Pemimpin Bali ke Depan Jangan Diam di Zona Nyaman

Pemimpin Bali ke Depan Jangan Diam di Zona Nyaman

Pemimpin Bali ke depan harus berani dan tidak hanya diam di zona nyaman. Selain itu, Bali juga membutuhkan sosok pemimpin yang mampu mengatasi kesenjangan pembangunan. Harapan itu mengemuka dalam Pelaksanaan Simakrama Gubernur ke-96 yang berlangsung di Gedung Wiswa Sabha Utama Kantor Gubernur Bali, Sabtu (26/5).

Selain masyarakat umum, Simakrama kali ini juga menghadirkan sejumlah tokoh antara lain Ketua FKUB Bali Ida Panglingsir Ageng Putra Sukahet, Ketua GIPI Bali Ida Bagus Partha Adnyana, Akademisi Unud Prof. Dr.Drs. Yohanes Usfunan,SH,M.Hum, Tokoh Media Nyoman Wirata dan Ketua Yayasan Swastika Drs. I Wayan Bagiarta Negara,Apt.MM.

Ketua Yayasan Swastika Nagiarta Negara menyampaikan harapan agar Pemimpin Bali ke depan senantiasa berpedoman pada Tri Hita Karana. Lebih dari itu, Bali butuh pemimpin yang inovatif, kreatif dan berpikir holistik. 

Sementara Tokoh Media Nyoman Wirata berpendapat, sosok pemimpin lima tahun ke depan harus punya komitmen untuk menyeimbangkan pembangunan sektor pertanian dan pariwisata yang menurutnya masih timpang. “Harus dirancang sebuah sistem dimana hotel punya kewajiban membina petani,” terangnya. Selain itu, Pemimpin Redaksi Bali Post ini berharap pemimpin yang berani dan tak diam di zona nyaman.

Harapan senada juga diungkapkan Prof. Usfunan. “Seorang pemimpin harus punya nyali, khususnya dalam menegakkan aturan. Kalau ada penyimpangan, sikat saja,” cetusnya. Ia juga berpesan agar pemimpin Bali ke depan selalu berjalan dalam koridor hukum, dapat menciptakan pemerintahan yang bersih, memperhatikan perlindungan HAM dan tidak sewenang-wenang. 

Sedangkan Ketua GIPI IB Partha Adnyana ingin sosok pemimpin yang berkomitmen membangun pariwisata budaya. 

Pada bagian lain, Ketua FKUB Bali Ida Panglingsir Ageng Putra Sukahet berpendapat, pemimpin ke depan harus bisa mewujudkan masyarakat yang rukun, aman, damai, sejahtera dan adil. “Menurut saya, kepemimpinan Bapak Gubernur Made Mangku Pastika sudah luar biasa. Penggantinya harus lebih cerdas, jujur, bersih dan berkarakter,” tambahnya. Ia juga berpesan agar gubernur terpilih melepaskan jaket partai dan tidak diskriminatif dalam melaksanakan kebijakan.

Selain menghadirkan lima tokoh, peserta simakrama lainnya juga menyampaikan harapan terkait pemimpin Bali lima tahun ke depan. Ida Bagus Agung dari Jembrana menginginkan sosok pemimpin yang tindakannya selaras dengan pikiran dan perkataan. Sedangkan Jero Penjor dan Marja Abas berharap sosok pemimpin yang menyayangi Bali, cinta NKRI dan berlaku seperti matahari.

Gubernur Pastika menilai, semua yang disampaikan oleh para tokoh dan peserta simakrama adalah hal yang sangat penting untuk dipedomani oleh pemimpin Bali lima tahun ke depan. Pastika menambahkan,  dalam 10 tahun pelaksanaannya,  Visi Bali Mandara dengan berbagai program unggulan telah meletakkan pondasi yang kokoh bagi pembangunan Daerah Bali. Namun ia menyadari, masih butuh upaya dan kerja keras untuk mengatasi problem pembangunan seperti kesenjangan antar sektor dan antar wilayah.

Tuangkan Komentar Anda
Gunakan kode HTML berikut untuk format text: <a><br><strong><b><em><i><blockquote><code><ul><ol><li><del>
CAPTCHA Image
Reload Image
Berita Terkait