Masalah Sampah Bisa Jadi Boomerang Bagi Pariwisata Bali

Masalah Sampah Bisa Jadi Boomerang Bagi Pariwisata Bali

Sampah yang tak dikelola dengan baik secara perlahan akan berdampak buruk bagi masyarakat. Tak hanya itu, masalah sampah juga turut merusak citra Bali sebagai destinasi wisata. Bahkan pelaku pariwisata mulai merasa terusik dengan keberadaan sampah yang mengotori pantai, sungai dan objek-objek wisata di Bali. Ketua Gabungan Industri Pariwisata Indonesia (GIPI) Bali, Ida Bagus Agung Partha Adnyana mengatakan, permasalahan sampah ini mengganggu kenyamanan wisatawan dan berdampak pada penurunan lama tinggal (length of stay) wisatawan di Bali. "Kami dari pelaku pariwisata berharap pemerintah dapat segera mengatasi masalah sampah tersebut agar wisatawan tidak beralih ke destinasi lainnya yang menawarkan kebersihan dan kenyamanan berwisata. Pada tahun 2017 ini masalah lingkungan harus segera diatasi," tegasnya.

Hal senada juga disampaikan aktivis lingkungan yang dosen Hukum Lingkungan Universitas Gajah Mada, Agung Wardana. Menurutnya, meski telah menjadi salah satu destinasi internasional, namun Pulau Bali hingga saat ini tidak terlepas dari permasalahan sampah. "Kotornya kondisi pariwisata Bali ini tidak jarang dikeluhkan oleh sejumlah wisatawan asing yang berwisata di Pulau Dewata," ujarnya. Menurutnya permasalah sampah yang sering dijumpai di kawasan destinasi wisata di Bali ini kedepannya akan membunuh pariwisata itu sendiri. Masalah sampah bisa jadi Boomerang bagi geliat pariwisata di Bali.

Dia mengatakan, dalam mengatasi permasalahan sampah yang sering dikeluhkan wisatawan ini harusnya dimulai dari komitmen pemerintah. Dengan adanya aturan atau regulasi yang tegas dari pemerintah terkait pengelolaan sampah tersebut, tentunya akan diikuti oleh kesadaran masyarakat. 
 

"Artinya, pemerintah sebagai pembuat kebijakan/pemberi contoh harus berada di jalur yang benar. Sehingga masyarakat akan mengubah kebiasaan mereka. Kalau menurut saya bukan dibalik, masyarakatnya harus sadar dulu baru kemudian pemerintah mengikuti kesadaran dari masyarakat," jelas alumni Internasional Training Center (ITC) University of Twente dari program beasiswa Nuffic Neso Netherlands Education ini di Denpasar, baru-baru ini.

Wardana mengatakan, hal yang seharusnya dilakukan pemerintah adalah dengan membuat suatu aturan atau kebijakan dan kemudian diterapkan secara konsisten. "Dengan adanya aturan tersebut, dengan sendirinya masyarakat akan melihat apakah yang masyarakat lakukan (membuang sampah sembarangan) ini ada konsekuensi hukum atau tidak. Kalau ada konsekuensi hukum, masyarakat pelan-pelan akan mengubah perilakunya," cetus Wardana.

Dia mengatakan, sampah adalah konsekuensi dari industri pariwisata, semakin banyak orang yang datang ke destinasi tersebut maka akan menimbulkan permasalahan sampah. Namun hal ini bisa diatasi jika pemerintah setempat mampu mengolah sampah tersebut. Seperti yang dilakukan oleh Pemerintah di Belanda, sampah dari hasil industri pariwisata dan limbah rumahtangga dikelola dengan baik sehingga tidak menimbulkan masalah lingkungan.

"Masalah sampah jika dibiarkan jelas akan membunuh pariwisata itu sendiri. Dalam artian pariwisata membunuh pariwisata. Karena yang tadinya pariwisata mengandalkan lingkungan yang alami dan kemudian pariwisatanya menjadi sedemikian massal dengan konsekuensi timbul masalah sampah yang tidak dikelola dengan baik. Dan pemerintah tidak mampu menerapkan kepemimpinan dan tidak memiliki kebijakan dalam pengelolaan sampah lambat laun pariwisata ini akan membunuh pariwisata itu sendiri," bebernya

Tuangkan Komentar Anda
Gunakan kode HTML berikut untuk format text: <a><br><strong><b><em><i><blockquote><code><ul><ol><li><del>
CAPTCHA Image
Reload Image
Berita Terkait