10% Startup yang Mendapat Pendanaan Dipimpin oleh Seorang Wanita. Siapa Aja Sih Yang Dari Indonesia?

10% Startup yang Mendapat Pendanaan Dipimpin oleh Seorang Wanita. Siapa Aja Sih Yang Dari Indonesia?

Mengapa wanita kurang mendapat sorotan di dunia industri teknologi? Salah satu alasannya adalah karena masih kurangnya figur wanita yang bisa dicontoh. Alasan lainnya adalah ketidak percayaan VC dalam memberi investasi startup yang dipimpin oleh wanita. Sebuah studi yang dilakukan MIT di 2013 mengatakan bahwa “investor lebih yakin pada bisnis yang dipimpin oleh seorang pria ketimbang wanita, meskipun bisnis yang dijalankan serupa.”
Bagaimanapun, TechCrunch melaporkan bahwa di Amerika Serikat, 10 persen startup yang mendapat pendanaan di 2014 dipimpin oleh seorang wanita. Angka tersebut meningkat jika dibandingkan tahun 2013, yang hanya sekitar lima persen.
Berdasarkan daftar pendanaan startup di Indonesia pada tahun 2014 yang diulas Tech in Asia, hanya dua dari 36 startup tersebut yang dipimpin oleh wanita (meskipun satu di antaranya telah masuk daftar dua kali berturut-turut, jadi secara teknis ada tiga dari total 36).

Kami percaya pentingnya memberi sorotan kepada para entrepreneur wanita yang telah memimpin startup mereka dengan sukses. Mereka semua mendobrak ‘norma’ dan siap memimpin ranah bisnis startup teknologi yang penuh dengan risiko.
Berikut daftar 10 nama tokoh technopreneur wanita di Indonesia yang telah menjadi contoh cemerlang dengan ide membangun startup di kategori berbeda, mulai dari kesehatan, fashion, dan juga sistem pembayaran online.

Aulia Halimatussadiah – Nulisbuku

Nama Aulia Halimatussadiah sudah lama dikenal di ranah startup Indonesia. Ia telah menciptakan beragam buku fiksi dan membangun beberapa bisnis online, termasuk toko buku online Kutukutubuku di 2006. Selain itu, ia juga memimpin startup yang menjadi platform self-publishing online Nulisbuku.

Ollie, sapaan akrab wanita berhijab ini, tetap berjuang di ranah ini karena telah berkomitmen untuk terus mempromosikan para entrepreneur wanita di Indonesia. Melalui GirlsinTechIndonesia, ia bersama dengan Anantya van Bronckhorst dan Ria Ariyanie memulai komunitas untuk founder startup wanita.

Catherine Hindra Sutjahyo – Zalora

Catherine Sutjahyo meninggalkan pekerjaannya di McKinsey untuk bisnis yang lebih menantang: ia menjadi co-founder dan direktur Zalora Indonesia. Raksasa e-commerce ini merupakan bagian dari keluarga Rocket Internet dan diluncurkan di Indonesia pada tahun 2012.
Menjadi bagian dari jaringan Rocket Internet otomatis membuat nama Catherine bersinar dan ia kini bertanggung jawab mengurus pendanaan jutaan dolar dari firma seperti JP Morgan dan Rocket Internet.

Cynthia Tenggara – Berrykitchen

Cynthia Tenggara dan suami.
BerryKitchen merupakan layanan delivery katering yang mengantarkan makan siang kepada pelanggan yang sebagian besar merupakan pekerja kantoran. Sang founder, Cynthia Tenggara, sebelumnya bekerja di Groupon Indonesia, sehingga ia telah familier dengan perkembangan bisnis teknologi. Di Maret 2014, startup miliknya mendapat pendanaan dari ANGIN, angel investment asal Indonesia yang khusus mendanai startup menjanjikan yang dipimpin oleh wanita. Setahun berikutnya, BerryKitchen mendapat pendanaan lain dari East Ventures1.

Claudia Widjaya dan Yenti Elizabeth – BerryBenka

memulai bisnisnya dari skala toko online kecil di Agustus 2011. Dikepalai oleh dua wanita, Claudia Wijaya dan Yenti Elizabeth, BerryBenka mungkin belum sebesar Zalora, namun bisnis ini menunjukkan performa menjanjikan untuk meyakinkan East Ventures menanamkan investasi di 2012. BerryBenka mendapat investasi lainnya dari GREE Ventures di Januari 2013 dan pendanaan ketiga sebesar USD 5 juta (sekitar Rp 63 miliar) di akhir 2013.
Kedua wanita ini memulai bisnis kecil, hingga kini terus membesar.

