunya dari mata kuliah yang akan diujiankan serta sarapan agar dia tidak merasa lapar nantinya saat berada di ruangan ujian. Terlihat Sam bergegas menuju kampusnya, namun di saat dia berada di ruangan teras, Sam bertemu Udin yang saat itu terlihat akan berangkat pula menuju ke kampusnya.

“Hey Din, mau berangkat ke kampus?” Sapa Sam.
“Iya bro.” Sahut Udin. Terlihat keduanya pun berjalan bersama, menuju ke kampus mereka masing-masing. Tidak lama berselang, Sam akhirnya sampai di kampusnya. Sam pun kemudian memasuki ruangannya, terlihat menuju ke kursi yang telah ditentukan oleh panitia ujian. Tidak lama kemudian pelaksanaan ujian pun dimulai.

Setibanya Sam kembali ke kostnya, terlihat menuju ke kamarnya. Sam yang berbaring di atas kasurnya, dan terlihat kembali mencoba menghubungi nomor Alin. Namun rupanya nomor tersebut masih saja belum bisa tersambung. Sam pun terlihat mengambil remot televisinya yang berada di atas televisi tersebut, lalu kemudian dia menyalakan televisinya. Sam terlihat sedang mengonta-ganti siaran di televisinya, rupanya dia sedang mencari sebuah acara televisi yang dapat menghiburnya dari rasa galau yang semakin melandanya.

Tidak terasa sore pun menghampirinya, Sam kemudian terlihat menuju kamar mandinya untuk mandi. Setelah semuanya selesai, terlihat Sam ke luar dari kamarnya dengan terlihat melangkahkan kakinya selangkah demi selangkah hingga terlihat Sam meninggalkan kostnya untuk ke luar mencari udara segar di luar sana sebagai pengusir jiwanya yang sedang gelisah, galau, dan merana. Di saat malam tiba dan terlihat Sam yang baru pulang dari mencari udara segar di luaran sana, dengan terlihat menuju ke kamarnya, masuk, dan lalu kemudian berbaring di atas kasurnya dengan wajahnya terlihat lelah.

“Tok, tok, tok,” Suara pintu yang terdengar diketuk.
“Siapa?” Ujar Sam. Dengat raut wajah terlihat kaget.
“Aku Udin.” Sahut Udin. Sam pun berdiri untuk membukakan pintu Udin karena pintunya saat itu lagi terkunci. Dengan terlihat memutar kunci pintunya, dan lalu menarik pintu tersebut.

“Silahkan masuk Din!” Seru Sam.
“Iya bro,” Ucap Udin.
“Lagi ada apa bro, kok nggak keluar duduk-duduk di teras?” Tanya Udin.
“Nggak ada apa-apa bro, hanya sedikit lelah,” Jawab Sam.
“Memangnya habis kerja apa bro?” Tanya Udin.
“Tidak ada habis aku kerja Din,” Jawab Udin.
“Loh, katanya cape?” Ucap Udin. Dengan wajahnya terlihat bingung.
“Aku hanya habis keluar tadi sore Din. Yah sekedar cari udara segar di luaran sana sih.” Ucap Sam.

“Oh, tapi memang udara di kost ini, tidak segarkah?” Tanya Udin.
“Bukan begitu maksudnya Din,” Jawab Sam
“Maksudnya ke luar mencari hiburan, soalnya akhir-akhir aku merasa galau Din,” Sambung Sam.
“Oh, begitu,” Ucap Udin.
“Iya Din,” Ucap Sam.
“Aku tahu nih, apa sebabnya kamu galau,” Seru Udin.
“Pasti karena Alin kan bro,” Sambungnya
“Ada-ada saja kamu bro, hehehe,” Ucap Sam. Dengan tertawa dan terlihat tersenyum simpul.
“Tapi, iya juga Din,” Ucap Sam. Terlihat tersipu malu, dan Udin terlihat tertawa.
Tidak lama kemudian, Udin terlihat berdiri, dan lalu meninggalkan kamarnya Sam. Sam pun terlihat pula berdiri untuk menutup pintunya lalu mengunci, dan kemudian kembali berbaring untuk tidur.

