Pariwisata Bali Hanya Tumbuh 1,3 Persen, Perlu Inovasi Baru

Pariwisata Bali Hanya Tumbuh 1,3 Persen,  Perlu Inovasi Baru

Estepers sebagai wadah dari alumni Sekolah Tinggi Pariwisata Bali kembali menggelar Indonesia Tourism Outlook 2019 sebagai event berkelanjutan sejak di bentuk tahun 2016 yang lalu. 

Indonesia Tourism Outlook 2019 ini  membahas beberapa hal tentang terobosan yang akan di lakukan bersama-sama oleh pihak pemerintah dan pelaku pariwisata yang bertujuan untuk membangun pariwisata yang memiliki nilai tinggi dari berbagai segi.

 Pertumbuhan Wisman ke Bali periode Januari hingga September 2018 mengalami peningkatan sebesar 1,32 persen. Dimana dari data Kemenpar, tahun 2017 pada periode yang sama, jumlah wisman ke Bali berjumlah 4.543.062. Sementara untuk tahun 2018 pada periode yang sama, jumlah wisman ke Bali sebanyak 4.608.258. 

Jumlah tersebut dinilai relatif kecil, dibandingkan dengan pencapaian di tahun-tahun sebelumnya. "Saya terkejut melihat pertumbuhan wisman ke Bali kenapa hanya 1,32 persen. Dugaan saya pribadi, mungkin ini karena jembatannya yang sudah tidak ada,"ujar Staff ahli bidang pemasaran dan kerjasama Kemenpar, Prof Dr I Gde Pitana saat menghadiri Indonesia Tourism Outlook 2019 di Nusa Dua.

Jembatan tersebut dimaksudkannya adalah terkait kondisi bandara Ngurah Rai, yang saat ini diketahuinya hanya mampu menampung 25 pergerakan pesawat perjam. Dimana jika jembatan udara tersebut sudah tidak mampu mengakomodir, maka wisatawan tidak akan bisa bertambah ke Bali. Oleh karena itu ia menilai Bali memerlukan tambahan bandara atau runway lain. Sebab dari informasi yang ia peroleh dari bandara Ngurah Rai, permintaan maskapai ke Bali sangat tinggi. Namun itu terkendala pada kemampuan fasilitas bandara yang sudah diatas daya tampungnya, utamanya runway dan appron. 

"Diperlukan tambahan bandara yang baru di Bali, entah dimana tempatnya itu. Jika itu di Singaraja maka akan sangat bagus sekali. Seperti yang kita ketahui 80 persen wisatawan datang ke Bali dari sektor udara, maka untuk meningkatkannya adalah dengan memperbanyak jumlah jembatan itu,"paparnya.

Dibeberkanya, dari data yang masuk kepada pihaknya di kementerian. Wisatawan bukan tidak berminat datang ke Bali, sebab pihaknya mengaku mendapatkan bannyak permintaan dari berbagai airline, untuk melakukan direct flight ke Bali. Namun sayangnya bandara Ngurah Rai tidak bisa memenuhi karena terbatas kapasitas.

Sementara Ketua Indonesia Tourism Outlook 2019, Made Ramia Adnyana tidak memungkiri bahwa pariwisata Bali hanya bertumbuh 1,3 persen. Hal tersebut dipengaruhi oleh beberapa faktor alam, seperti berkaitan dengan aktifitas erupsi abu vulkanik gunung agung. Sehingga pertumbuhan wisatawan menjadi tidak signifikan (drop), utamanya pada cluster terakhir. "Untuk memulihkan kondisi tersebut, itu memerlukan waktu minimal 4-5 bulan,"ujar Ramia.

Kendati demikian, perhelatan IMF yang dilaksanakan Oktober 2018 diharapkan mampu memperbaiki kondisi tersebut kedepannya. Perhelatan IMF diyakini akan berpengaruh kedepannya, bagi peningkatan wisatawan yang datang ke Bali. Kemungkinan hal  itu baru terlihat dampaknya di tahun 2019, seiring adanya tambahan charter flight, penambahan penerbangan dari Singapura airline, penerbangan direct langsung dari Moskow dan New York. Yang notabene adalah potensial pasar yang bisa meningkatkan kunjungan wisatawan ke Bali. "Tahun 2019 kita prediksi kemungkinan pertumbuhannya itu diatas 5,5 hingga 6 persen. Memang tidak terlalu signifikan pertumbuhannya dibandingkan tahun sebelumnya yang diatas 20 persen,"pungkasnya. 

 

Tuangkan Komentar Anda
Gunakan kode HTML berikut untuk format text: <a><br><strong><b><em><i><blockquote><code><ul><ol><li><del>
CAPTCHA Image
Reload Image
Berita Terkait