Buleleng Paling Banyak Lahan yang Tandus

Buleleng Paling Banyak Lahan yang Tandus

Sebagai kabupaten yang memiliki lahan kritis sangat luas dengan kondisi gersang dan tandus, Buleleng merupakan salah satu Kabupaten di Bali yang memiliki lahan kritis sangat luas dengan keadaan tanah gersang dan tandus.
Namun demikian jika dilihat dari perkembangan pariwisata yang ada di wilayah Pemuteran, Kecamatan Gerogak, KabupatenBuleleng sudah cukup bagus.

Hal tersebut terlihat dari sederet hotel dan fasilitas pariwisata lainnya.

Demikian disampaikan Gubernur Bali Made Mangku Pastika saat menghadiri acara Gerakan Penanaman dan Penumbuhan Pohon Dalam Rangkaian Hari Cipta Puspa dan Satwa Nasional, Hari Habitat se-Dunia serta Hari Ibu, di Desa Pemuteran, Kecamatan Gerogak, Kabupaten Buleleng, Jumat (18/12/2015).

Kata Pastika, melihat keadaan pariwisata yang sudah berkembang ini, diperlukan keseriusan dari para pemilik hotel untuk menghijaukan daerah Buleleng, khususnya wilayah Pemuteran.

Pastika mengusulkan dengan menanam pohon bunga bougenvile (kembang kertas) di sepanjang jalan pemuteran, karena bunga ini memiliki karakter yang bisa hidup dan berbunga di daerah tandus.

Apabila hal tersebut bisa dilakukan, maka wilayah pemuteran ini bisa tetap cantik dan menawan, walaupun letaknya didaerah yang tandus, selanjutnya hal ini juga akan berdampak pada ketahanan pariwisata yang ada di daerah Buleleng.

“Pemilik hotel dan masyarakat pemuteran kalau mau, juga bisa menanam pohon bunga bougenvil di bukit-bukit tandus yang ada di pemuteran ini, sehingga ketika berbunga akan terlihat bagus seperti bukit bunga. Nah itu dalam jangka panjang akan menarik minat wisata bagi daerah pemuteran,” kata Pastika.

Di sisi lain, Pastika mengatakan, kegiatan penanaman pohon seperti ini tidak hanya sekedar seremonial, melainkan diarahkan untuk menjadi budaya sikap dan budaya hidup masyarakat.

Mengingat di Bali masih menyisakan lahan kritis yang cukup luas sekitas 9,82 persen dari luas Provinsi Bali. Oleh karenanya, ia mengimbau masyarakat untuk menghijaukan lahan kritis ini, karena tingkat ketutupan hutan di Bali baru mencapai 22,7 persen dari luas Pulau Bali.

Pastika juga mengingatkan bahwa alam mengambil peran sebagai guru, dimana ketika manusia melakukan eksploitasi secara terus menerus tanpa adanya upaya penyelamatan atau rekonstruksi maka alam akan murka dan timbul bencana alam seperti banjir, longsor serta lainnya.

Oleh karenanya diharapkan semua komponen masyarakat yang ada di Pulau Dewata ini mulai dari Pemerintah, TNI, POLRI, BUMN/BUMD, Perguruan Tinggi dan masyarakat luas agar melakukan kegiatan penanaman dan pemeliharaan pohon secara berkelanjutan. (*)


Ditayangkan sebelumnya dari situs tribunnews
Tuangkan Komentar Anda
Gunakan kode HTML berikut untuk format text: <a><br><strong><b><em><i><blockquote><code><ul><ol><li><del>
CAPTCHA Image
Reload Image
Berita Terkait