Di esok harinya, Sam bangun agak kesiangan, karena pelaksanaan ujian di kampusnya pun telah selesai di hari kemarin. Namun Sam yang terlihat telah bangun, dia tidak langsung menuju ke kamar mandinya, seperti pada hari sebelumnya. Malah Sam terlihat sedang menyalakan televisinya. Suasana kostnya pun terlihat sepi, akibat para penghuninya berangkat ke kampusnya masing-masing. Hanya terlihat Iswan yang si penjaga kantin kost sedang tertidur di kantinnya. Sam ke luar dari kamarnya terlihat menghampiri Iswan di kantin tersebut, karena ingin membeli sebungkus rok*k dan kopi.

“Iswan bangun!” Seru Sam. Dengan tangannya terlihat menepuk bahu Iswan yang tertidur dengan posisi terduduk di kursi kantinnya.
Iswan akhirnya terbangun, dengan terlihat matanya terbelalak, akibat terkaget saat Sam membangunkannya.
“Ya, ada apa Sam?” Ucap Iswan
“Aku mau beli kopi dan sebungkus rok*k,” Ucap Sam.
“Oh tunggu!” Seru Iswan. Iswan pun terlihat berdiri dari tempat duduknya, dan lalu menuju ke sebuah lemari kaca yang berukuran kecil. Tempat Iswan menyimpan rok*k jualannya, dan terlihat pula dia menarik beberapa bungkus kopi yang tergantung di atas kepalanya.
“Ini Sam!” Ucap Iswan. Dengan terlihat tangannya menyodorkan sebungkus rokok dan kopi tersebut.

Sam terlihat kembali menuju ke kamarnya untuk menyeduh kopi itu, dan menyeruputnya bersama rok*k yang dibelinya pula. Akhirnya Sam terlihat sedang menyeruput kopi yang telah dia seduh, dan Sam terlihat sesekali pula sebatang rok*knya dijepit dengan kedua bibirnya lalu menghisapnya, dan kemudian menghempaskan asapnya ke luar melalui hidung dan mulutnya. Sam terlihat begitu menikmatinya, dan menjadikannya sebagai pengusir rasa gelisah, galau, dan merana yang menghampiri jiwanya.

Di saat malam kembali menghampiri, terdengar kembali suara keramaian yang berasal dari ruangan teras kost. Sam pun terlihat menuju ke sumber keramaian itu.
“Hei bro,” Sapa Udin. “Hei juga bro,” Sahut Sam. Dengan tangannya terlihat menarik kursi untuk dia duduki.
Tidak lama berselang setelah Sam duduk. Tiba-tiba mbak Yuli muncul, dengan menuju ke kantin karena ingin membeli mie instan dan telur.
“Hei Mbak Yul,” Sapa Sam.
“Hei juga Sam,” Sahut mbak Yuli
Terlihat Sam berdiri dan mendekati mbak Yuli.

“Bagaimana Mbak, sudah dapatkah nomornya Alin?” Tanya Sam. Dengen terlihat Sam membisikkan ke telinga mbak Yuli.
“Nomornya belum Mbak dapatkan Sam,” Jawab mbak Yuli.
“Oh…” Ucap Sam. Dengan wajah terlihat sedikit kecewa, karena baginya tentu mbak Yuli mudahlah untuk mendapatkan nomornya Alin. Sebab mbak Yuli merupakan tantenya Alin.
“Oh, yah Sam. Aku masuk ke kamarku dulu!” Seru mbak Yuli.
“Iya, oke Mbak.” Ucap Sam. Terlihat Sam kembali ke tempat duduknya.

