Perekonomian Bali Diperkirakan Tumbuh 6,49%.

Perekonomian Bali Diperkirakan Tumbuh 6,49%.

Bank Indonesia optimistis ekonomi di Provinsi Bali selama tahun 2016 tumbuh pada kisaran 6,09 hingga 6,49 persen yang salah satunya dipacu oleh penurunan harga bahan bakar minyak (BBM)

Kepala Kantor Perwakilan Bank Indonesia Bali Dewi Setyowati, menyatakan peningkatan industri pariwisata, perbaikan sektor pertanian, peningkatan konsumsi pemerintah dan rumah tangga, serta perbaikan ekspor akan menjadi penopang pertumbuhan ekonomi Bali tahun ini. Pada tahun lalu, perekonomian Bali tumbuh 6,04%.

"Kami memang optimistis, karena melihat banyak perubahan menuju arah positif. Terutama rencana pembangunan infrastruktur dan kebijakan pemerintah pusat," ujarnya di Denpasar.

T Pertamina (Persero) sebelumnya kembali menurunkan harga BBM jenis Pertalite menjadi Rp7.300 per liter dari harga sebelumnya Rp7.500 mulai 15 Maret 2016.

Pertamina juga melakukan penurunan harga pada produk Pertamax, Pertamax Plus, Pertamina Dex masing-masing sebesar Rp200 per liter.

Selain karena harga BBM yang menyesuaikan dan mendukung pertumbuhan ekonomi Bali, Dewi menilai perbaikan perekonomian global akan berdampak pada perbaikan kinerja ekspor seiring dengan ekspansi beberapa industri pengolahan.

Konsumsi dan investasi diperkirakan mengalami peningkatan seiring dengan kenaikan upah minimum provinsi serta terjaganya tarif dasar listrik juga berperan memacu pertumuhan ekonomi di Pulau Dewata.

Menurutnya, dari sisi konsumsi pemerintah, komitmen pemda dan dukungan dana dari APBN serta akselerasi pembangunan infrastruktur, dan peningkatan alokasi anggaran ditambah komitmen realisasi belanja semakin baik akan sangat membantu. Dari sisi konsumsi rumah tangga, penyaluran KUR, peningkatan UMP, dan produksi pertanian yang didukung intensifikasi pertanian akan ikut mendorong pertumbuhan.

Tahun lalu, penyaluran KUR di daerah ini mencapai Rp594,91 miliar. Namun tahun ini nilainya akan lebih besar seiring turunnya suku bunga dari 12% menjadi 9% per tahun. Kredit perbankan juga diperkirakan akan semakin kencang dengan turunnya suku bunga acuan (BI rate) yang dapat mendorong investasi.

Kendati demikian, BI menyarankan ada langkah antisipasi dari pemangku kebijakan, karena sejumlah tantangan akan menghadang pertumbuhan yang datangnya bersumber dari inflasi. Dari sisi eksternal, potensi kenaikan harga minyak dunia, pelambatan ekonomi China yang dapat berdampak menurunkan jumlah kunjungan wisman, dan masih terbatasnya perbaikan ekonomi AS.

Sementara dari sisi domestik, implementasi Masyarakat Ekonomi Asean dapat menggusur tenaga kerja lokal, ditambah tantangan kompetisi antar destinasi wisata di wilayah lain yang semakin banyak berpromosi.

Dewi menegaskan Bali punya potensi yang dapat dikembangkan untuk mendongkrak pertumbuhan, seperti realisasi pembangunan ruas tol Kuta-Soka, rencana short cut Mengwi-Singaraja, dan pembangunan Waduk Sidan. Belum lagi, lanjutnya, ranperda insentif dan kemudahan berinvestasi di Bali Utara yang berpotensi dapat memancing investor datang.


Ditayangkan sebelumnya dari situs Redaksi
Tuangkan Komentar Anda
Gunakan kode HTML berikut untuk format text: <a><br><strong><b><em><i><blockquote><code><ul><ol><li><del>
CAPTCHA Image
Reload Image
Berita Terkait