Menpar Imbau Bali Rebut Wisman Tiongkok

Menpar Imbau Bali Rebut Wisman Tiongkok

Menpar Imbau Bali Rebut Wisman Tiongkok

 

 

Menteri Pariwisata, Arief Yahya, terus menggenjot agar pelaku pariwisata meraih wisatawan mancanegara (wisman) asal Tiongkok dan India. Pasalnya kedua negara ini, memiliki potensi market yang besar untuk digarap. Ia menyebutkan jika wisman Tiongkok menjadi rebutan berbagai negara, termasuk negara-negara Asia. “Bayangkan saja, outbond Tiongkok 120 juta per tahun, yang plesiran. Tetapi hanya 1 juta saja yang berwisata dan masih ada potensi besar lainnya,” katanya dalam acara seminar pariwisata bertema ‘Bali, World’s Best New Reality’ di Sector Bar, Sanur. Acara ini serangkaian dengan pelantikan BPPD Bali, serta BritAma Sanur Village Festival di Sanur.

 

“Jika isu ini dan itu tentang wisman Tiongkok, saya pastikan itu tidak benar. Itu adalah upaya penyebaran isu saja,” tegasnya. Mengingat banyak negara yang memperebutkan wisman Tiongkok ini. Ia menyarankan pelaku wisata yang hadir, lebih peka melihat potensi ini dan gencar berpromosi. Lanjutnya, ada banyak momen untuk menarik wisman Tiongkok plesiran ke Indonesia atau Bali. “Nah Januari-Februari itu libur Imlek, Mei libur buruh, Juli, Oktober, dan Desember juga libur. Sehingga sebelum ini, kita bisa berpromosi ke sana,” sebutnya. Selain Tiongkok, wisman India juga sangat potensial. Bahkan, kata dia, warga India yang tergolong kaya mencapai 250 juta.

 

Ia pun menegaskan, untuk meraih market wisman dan mencapai tujuan  20 juta wisman pada 2019, harus ada sinergi semua pihak. “Jadi berikanlah kemudahan pada wisman dan investor, sehingga semuanya bisa berjalan lancar,” katanya.  Ia melihat, selama ini kendala penghambat adalah banyaknya aturan yang tidak diperlukan. Sehingga diperlukan deregulasi aturan birokrasi, seperti yang dilakukan Jepang untuk mendorong kecepatan pertumbuhan pariwisatanya. “Bisnis sekarang itu harus cepat, kecepatan sangat penting. Tapi masalahnya yang menghambat kecepatan ini adalah jeratan regulasi,” sebutnya. Dengan kecepatan, strategi bisnis yang diterapkan bisa berjalan sesuai target.

 

“Hanya itu saja, karena kita khususnya Bali, sudah punya posisi yang baik sekali di mata dunia. Cultural Bali selalu menduduki posisi top 20 in the world. Price kompetitif kita tidak kalah dan menjadi 5 di dunia. Tapi kalau produk dan price sudah bagus, perfomance jelek ya masih sulit,” katanya. Maka dari itu, kelemahan terkait kecepatan akibat alur birokrasi yang ribet harus lebih disederhanakan. Selain itu, promosi dan endorse juga diperlukan, agar Bali dan Indonesia kian terkenal. “Saya sudah mempromosikan di berbagai negara ke berbagai media. Termasuk ke Arab Saudi, Perancis, dan sebagainya. Buktinya kehadiran Raja Salman dan Barrack Obama menjadikan Bali semakin terkenal,” imbuhnya. Untuk itu, diperlukan konsep yang lebih baik ke depannya termasuk cara mengantisipasi macet dan sampah. “Ya nanti bisa dengan pembangunan underpass atau flyover lah di masing-masing perempatan,” katanya.

 

Tuangkan Komentar Anda
Gunakan kode HTML berikut untuk format text: <a><br><strong><b><em><i><blockquote><code><ul><ol><li><del>
CAPTCHA Image
Reload Image
Berita Terkait