Banyak Beredar Lukisan Palsu di Indonesia, Asli Tak Selalu Bertanda Tangan

Banyak Beredar Lukisan Palsu di Indonesia, Asli Tak Selalu Bertanda Tangan

Pemalsuan lukisan menjadi hal yang kerap terjadi di ranah seni rupa Indonesia, begitu juga di Bali.

Budhi Setiadharma, kolektor sekaligus bagian dari Perkumpulan Pencinta Seni Rupa Indonesia (PPSI) mengatakan, problematika ini sudah menjadi bagian dalam perkembangan seni rupa Indonesia.

Menurut Budhi Setiadharma, Bali menjadi satu di antara tempat berkumpulnya beragam seni dan budaya, mulai dari seni tradisional, kontemporer dan juga modern.

“Jangan pernah mimpi lukisan palsu Indonesia akan habis,” ujar Budhi dalam diskusi dan pameran seni rupa bertajuk “Lukisan Asli dan Palsu: Problematik Seni Rupa Kita”, Jumat (22/1/2016).

Budhi menyampaikan bahwa bukan berarti hal ini tidak perlu disikapi.

Justru harus ada pemahaman berupa edukasi tentang pentingnya mengetahui suatu lukisan itu benar-benar asli atau palsu.

“Keaslian lukisan tidak hanya dilihat dari tanda tangan sang pelukisnya saja. Tanda tangan pun bisa dipalsukan,” ujar Budhi.

Sementara itu, Adi Wicaksono sebagai salah satu dari penulis buku “Jejak Lukisan Palsu di Indonesia” menyampaikan, ada beberapa hal yang perlu dicermati dalam melihat otentifikasi sebuah karya lukisan.

Di antaranya dengan melihat riwayat karya tersebut, analisis secara visual dan tes forensik.

“Yang sulit untuk di Indonesia adalah tes forensik ini dan mahal. Masih belum lazim, kalau di luar negeri sudah ada ada alatnya. Kalau tidak salah di ITB sudah ada,” ujar Adi.

Oleh karena itu, dalam memaknai peluncuran buku “Jejak Lukisan Palsu di Indonesia” yang telah dirilis pada akhir tahun 2015 yang lalu ini, PPSI akan menyelenggarakan diskusi dan pameran seni rupa bertajuk “Lukisan Asli dan Palsu: Problematik Seni Rupa Kita” di Rumah Topeng dan Wayang Setiadarma, Mas Ubud, Gianyar, Bali, Sabtu (23/1/2016).

Program ini dilakukan sebagai media sosialisasi dan edukasi mengenai maraknya kasus pemalsuan lukisan yang marak terjadi tersebut.

Dengan menghadirkan pembicara dari berbagai kalangan, yang dipandang memiliki kompetensi dan otoritas dalam hal seni rupa Indonesia.

Mulai dari pengamat seni itu sendiri, pecinta seni, praktisi Hak Cipta, Inda C. Noehadi.

Selain itu, ada juga wartawan, dan kritikus seni rupa, Bambang Bujono.

Amir Sidharta, curator, juga akan turut hadir untuk berbicara perihal pemalsuan lukisan, fakta dan pembuktian kasus karya-karya Soedibio.

Tak hanya diskusi, namun juga akan dihadirkan pameran lukisan repro karya para maestro.

Sebanyak 24 lukisan repro, karya Hendra Gunawan, S Sudjojono, Soedibio dan Dwi Martono. Tujuan pameran ini adalah agar publik bisa secara langsung menyaksikan lukisan palsu repro, repro asli, repro palsu, maupun asli-palsu.


Ditayangkan sebelumnya dari situs tribunbali
Tuangkan Komentar Anda
Gunakan kode HTML berikut untuk format text: <a><br><strong><b><em><i><blockquote><code><ul><ol><li><del>
CAPTCHA Image
Reload Image
Berita Terkait