Gubernur Bali Made Mangku Pastika mengakui sampai dengan saat ini terdapat penambahan jumlah KK miskin yang ada di Bali. Demikianhal disampaikannya saat melaksanakan kunjungan ke penerima Bedah Rumah di Banjar Tegalasah, Desa Tembuku, Bangli.

“Bukan hanya di Bangli yang bertambah secara keseluruhan di Bali juga bertambah, hal tersebut diakibatkan oleh beberapa faktor seperti perubahan status dalam keluarga dan juga standar kemiskinan tersebut dinaikkan,” jelas Pastika. Pastika juga tidak menampik bahwa kemungkinan program yang telah dijalankan selama ini masih belum berhasil secara menyeluruh dalam pelaksanaannya. 

“Ini yang harus benar – benar kita waspadai, mengurangi penduduk miskin itu rumusnya yakni mengurangi pengeluarannya dan menambah pendapatannya,” tegas Pastika. Saat ini melalui program unggulan Bali Mandara seperti JKBM, Bedah rumah, Gerbangsadu , Simantri,  Pemprov telah berupaya untuk mengurangi pengeluaran dari penduduk miskin, namun ada faktor – faktor tertentu yang memang membuat penduduk miskin tersebut bertambah. 

Pastika juga menyoroti masalah upakara yang dilakukan  secara besar – besaran dan memerlukan biaya yang banyak,  serta kebiasaan tajen (mengadu ayam) dianggapnya turut andil terhadap penyebab bertambahnya pengeluaran dari masyarakat. “Saat ini desa cenderung membuat upacara secara besar – besaran dan hal inilah yang menyebabkan masyarakat yang hampir miskin jadi miskin selain itu saya juga agak khawatir melihat tajen ini semakin merajalela”, jelas Pastika.

Ia menghimbau masyarakat Bali untuk memperbaiki sikap mental selain mengajak seluruh elemen untuk secara bersama – sama memperhatikan dah turut mengurangi pengeluaran – pengeluaran dari penduduk miskin tersebut agar bisa keluar dari lingkaran kemiskinan. Menurutnya Pemprov berusaha untuk mengurangi pengeluaran penduduk miskin melalui program Bali Mandara, dan sudah seharusnya pengeluaran untuk upacara juga bisa ditekan. 

“ Bukannya saya melarang untuk melaksanakan upacara secara besar – besaran, itu boleh saja asal mampu, jadi jangan di sama ratakan dengan penduduk miskin,” ujarnya. Ia meminta setidaknya iuran bagi si miskin lebih rendah dengan yang kaya sehingga hal tersebut tidak menjadi beban bagi mereka yang miskin.

Sementara dua rumah yang ditinjau oleh Pastika adalah milik Sang Ayu Ketut Mula yang merupakan bantuan dari Badan Musyawarah Perbankan Daerah (BMPD) Tahun 2015 dan saat ini masih dalam proses pengerjaan. Dan yang ke dua merupakan rumah dari keluarga I Wayan Widnyana yang merupakan seorang buruh pengecat dulang dengan penghasilan hanya Rp. 50.000,- dalam 3 hari. 

Untuk rumah dari I Ketut Widnyana merupakan bantuan dari APBD Provinsi Bali tahun 2015 yang saat ini pengerjaanya telah selesai dilaksanakan tinggal menunggu penyerahan kepada keluarga Widnyana.

Tuangkan Komentar Anda
Gunakan kode HTML berikut untuk format text: <a><br><strong><b><em><i><blockquote><code><ul><ol><li><del>
CAPTCHA Image
Reload Image
Berita Terkait