Konservasi Penyu Sindhu Dwarawati Sanur, Awalnya Hanya Sekedar Kumpul di Pantai

Konservasi Penyu Sindhu Dwarawati Sanur, Awalnya Hanya Sekedar Kumpul di Pantai

Sanur, Bali 2014. Jaman dulu di sepanjang pantai Sindhu hingga pantai Sanur katanya banyak penyu yang mendarat untuk bertelur. Namun seiring perkembangan jaman, mulai terbangun hotel-hotel, restoran dan sarana pendukung wisata lainnya, menyebabkan penyu enggan datang kembali untuk bertelur. Meski begitu, saat ini ternyata masih ada beberapa ekor penyu yang datang di malam hari ke pantai Sindhu. Kedatangan penyu tersebut dilihat oleh beberapa orang yang sering kumpul-kumpul di pinggir pantai.

Namun ternyata keberadaan telur penyu di pantai menjadi sasaran anjing, yuyu maupun pencuri telur penyu untuk dinikmati. Belum lagi tukik yang baru menetas jika langsung menuju laut kemungkinan hidupnya kecil. Sehingga muncullah niat dari sekelompok orang tersebut mengkonservasi tukik. Berdiri sekitar 1 tahun yang lalu, salah seorang dari kelompok tersebut yakni Nyoman Wardana dipercaya sebagai ketua dengan organisasi yang bernama Kelompok Konservasi Penyu Sindhu Dwarawati Sanur yang berdiri  19  September 2012.

"Berawal dari temen kumpul di pinggir pantai, ada yang seneng pancing, diving dan surfing. Suatu saat kami melihat seekor penyu datang bertelur di pantai Sindhu. Kemudian ada niat menyelamatkan telur-telur penyu karena kasihan, baru lahir sudah dikejar sama anjing dan yuyu," jelas Wardana.

Rasa kasihan tersebut berujung pada rasa penasaran tentang cara mengkonservasi tukik. "Kami cari informasi di internet, nonton di televisi bahwa tukik kecil itu harapan untuk hidupnya sangat kecil. Maka kami awali dengan membuat box kecil dari gabus styrofoam untuk menampung tukik," terangnya.

Selanjutnya komunitas ini diarahkan oleh Kaling Sindhu untuk lebih serius mengkonservasi tukik. "Kami diarahkan untuk menghadap ke Badan Konservasi Sumber Daya Alam (bksda). Kemudian dikasi saran untuk mendirikan secara resmi kelompok konservasi. Kami diberikan ijin, legalitas lengkap sehingga terbentuk kelompok Konservasi Penyu Sindhu Dwarawati Sanur dengan tujuan menyelamatkan satwa penyu," terang Wardana.

Setelah terbentuk kelompok ini, Wardana dkk rutin melihat dan melakukan kontrol setiap malam. "Akhirnya memang benar Pantai Sindhu sampai Sanur itu tempat penyu bertelur. Dari cerita bapak-bapak, kakek-kakek juga mengatakan bahwa sebelum ada hotel, di sini memang banyak penyu bertelur, sampai sekarang masih ada beberapa. Itu yang kita selamatkan, kedepan supaya keberadaan penyu lebih banyak lagi," jelasnya.

Di penangkaran, tukik dikonservasi selama minimal berusia 6 bulan. Selanjutnya dilepas di laut lepas, baik bertepatan dengan even-even pariwisata maupun pelepasan dari kelompok ini. Sejak berdiri 1 tahun lebih, ada sekitar 500 tukik berhasil dikonservasi dan di lepas sekitar 400an. "Tujuan kami memang untuk melepas kembali tukik-tuki ini. Kami cuma memberi kesempatan pada tukik agar punya tenaga lebih saat dilepas," ujarnya.

Mengenai pendanaan, Wardana mengatakan hanya mengandalkan donasi dari masyarakat dan pengunjung pantai. "Kami bersyukur masyarakat dan pengunjung pantai sangat antusias memberikan donasi ala kadarnya. Selama ini cukuplah untuk merawat, beli bak, makanan dan keperluan lain untuk konservasi tukik," jelasnya. Selain mengkonservasi, kelompok ini juga kerap didatangi siswa SD untuk mengetahui lebih jauh tentang penyu.


Ditayangkan sebelumnya dari situs redaksi
Tuangkan Komentar Anda
Gunakan kode HTML berikut untuk format text: <a><br><strong><b><em><i><blockquote><code><ul><ol><li><del>
CAPTCHA Image
Reload Image
Berita Terkait