Bali Telah Memanfaatkan Potensi Energi Baru Terbarukan

Bali Telah Memanfaatkan Potensi Energi Baru Terbarukan

Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) mendorong pemerintah daerah di Tanah Air untuk mengoptimalkan sumber-sumber energi baru terbarukan karena potensinya melimpah yang dapat memberikan efisiensi dan lebih ramah lingkungan. 

Pusat Penelitian dan Pengembangan Teknologi Ketenagalistrikan Energi Baru Terbarukan dan Konservasi Energi (P3tek KEBTKE) menggelar "Sosialisasi Jasa Layanan sebagai Badan Layanan Umum" di Kuta, Kamis (1/11/2018).

Kepala Pusat Penelitian dan Pengembangan Teknologi Ketenagalistrikan Energi Baru Terbarukan dan Konservasi Energi, Yunus Saefulhak menjelaskan, kegiatan itu untuk mensosialisasikan bentuk baru P3tek KEBTKE kepada pemerintah daerah dan stakeholdersterkait.

"Badan Layanan Umum itu melayani badan usaha, melayani stakeholders untuk sedapat mungkin melakukan pengembangan energi baru terbarukan. Siapa yang bayarin tentunya kalau tidak dengan APBN? Yang bayarin adalah tentunya badan usaha yang meminta layanan dari kita, misalnya soal permintaan feasibility study, saya nantinya akan dibayar oleh badan usaha dan kita yang lakukanfeasibility study mulai dari pra feasibility study, feasibility studydetail engineering design, kemudian evisinya, dan sampai tuntas menjadi bekembang ke jual-beli listrik dengan PLN," ungkapnya di Kuta.

"Banyak potensi yang bisa digali dan secara alamiah tidak mengganggu lingkungan," ujarnya.

Yunus Saefulhak mengungkapkan, sejauh ini Pemprov Bali telah memanfaatkan potensi EBT. Pemanfaatan itu melalui pemasangan smart great system di Kantor Gubernur Bali. Smart great system merupakan perpaduan solar pv, angin, dan listrik dari PLN.

"Nah ini sudah terbukti oleh Pemerintah Provinsi Bali, manfaatnya adalah dapat menekan biaya pembayaran listrik dengan PLN sampai 50 persen. Ini akan baik dicontohkan kepada pemerintah daerah lain untuk memasang solar pv di rooftop, diatas permukaan langit-langit kantor, kemudian dipadukan kalau ada angin, atau dipadukan dengan hidro, maka itu akan mengefisienkan biaya pembayaran listrik kepada PLN sampai 50 persen," pungkasnya.

"Energi terbarukan dapat menggunakan potensi energi setempat, misalnya energi matahari atau air. Jenis ini sangat cocok untuk remote area(daerah terpencil) dan yang tidak mendapatkan jaringan PLN (off grid). Diharapkan dengan pembangkit jenis ini, masyarakat yang selama ini belum menikmati listrik pada akhirnya bisa menikmati apa yang selama ini mereka harapkan," 

Selain itu juga ada potensi pembangkit listrik yang memanfaatkan angin, sampah, panas bumi atau hidro mikro yang dapat digunakan sebagai sumber energi baru. 

Ia mengharapkan dengan pembangkit jenis tersebut dapat menjadi pilihan bagi pemda sehingga masyarakat yang selama ini belum menikmati listrik, dapat menikmatinya dengan energi yang lebih ramah lingkungan. 

Sebagai badan layanan umum (BLU), pihaknya siap menjembatani kebutuhan pemerintah daerah untuk melakukan kajian mulai dari kajian pra-kelayakan, kajian kelayakan, "detail engineering design" hingga tuntas dalam perjanjian jual beli listrik dengan PLN. 

Sejumlah pengalaman dalam desain proyek kelistrikan juga pernah ditangani BLU itu di antaranya desain mikro hidro hingga proses jual beli dengan PLN seperti listrik 165 KW di Kombongan, Garut dan di daerah Subang, Jawa Barat berkapasitas 100KW.

Sementara itu terkait potensi di Bali, Yunus mengatakan Pulau Dewata menyimpan potensi yang besar pengembangan energi baru terbarukan yang perlu digarap seperti air, angin dan panas bumi.

Meski beberapa di antaranya sudah ada di Bali namun ia menilai perlu dioptimalkan seperti biogas di Pulau Nusa Penida, Kabupaten Klungkung.

Tuangkan Komentar Anda
Gunakan kode HTML berikut untuk format text: <a><br><strong><b><em><i><blockquote><code><ul><ol><li><del>
CAPTCHA Image
Reload Image
Berita Terkait