Keesokan harinya, Sam seharian hanya terlihat merenung di dalam kamarnya. Namun sesekali tetap terlihat mencoba kembali menghubungi nomornya Alin, namun masih saja nomor itu tidak aktif. Sam pun terlihat semakin gelisah, karena waktu yang telah ditentukan oleh Alin tidak lama lagi akan menghampirinya. Namun Alin tidak kunjung ada kabarnya semenjak pulang ke kampungnya. Tibalah malam menghampirinya, Sam terlihat menenangkan pikirannya, berusaha untuk melupakan ucapan Alin yang menjanjikan dirinya untuk memberinya jawaban balasan atas ungkapan perasaannya pada Alin. Dengan terlihat Sam ke luar ke ruangan teras kostnya.

“Hei bro. Kenapa wajahmu terlihat murung. Ada masalahkah?” Tanya Udin.
“Ah, Nggak ada kok,” Jawab Sam.
“Oh. Begitukah bro,” Ucap Udin.
“Iya Din.” Ucap Sam. Dengan terlihat wajahnya yang berusaha menyembunyikan kegelisahan di dalam hatinya.
Tidak lama berselang, Sam kembali masuk ke kamarnya.

“Oh, ya teman-teman semua. Aku masuk ke kamarku dulu ya,” Sapa Sam.
“Eeh ada apa sih. Kok buru-buru?” Tanya Udin. Wajahnya terlihat bingung melihat gerak-gerik Sam.
“Nggak ada apa-apa bro. Cuma mau masuk baring-baring saja.” ucap Sam. Lalu meninggalkan tempat itu.
Sam terlihat kembali ke kamarnya. Masuk, lalu berbaring di atas kasurnya. Matanya terlihat memandangi langit-langit kamarnya.

Menit demi menit hingga menjelma menjadi jam. Sam hanya terlihat terus melamun. Seolah ingin menghabiskan malam itu dengan lamunannya. Hingga Sam kembali ke luar dari kamarnya menuju ke teras. Dengan duduk di sebuah kursi melanjutkan kembali lamunannya dari kamarnya tadi. Dengan terlihat matanya memandang bintang-bintang di langit yang berada di atasnya. Sam terlihat seolah ingin bertanya saja pada bintang-bintang yang menghiasi langit itu. Hingga malam pun semakin larut, Sam pun terus memandangi bintang-bintang itu. Namun tiba-tiba Sam dikejutkan, dengan sosok seorang wanita yang menghampirinya. Sam pun kemudian terlihat berdiri, dan tetap terus menatapi wanita itu.

“Kaukah itu Alin?” Tanya Sam. Dengan terlihat matanya menatap tajam.

Namun wanita itu, hanya terdiam. Malah terlihat wanita itu hanya semakin mendekat, dan di saat terlihat betul telah dekat, barulah si wanita itu menjawab, “Iya Kak. Aku Alin!” Ucap Alin. Dengan terlihat Alin mempersembahkan sebuah kue tar pada Sam, dan di atas kue tersebut terdapat sebatang lilin yang sedang menyala, dan sebuah tulisan, “Happy Birthday, I Love You.” Sontak pun Sam langsung mengecup kening Alin, dan lalu mengucapkan pula, “I love you too.”

Tidak lama berselang, terlihat pula mbak Yuli, Udin, dan kawan-kawan menghampiri Sam dan Alin. Mereka semuanya pun mengucapkan selamat ulang tahun kepada Sam. Alin sebenarnya telah datang dari kampung halamannya sejak pagi, namun Alin sengaja tidak menampakkan dirinya di kost, sebab dia ingin memberikan kejutan pada Sam di saat ulang tahunnya yang bertepatan dengan malam penantian tersebut.

 

The end


Ditayangkan sebelumnya dari situs Juanda Putra
Tuangkan Komentar Anda
Gunakan kode HTML berikut untuk format text: <a><br><strong><b><em><i><blockquote><code><ul><ol><li><del>
CAPTCHA Image
Reload Image
Berita Terkait