Destinasi Denpasar Sampai Jembrana Jadi Kunjungan Peserta "We Love Bali"

Destinasi Denpasar Sampai Jembrana Jadi Kunjungan Peserta "We Love Bali"

Selain untuk pemulihan sektor kepariwisataan, 'We Love Bali' menjadi salah satu program kampanye Cleanliness, Health, Safety and Environmental Sustainability (CHSE). We Love Bali, diikuti peserta berasal dari kalangan dosen, guru, mahasiswa, ASN, karyawan perusahaan swasta, karyawan usaha wisata, Pokdarwis, komunitas hobi, fotografer, dan lainnya. 

Panitia We Love Bali, Bagus Kusuma, dari PT Aldabra Project Indonesia, berharap langkah ini dapat mewujudkan kesadaran akan keselamatan serta keamanan di kalangan pelaku pariwisata Pulau Dewata dalam berkegiatan di tengah pandemi Covid-19. "Dimasa pandemi ini, kesadaran akan kebersihan, kesehatan, keamanan dan lingkungan, tentunya juga memerlukan dukungan dari masyarakat (komunitas), akademisi, pengusaha, dan media," kata Bagus Kusuma dalam rilisnya, Sabtu (28/11/2020).

Pria yang juga pelaku pariwisata ini, mengatakan We Love Bali telah diluncurkan Kementerian Pariwisata dan Ekonomi Kreatif menjadi salah satu program pemulihan pariwisata. Sekaligus edukasi mengenai CHSE di tempat wisata. Ia menjelaskan, kegiatan tersebut bertujuan memberikan edukasi terhadap penerapan protokol CHSE, sebagai daya tarik wisata dan desa wisata.

Termasuk melakukan pengawasan penerapan protokol kesehatan, di hotel tempat menginap, dan daerah tujuan wisata yang dikunjungi, dengan mengisi form cek list CHSE. "Implementasi penerapan CHSE ini sangat penting, untuk menunjukkan bahwa Bali sebagai destinasi wisata internasional sungguh-sungguh berkomitmen dan mampu menerapkan protokol kesehatan," ujarnya.  Program We Love Bali adalah cara mempromosikan kepariwisataan Pulau Seribu Pura yang kini terpuruk.

“Promosi itu dibarengi dengan kunjungan ke daya tarik wisata dan desa wisata," kata Bagus Kususma. Ia memaparkan, We Love Bali yang berlangsung selama Oktober hingga November 2020 tak sekadar berkunjung ke destinasi wisata. Lebih penting dari itu, program ini menjadi implementasi dari komitmen penerapan protokol kesehatan bidang pariwisata. 

Dalam kegiatan tersebut, peserta mendapatkan fasilitas berupa akomodasi selama dua malam di hotel atau homestay yang ditetapkan panitia, konsumsi, transportasi, tiket masuk daerah tujuan wisata, biaya tes cepat, dan perlengkapan lainnya. “Kali ini program 14 trip  Denpasar- Baturiti- Bedugul- Banjar- Gerokgak- Bayuwedang- Jembrana- Denpasar pada tanggal  22 November 2020, hingga 24 November 2020.

Peserta di hari pertama melalui Bajra Sandi– Bedugul. Peserta ke Pod Chocolate Bali, yang merupakan salah satu produsen cokelat terkenal di Bali. Berdiri pada tahun 2010, Pod Chocolate Bali menghasilkan salah satu cokelat terbaik dunia. Pod Chocolate Bali hadir di tempat tumbuh pohon kakao yaitu di surga tropis Bali. Pod Chocolate Bali berusaha selalu untuk memberdayakan masyarakat, dan mendukung petani untuk meningkatkan hasil dan meningkatkan kualitas produksi. 

Lanjut mengunjungi The Bloom GardenThe Blooms Garden Tabanan, yang berada di dataran tinggi pegunungan, sehingga berhawa sejuk. Dengan menyuguhkan taman bunga cantik, megah dan spektakuler. Taman-taman yang ditawarkan mengadopsi gaya taman bunga Dubai Miracle Garden yang dipenuhi dengan bungabunga cantik. Taman wisata terbaru di kawasan Bedugul Bali ini, juga menyediakan berbagai spot foto selfie, sehingga akan menjadi incaran para kawula muda dan pecinta alam.

Pada hari kedua, program 14 peserta diajak menuju Bedugul- Singaraja- Gerokgak. Diantaranya persembahyangan dan kegiatan di Pura Pulaki. Pura Pulaki adalah candi Hindu Bali atau pura yang terletak di sebelah barat Singaraja, Bali, Indonesia. Candi ini diatur di tanah datar, dengan singkapan berbatu sebagai latar belakang. Pura Pulaki adalah pura segara atau pura laut Bali, yang mengelilingi pulau untuk membentuk rantai kuil yang melindungi pulau.

Di hari ketiga dalam program tersebut, peserta juga diajak berkunjung ke wisata penangkaran Jalak Bali. Burung Jalak Putih atau terkenal di Bali, dengan nama Curik merupakan burung endemik Jawa dan Bali. Jenis burung yang pernah kerap diburu untuk perdagangan illegal, karena harganya pernah menyentuh puluhan juta. Pada tahun 90-an burung ini disimpulkan langka, sangat sulit ditemui dihabitatnya, Bali Barat.

Ini alasan kenapa upaya penangkarannya digenjot. Salah satu pusat penangkaran ada di samping kantor Balai Taman Nasional Bali Barat (TNBB). Namanya Pusat Pelepasliaran Jalak Bali Cekik, masuk wilayah seksi I (Jembrana) TNBB. Disetiap destinasi, peserta dibekali kantong sampah dan mereka diwajibkan memungut sampah plastik di lokasi. Hal itu sebagai bentuk kepedulian dan pelestarian alam. Anggota Tim Percepatan Pemulihan Pariwisata Bali, Ketut Jaman, yang mendampingi panitia mengatakan sejumlah trip pun sudah berlangsung sejak awal Oktober dan masih berjalan hingga November 2020.

“Disetiap daya tarik wisata akan dilibatkan UMKM, sebagai penyedia suvenir yang akan dijual kepada para peserta,” katanya. Ia menyebut, program ini sebagai upaya masif pemerintah dalam mempromosikan pariwisata Bali era baru kepada masyarakat luar melalui media sosial peserta,” katanya.Pihaknya juga menyiapkan pariwisata Bali, untuk menyambut wisman sejalan dengan Pergub Nomor 46 Tahun 2020, dan meningkatkan ekonomi.

Tuangkan Komentar Anda
Gunakan kode HTML berikut untuk format text: <a><br><strong><b><em><i><blockquote><code><ul><ol><li><del>
CAPTCHA Image
Reload Image
Berita Terkait