Harga Pasir Naik, DPD REI Bali Ajak Semua Pihak Cari Solusi

Harga Pasir Naik, DPD REI Bali Ajak Semua Pihak Cari Solusi

Efek naiknya status Gunung Agung menjadi awas, mulai berimbas ke berbagai sektor di Bali. Salah satunya adalah sektor properti, mengingat pembangunan perumahan sangat membutuhkan pasir sebagai bahan material. Sedangkan kini, harga pasir mulai menanjak naik karena kegiatan di galian C wilayah Karangasem mulai berhenti sejak status awas tersebut. DPD REI Bali mengkhawatirkan hal ini akan berdampak buruk, khususnya setelah REI Bali juga ditarget pembangunan rumah murah subsidi atau FLPP. 

Ketua DPD REI Bali, Pande Agus Permana Widura, mengatakan awalnya banyak pekerjaan pembangunan perumahan diserahkan ke kontraktor. Namun sejak pembangunan perumahan FLPP yang digadang Presiden Jokowi, banyak developer mengerjakan langsung perumahan ini agar bisa mendapatkan biaya perumahan yang murah sesuai ketentuan untuk Bali sebesar Rp 141,7 juta. “Tentunya ini karena dihadapkan dengan target pembangunan dan harga yang terjangkau. Tetapi masalahnya sekarang, harga pasir mulai naik sejak kejadian Gunung Agung awas ini,” jelasnya. 

Kelangkaan pasir menyebabkan harga naik dan pengembang kesulitan mendapatkan pasir, setelah kegiatan di galian C perlahan terhenti. “Akhirnya banyak rekan-rekan kami mengambil pasir ke Banyuwangi dengan harga Rp 2,5 juta per 3,5 meter kubik. Memang di Bali masih ada pasir di wilayah Songan. Hanya saja kendala jalan atau lokasi di sana sangat mempengaruhi  kecepatan developer mendapatkan pasir,” jelasnya.

Hal ini secara umum mampu mengubah harga jual rumah FLPP, mengingat harga bahan baku pasir naik. Namun pihaknya tidak serta merta bisa menaikkan harga, karena terikat aturan pemerintah. Sehingga alternatif lainnya adalah mengurangi margin. “Namun kalau kami pengusaha, tentu tidak bisa terus mengurangi margin,” tegasnya. 

Wakil Ketua Bidang Pengembangan Usaha Anggota DPD REI Bali, I Made Sumadia, menyebutkan harga pasir terlampau tinggi. “Kalau untuk Denpasar dan Badung selatan harganya tinggi ini. Kami ambil perbandingan September-Oktober, dari sebelum adanya masalah di Gunung Agung ini. Harga per 5 meter kubik hanya Rp 1,2 juta, tetapi sekarang Rp 1,9 per 5 meter kubik untuk pasir pasang. Kalau pasir halus justru sangat jauh perbedaan harganya, dari sebelumnya Rp 1,3 juta per 5 meter kubik sekarang sudah Rp 2,5 juta per 5 meter kubik,” sebutnya. Perbedaan harga di Badung selatan dan Denpasar bahkan selisih Rp 100 ribu sampai Rp 200 ribu tergantung jauh dekatnya jarak angkut. 

Sekretaris DPD REI Bali, Tino Wijaya, berharap pemerintah ikut sigap dan memberikan izin untuk pembukaan galian-galian potensial lainnya dan mendistribusikan pasirnya selain di wilayah Karangasem. “Apalagi isunya akan ada erupsi, sementara kita semua tahu sebagian besar suplay pasir datang dari Karangasem. Kelangkaan material dan lonjakan harga ini menjadi hal penting untuk diatensi,” jelasnya. Hal inilah semakin memberatkan developer, yang selama ini memang telah melakukan kerja swakelola untuk pembangunan rumah FLPP dari sebelumnya dibantu pemborong atau kontraktor. ​

Tuangkan Komentar Anda
Gunakan kode HTML berikut untuk format text: <a><br><strong><b><em><i><blockquote><code><ul><ol><li><del>
CAPTCHA Image
Reload Image
Berita Terkait