Diajeng Lestari – HijUp

Diajeng Lestari bekerja di Mars Indonesia sebelum akhirnya terjun ke dunia e-commerce. Startup miliknya, HijUp, berfokus menjual barang fashion bagi Muslim. Dengan pertimbangan Indonesia memiliki populasi Muslim terbanyak, bisnis ini memiliki ide yang sangat bagus. Melakukan operasional secara bootstrap sejak 2011, HijUp mendapat investasi di 2015.

Diajeng kini memiliki kesempatan untuk membuktikan bahwa e-commerce miliknya juga dapat populer di negara Muslim lainnya.

Donna Lesmana – Lolalola

Donna Lesmana merupakan founder e-commerce khusus lingerie wanita, Lolalola. Ia sebelumnya berkecimpung di dunia e-commerce peralatan olahraga outdoor SukaOutdoor. Ia memutuskan untuk mendirikan Lolalola setelah mengetahui besarnya potensi ranah toko lingerie online di Indonesia. Startup ini diluncurkan pada Agustus 2014 dan saat ini telah didukung oleh Ardent Capital yang berbasis di Hongkong dan aCommerce sebagai mitra logistik dan marketing.
Dengan mitra handal tersebut, Donna mungkin juga akan membawa Lolalola ke negara-negara di Asia Tenggara lainnya.

Grace Tahir – PilihDokter

Grace Tahir telah bekerja di sektor kesehatan lebih dari satu dekade. Selain menjadi entrepreneur, Grace juga merupakan direktur RS Mayapada. Ia menjadi co-founder PilihDokter di 2014, sebuah platform yang ingin memberi solusi masalah kesehatan di Indonesia dengan cara menghubungkan konsumen dengan dokter handal dan menyediakan kesehatan berkualitas dan saran medis. Dan bisnis ini berjalan baik. PilihDokter telah mendapat pendanaan dari platform konsultasi dokter asal Singapura RingMD.
Selain itu, Grace mendukung ekosistem startup sebagai angel investor. Di September 2014, ia menanamkan investasi pada platform manajemen HR, Talenta.

Hanifa Ambadar – Female Daily

Co-founder Female Daily Network, Hanifa Ambadar.
Hanifa Ambadar menjalankan jaringan media online Female Daily. Meskipun masih menjadi perdebatan apakah majalah online dapat dikategorikan ke dalam startup teknologi, Female Daily jelas masuk ke dalamnya. Dimulai dari blog fashion personal di 2005, Female Daily kini tumbuh besar – sangat besar lebih tepatnya.
Website mereka memiliki komunitas dan forum yang memungkinkan anggota terdaftar untuk menulis ulasan sebuah produk dan berpartisipasi di forum diskusi. Female Daily memiliki pandangan unik bagi wanita yang aktif di dunia online. Ini membantu Hanifa menjaring klien iklan dan juga membuat dirinya menjadi konsultan yang banyak dicari. Female Daily mendapat pendanaan USD 1 juta (sekitar Rp 13 miliar) yang digunakan untuk ekspansi bisnis.

Nabilah Alsagoff – Doku

Nabilah merupakan founder dan COO Doku. Melalui Doku, ia membangun platform untuk menghadapi persoalan rumit dalam pembayaran online di Indonesia. Doku telah melayani nama besar seperti Air Asia dan Sinar Mas.

Nabilah juga telah berada di ranah bisnis ini dalam jangka waktu lama. Ia mulai memikirkan tentang bisnis e-payment di 2002, saat ia masih menjadi konsultan bagi Kementerian Pariwisata Indonesia yang saat itu ingin membangun portal yang dapat membantu mengembalikan industri pariwisata Bali setelah peristiwa bom di pulau tersebut.
Pengalamannya menjadi inspirasi bagi banyak orang dan ia masih menyempatkan waktu untuk berbagi kisahnya dengan komunitas. Ia juga menjadi salah satu pembicara di Startup Asia Jakarta 2014.

Veronika Linardi – Qerja

Veronika Linardi merupakan co-founder Qerja, sebuah startup yang memungkinkan para pencari kerja dan karyawan berbagi informasi gaji secara anonim – topik yang jarang dibahas secara terbuka. Platform milik Qerja serupa dengan model bisnis yang diterapkan di AS.

Di awal Maret 2015, Qerja mendapat pendanaan sebesar delapan digit dari SB ISAT Fund, sebuah joint venture milik SoftBank dan Indosat. Tentunya, para VC percaya bahwa Veronika dapat membawa Qerja ke level selanjutnya. Veronika memiliki banyak pengalaman di bidang SDM. Ia juga telah memimpin perusahaan perekrutan kerja miliknya yang bernama Linardi Associates sejak 2006.
 


Ditayangkan sebelumnya dari situs id.techinasia.com
Tuangkan Komentar Anda
Gunakan kode HTML berikut untuk format text: <a><br><strong><b><em><i><blockquote><code><ul><ol><li><del>
CAPTCHA Image
Reload Image
Berita Terkait