Pupuk Biosilika Tekan Serangan Penggerek Batang Dan Tingkatkan Produksi Padi Di Kota Denpasar

Pupuk Biosilika Tekan Serangan Penggerek Batang Dan Tingkatkan Produksi Padi Di Kota Denpasar

Siapa sangka masih ada sawah di kota Denpasar? Ini buktinya. Menurut data Dinas Pertanian (Distan) Kota Denpasar, masih ada sekitar 2.444 ha sawah di Kota Denpasar. Untuk mempercepat inovasi di tingkat petani, Balai Besar Litbang Pascapanen Pertanian (BB Pascapanen), Badan Litbang Pertanian, Kementerian Pertanian bekerjasama dengan  Distan Kota Denpasar telah menandatangani nota kesepahaman penerapan biosilika pada tanaman padi di lahan petani di Kota Denpasar. Biosilika merupakan senyawa silika yang diproduksi dari sekam padi oleh BB Pascapanen. Untuk tahap awal, penerapan biosilika telah dilaksanakan BB Pascapanen bersama Balai Besar Pengkajian Teknologi Pertanian (BPTP) Bali dan Distan Kota Denpasar pada demplot tanaman padi milik petani Subak Lungatad. 

 I Made Madja, Ketua Subak Lungatad, Kelurahan Penatih, Kecamatan Denpasar Utara, Kota Denpasar, Provinsi Bali, yang memberanikan diri sawahnya seluas 20 are (0,2ha) digunakan untuk uji coba penerapan biosilika pada varietas Ciherang yang selama ini banyak menjadi pilihan petani di desa tersebut. Uji coba penerapan biosilika dilakukan di lahan sawah yang kerap terserang penggerek batang, wereng cokelat dan walangsangit. 

Pada awalnya keampuhan biosilika dari sekam tersebut diragukan oleh petani padi di Subak Lungatad. Sejak hari pertama biosilika diterapkan, I Made Madja dengan tekun dan penuh penasaran mengamati pertumbuhan dan produksi tanaman padinya. Hari ini, terjawab sudah keraguan dan rasa penasarannya. Tanaman padinya yang diberi biosilika terbukti lebih tahan terhadap serangan penggerek batang. Menurut hasil pengamatan, serangan penggerek batang pada tanaman padinya sekitar 2-3%, jauh lebih baik dibandingkan tanaman padinya yang tidak diberi biosilika yang mengalami serangan penggerek batang hingga 8%. 

Hal tersebut juga terlihat dari hasil panen ubinan tanaman padi varietas Ciherang yang diberi biosilika mencapai 9,57 ton gabah kering panen (GKP) per ha, sedangkan tanaman padi yang tidak diberi biosilika hasil panennya hanya mencapai 7,62 ton GKP per ha. Dengan kata lain, pemberian biosilika meningkatkan produktivitas GKP 1,95 ton per ha atau setara 25,5% per ha. I Made Madja juga menuturkan kualitas hasil panen padinya tersebut lebih baik dibanding padi yang dihasilkan petani sekitarnya. Hal ini dibuktikan dari harga jual padi GKP nya yang terjual ke penebas dengan harga Rp. 280.000 per are, sedangkan padi dari petani sekitarnya hanya terjual dengan harga Rp. 250.000 – Rp. 260.000 per are. 

Panen dan hasil panen padi di Subak Lungatad tersebut juga dihadiri  oleh Penanggung Jawab Upsus Provinsi Bali Dr. Drh. Kresno Suharto MP, Kepala Bidang Program dan Evaluasi serta perwakilan peneliti dari BB Pascapanen, Kepala Seksi Kerjasama dari BPTP Bali, Kepala Seksi Prasarana, Sarana dan Penerapan Teknologi dan penyuluh   Distan Kota Denpasar  , serta Babinsa dan petani Subak Lungatad. 
Keberhasilan penerapan biosilika ini  menurut Kepala Bidang Program dan Evaluasi BB Pascapanen, Hoerudin SP, MFoodSt, PhD merupakan wujud hadirnya inovasi baru dari Badan Litbang Pertanian, Kementerian Pertanian dalam upaya meningkatkan kesejahteraan petani padi. 

Kehadiran produk biosilika tersebut diharapkan dapat meningkatkan nilai tambah sekam padi yang selama ini nyaris tak bernilai, seringkali dibuang, serta membebani lingkungan, produsen dan penggilingan padi. Yang tak kalah penting, pemanfaatan sekam padi menjadi produk biosilika turut “menyempurnakan” kesuksesan swasembada padi berkelanjutan di Indonesia. Pernyataan senada disampaikan Penjab Upsus Provinsi Bali agar biosilika dapat dikembangkan penerpannya di tingkat petani untuk mendukung program upsus padi. Keberhasilan di Kota Denpasar ini juga menguatkan hasil sebelumnya yang dirasakan petani di Kabupaten Pesawaran, Provinsi Lampung, dimana pemberian biosilika dapat menekan serangan blas dari 8-20% hingga kurang 1% dan memberikan tambahan hasil GKP hingga 20% per ha. 

Kepala Seksi Prasarana, Sarana dan Penerapan Teknologi, Distan Kota Denpasar  I GAN Anggreni Suwari, SP Msi menyampaikan bahwa  dengan adanya hasil kajian  Biosilika  ini   kedepannya agar petani dapat memproduksi biosilika sendiri  yang tentunya dari Dinas akan memfasilitasi pelatihan  bagi    SDM petani dan PPL di Kota Denpasar.  Sehingga dengan demikian  dapat  meningkatkan produksi padi di Kota Denpasar.

Tuangkan Komentar Anda
Gunakan kode HTML berikut untuk format text: <a><br><strong><b><em><i><blockquote><code><ul><ol><li><del>
CAPTCHA Image
Reload Image
Berita Terkait